bc

MENIKAHI SUAMI MOKONDO

book_age18+
924
FOLLOW
3.8K
READ
sex
forced
arranged marriage
playboy
gangster
drama
bxg
icy
highschool
school
like
intro-logo
Blurb

WARNING 18 + !!!

Hidup Abimanyu Heryanto senang sekali, sesuai dengan arti namanya yang berarti tidak takut kesulitan, dia terlalu memanfaatkan istrinya bak sapi perah. Mau apapun dan dalam kondisi apapun yang diandalkan itu pasti istri.

Ajeng Andamari arti dari namanya adalah pemimpin yang suka menolong dan dermawan. Saking terlalu baik dan dermawannya sampai tak sadar jika dimanfaatkan suami sendiri.

Bagi Ajeng Abimayu adalah dunianya, dia selalu mengutamakan Abimanyu di atas apapun, sampai tak sadar dia hanya dijadikan sapi perah yang dari sejak awal sampai puluhan tahun dimanfaatkan suaminya sendiri. Lantas bagaimana nasib Ajeng dan anaknya jika memiliki suami mokondo tidak bisa diandalkan seperti Abi?

chap-preview
Free preview
Niat Jahat
“BTW bu Ajeng itu perawan tua loh!” kata Nana, gadis berambut panjang pada sahabatnya. “Lah jadi belum nikah dan punya anak? Udah tua kan?” balas temannya yang bernama Nani. “Katanya sih belum pernah, kayanya sibuk kerja dan kurang pergaulan, jadi telat nikahnya deh. Katanya cowok juga segan kan kalo ke cewek yang finansialnya lebih gede dari pasangan mereka.” “Ya pasti minder dong cowok-cowok kalo cewek penghasilannya lebih tinggi. Mana kerjanya juga di mana-mana, buka usaha juga. Iya pantes jadi telat nikah karena sibuk.” “Cowok yang seumurannya juga udah pada nikah kali, kebanyakan juga cari cewek yang lebih muda. Siapa brondong yang mau nikah sama cewek lebih tua kaya dia?” Mereka jadi membicarakan dan meremehkan guru kursus mereka sendiri. Tiba-tiba ada seseorang yang mendekat dan suaranya membuat mereka berdua jadi kaget. “Aku mau! Lumayan loh, gak usah capek-capek nyari duit, kan istrinya juga udah berduit!” “Wah kayaknya Abi bakal jadi bibit-bibit cowok mokondo nih. Bahaya, Jeng!” balas Nana sambil memperhatikan gerak gerik Abi yang antusias sekali ingin memanfaatkan orang yang mereka tengah bicarakan. “Apan tuh artinya mokondo?” tanya Nani sambil mengerutkan dahinya. “Cowok mokondo itu artinya modal k*ntol doang!” Ketika sudah dijelaskan Nana, Nani pun jadi paham apa artinya Mokondo. “Haha!” Dia jadi terbahak. “Eh … ada-ada aja.” “Ssssttt … orang yang kita omongin dateng!” Semua murid yang ada di depan maupun di belakang semuanya diam saat Ajeng masuk ke ruangan. “Sudah siap untuk pelajaran hari ini?” tanya Ajeng, wanita dewasa yang sudah berkepala tiga tapi belum juga menikah. Semua murid yang berjumlah sepuluh orang di kelas itu berteriak ‘Siap!’ “Kali ini kita belajar mengenai cara obras pakaian. Di hadapan kalian masing-masing sudah ada mesin jahitnya, jadi mari siapkan kain dan dengarkan penjelasan saya, ya!” Semua berteriak ‘Baik, Bu!’ Tiga jam kemudian kelas pun selesai dan semuanya diperbolehkan pulang. “Kamu yakin mau jadi jadiin bu Ajeng istri?” tanya Nana pada Abi sambil merangkul pria itu. Nana penasaran apa yang dikatakan Abi benar atau tidak, kalau benar lumayan kan jadi ada bahan ghibahan. “Jadi, kan aku masih bujangan, dia juga masih perawan, bukan istri orang.” “Buruan sana PDKT, tuh orangnya keburu pergi.” Nani mengingatkan sambil menunjuk Ajeng yang sudah pergi keluar ruangan. “Siap grak!” “Bu … Bu … tunggu!” Abi setengah berlari menyusul Ajeng. Ajeng menoleh karena merasa ada yang memanggilnya. “Kamu panggil saya?” “Iya, siapa lagi kalau bukan ibu, hehe!” “Ada apa?” “Ibu gak keliatan apa? Ada yang ketinggalan.” “Apa? Perasaan semua barang yang ada di meja jahit saya udah dibawa semua loh.” Ajeng spontan membuka tas dan mengecek ulang barang bawaannya. “Ada nih!” Abi menunjuk sesuatu. “Mana?” tanya Ajeng bingung. “Hati saya!” ternyata yang ditunjuk adalah hatinya. “Ish becanda doang nih orang.” Ajeng pergi disusul Abi yang setengah berlari mengejar Ajeng. “Ibu tunggu!” “Bu jangan marah dong.” “Ibu cantik!” “Ibu jelek deh kalo cemberut!” Ajeng jadi risih karena terus diikuti Abi, bahkan jalannya saja dihalangi oleh pria itu. “Kamu maunya apa sih?” “Mau ibu, eh maaf maksud saya mau makan sama ibu.” Awalan yang cukup baik untuk pria playboy ini. Siapa tahu dalam hati Ajeng tengah kegeeran. “Lapar? Tinggal makan aja sendiri sana.” Ajeng agak ngegas. “Maunya bareng ibu. Please, itung-itung sebagai tanda maaf saya sudah becandain ibu tadi.” “Gak, saya gak mau!” Ajeng agak sok jual mahal. “Kalo gitu mau saya anter pulang aja?” Abi menawarkan opsi lain. “Gak mau!” Wanita ini masih menggelengkan kepalanya. “Maunya apa dong?” Abi jadi bingung. “Mau pergi dari sini.” Ajeng berpaling tanpa fokus melihat jalan. “Eh awas!” Ada motor yang hampir menyerempet Ajeng, untung Abi menarik tangan Ajeng dan memeluknya. “Hampir aja ditabrak motor kalo gak aku selametin.” Ajeng sempat kaget, dia diam lalu melirik tubuhnya yang dipeluk Abi. Ajeng buru-buru melepaskan tubuhnya dari pelukan Abi. “Makasih!” “Udah cuma bilang gitu doang?” “Terus harus bilang apa lagi?” “Ya kasih saya tanda terima kasih dong.” “Mau apa kamu tanda terima kasihnya dari saya? Royal pake tanda terima kasih segala tibang nolongin gitu aja.” “Tapi kalo saya ga gerak cepat dan kuat, nanti ibu keserempet motor loh. Gimana? Pelukkan saya hangat kan!” “Ada aja alasannya. Idiihh … siapa juga yang mau dipeluk dan diselamatkan kamu.” Ajeng berpaling dan berusaha meninggalkan Abi lagi. “Tanda terima kasihnya pergi makan bareng saya, ya!” kata Abi sambil menarik tangan Ajeng. “Modus!” “Makan bareng yuk plis-plis. Cacing di perut saya udah demo minta di isi, nih!” “Gak, gak mau!” jawab Ajeng ketus. “Dih udah ditolongin kok jutek gitu. Tau gitu tadi gak diselamatin aja sekalian.” “Dih perhitungan amat.” “Ayo makan bareng. Kalo gak saya teriakin maling nih.” “Maling? Siapa yang maling?” “Ibu maling hati saya!” “Dih rese!” Ajeng berusaha menetralkan pipinya yang sekarang memerah dan terasa panas, dia berpaling sambil mengibaskan tangan di depan wajahnya. “Maling …. Mali–” Abi berteriak dan mulutnya langsung dibekap oleh Ajeng. Malu-maluin aja ini cowok. Kalau ada yang percaya kan berabe dikira Ajeng copet. “Bu, Bu. Lepasin, Bu!” “Kamu rese.” “Ya makanya, mau makan bareng saya, ya!” “Iya mau.” Ajeng mau tak mau harus ikut. “Yes!” Misi Abi akhirnya berhasil juga. Mereka pun makan di angkringan yang buka jam 17.00 WIB. “Mau makan apa?” tanya Abi pada Ajeng setelah dapat tempat duduk. “Pecel lele aja.” “Mas pecel lelenya dua, ya!” teriaknya pada pemilik pecel lele. Tukang pecel mengangguk dan membuatkan pesanan. Mereka pelanggan pertama karena pecelnya baru buka. “Selamat makan!” Mereka pun makan dalam diam sampai makanannya habis. “Enak, ya?” tanya Abi samil mengusap sisa makanan di sudut bibir Ajeng. Ajeng sontak kaget sekaligus kegeeran diperlakukan seperti ini. “Lu- lumayan.” “Menurutku sih enak banget, ya soalnya makan di sebelah orang cantik sih.” “Selain tukang modus ternyata tukang gombal juga.” Mendadak Ajeng agak ilfil karena sikap Abi yang centil dan penggoda. “Ye, bener!” Abi terbahak mendengar ejekan dari Ajeng. “Malah seneng dikatain. Aneh!” “Abis ini mau langsung pulang?” “Iya lah.” Ajeng menjawabnya dengan ketus. “Saya yang anter ya!” “Gak mau, gak usah anter segala, takut ngerepotin kamu.” “Anter aja, saya tidak merasa direpotkan kok.” “Gak usah.” “Saya antar titik!” Maksa banget nih cowok. “Selain tukang gombal, tukang modus, ternyata tukang maksa juga.” “Ye gak papa, biar berhasil PDKT-nya.” Dia tak mau ada titik celah. “Maksud kamu?”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook