bc

Para Pewaris

book_age18+
673
FOLLOW
4.8K
READ
murder
love after marriage
counterattack
goodgirl
powerful
drama
tragedy
ambitious
enimies to lovers
whodunnit
like
intro-logo
Blurb

Setelah menyaksikan penganiayaan yang dialami Danu, Aina bertekad kuat untuk membalas dendam pada keluarga besar Prayoga. Demi bisa masuk ke dalam lingkungan keluarga Prayoga, Aina menculik Andra, pewaris utama keluarga Prayoga, agar Andra memperkerjakan sebagai bodyguard. Namun, setelah ia berhasil memasuki keluarga Prayoga, ternyata Aina bertemu kembali dengan Abiansyah—cinta pertamanya.

Selama menjalankan aksi balas dendamnya, Aina harus terbawa dalam lingkaran orang-orang serakah yang memperebutkan warisan. Ia juga harus menghadapi pilihan cinta yang sama besarnya dari dua pria yang menguasai hatinya.

Bisakah Aina membalas dendamnya pada seluruh anggota keluarga Prayoga?

Lalu, apakah Aina akan memilih cinta atau mengutamakan dendam?

Cover by: Canva

https://canva.me/RomJUybPLkb

Font: LT Riwaya informal

chap-preview
Free preview
Kematian Danu
Saat ini waktu menunjukkan pukul satu dini hari, Danu sedang melajukan mobilnya secepat mungkin menuju apartemen setelah ia mengetahui pembunuh Bara-majikannya. Selain itu ia juga harus segera menyembunyikan stempel turun-temurun milik keluarga Prayoga sebelum jatuh pada anak-anak tiri Bara yang serakah. “Andra, aku harus bisa memberikan stempel ini padamu sebelum mereka merebutnya dan menguasai semua aset keluargamu!” ujar Danu. Danu semakin dalam menginjak pedal gas setelah ia menyadari bahwa, mobil yang ia ketahui milik salah satu anak tiri Bara sedang mengejarnya. “Sial! Aku harus segera menyembunyikan stempel ini dan memberitahu Andra!” ujar Danu lagi Sambil mengebut, Danu terus berusaha menelepon Andra—anak kandung Bara yang saat ini sedang berada di New York. “Andra, cepat angkat teleponnya!” gumam Danu saat panggilan teleponnya tak kunjung mendapat jawaban. Sambil menelepon, Danu berusaha mengalihkan mobil yang terus mengejar. Danu menikung tiba-tiba saat di pertigaan jalan dan berhasil membuat mobil yang mengikutinya terkecoh. Danu kembali mempercepat lajunya menuju apartemen saat ia sudah merasa aman. Ketika tiba di parkiran apartemen, Danu langsung berlari menuju unitnya untuk membangunkan Aina-Adik angkatnya. Ia berencana akan menyuruh Aina pergi dari Jakarta untuk beberapa Minggu guna membawa stempel keluarga Prayoga dan ia di sini akan menunggu kedatangan Andra. Tok ... tok ... tok .... “Aina!” panggil Danu di depan pintu kamar adik angkatnya. Karena masih bergulat dengan alam mimpi, Aina tidak segera membuka pintu kamarnya. Tok ... tok ... tok .... “Aina ...! Buka pintunya!” teriak Danu lagi. “Hmm!” sahut Aina dari dalam kamar. Aina jalan menuju pintu dengan malas. “Ada Apa, Bang?” tanyanya tanpa membuka mata. Danu langsung mendorong Aina masuk ke kamar. Dengan wajah serius Danu berkata, “Aina, kamu harus pergi sekarang juga!” Aina yang tadinya enggan membuka mata kini jadi ikut panik saat melihat wajah Danu. “Ada apa, Bang?” “Ini! Bawa stempel ini jauh dari sini. Nanti ketika kondisi sudah aman, Abang akan mendatangi kamu!” perintah Danu sambil memberikan benda kecil yang ia ambil dari sakunya. “Bang, ada apa ini, Bang? Kenapa Abang seperti ketakutan?” “Abang tidak bisa jelaskan sekarang, nanti ketika Abang menemuimu, Abang akan menjelaskan semuanya. Sekarang bereskan pakaianmu dan pergi dari Jakarta secepatnya!” Danu menuntun Aina ke lemari dan segera mengambil koper yang ada di atasnya. Danu memilih baju Aina secara asal. Dan Aina ikut memilih baju dengan berjuta rasa penasaran. “Ingat! Bawa stempel ini dan jangan berikan pada siapa pun sebelum Abang menemuimu kamu nanti. Kamu pergi dengan mobil Abang, ok!” perintah Danu lagi. “Bang, jawab dulu pertanyaan aku, ada apa sebenarnya? Kenapa Abang sepanik ini?” “Sekarang tidak ada waktu untuk menjelaskan apa pun.” Danu menarik Aina ke dalam pelukannya dan mencium keningnya sambil berusaha menahan tangis. “Abang sangat menyayangimu. Maaf jika malam ini Abang melibatkanmu dalam pekerjaan Abang,” ucapnya. Aina melepaskan pelukannya saat mendengar suara lirih Danu. “Kenapa Abang menangis?” tanya Aina. “Abang menangis karena belum bisa jauh dari adik kecil Abang yang paling cantik, tapi Abang harus melakukan demi keamanan kita. Nanti jika dia sudah datang, semua akan kembali aman, ya! Kamu jangan panik apa lagi ketakutan. Kamu ikuti saja perintah Abang, ok!” ucap Danu sambil menangkup wajah Aina dan berusaha menunjukkan wajah tenangnya. “Dia siapa Bang?” “Nanti juga kamu akan tahu. Ayo!” Danu menarik tangan Aina untuk ke luar dari kamar. “Bang, apa Aina pergi dengan memakai piama?” tanya Aina saat akan keluar dari kamar. “Tidak ada waktu lagi untuk ganti baju. Ini! Bawa mobil Abang, kamu pergi sendiri dan Abang akan tetap di sini.” Danu memberikan kunci mobilnya pada Aina saat mereka akan keluar dari apartemen. Namun, saat Danu akan membuka kunci pintu, ia mendengar gedoran dari luar. Danu pun kembali panik. Brak ... brak ... brak .... “Sial! Mereka mengejar sampai kesini!” ujar Danu. “Siapa mereka, Bang?” tanya Aina penasaran. “Anak-anak Tuan Bara,” jawab Danu. Danu menarik tangan Aina ke kamarnya dan mengurung Aina di ruangan walk in closet yang setengah pintunya terbuat dari cermin. Cermin itu bisa melihat ke bagian luar, tetapi dari luar tidak bisa melihat ke bagian dalam. “Ingat! Bawa stempel itu dan jangan berikan pada siapa pun! Jika terjadi sesuatu pada Abang, kau harus mencari Andra Prayoga,” ucap Danu sebelum mengunci pintu walk in closet. “Tapi, Bang—“ Aina tidak dapat melanjutkan ucapannya karena Danu sudah menutup rapat pintunya. Dari dalam Aina dapat melihat dua pria muda dan satu pria paruh baya datang menghampiri Danu dan langsung memukulinya. Aina melihat Danu sebisa mungkin melawan, tetapi sekuat apa pun, Danu tidak mungkin bisa menang melawan tiga pria sekaligus. Apa lagi saat kedua tangan Danu dipegang oleh pria yang paling muda diantara ketiga pria itu. “Abang ...,” lirih Aina sambil menutup mulutnya saat melihat Danu—abang kesayangannya dipukuli hingga tidak berdaya. “Abdi! Danu sudah babak belur, mau kita kemanakan dia?” Si pria paling tua menelepon seseorang yang Aina tidak tahu. Kemudian ketiga pria itu langsung menyeret Danu keluar kamar tanpa belas kasihan. Aina ingin keluar dari dalam ruangan walk in closet. Namun, Danu sudah menguncinya dari luar. Ia juga tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis. Aina terus memperhatikan Danu hingga di detik terakhir saat Danu diseret dalam keadaan lemah tak berdaya. Bahkan, ia sempat melihat senyum Danu untuknya sebelum Danu benar-benar hilang dari pandangannya. “Abang, jangan tinggalkan aku,” ucap Aina sambil menangis. Setelah Danu dibawa oleh ketiga pria yang ia yakin anggota keluarga Prayoga, Aina luruh di balik pintu. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia takut terjadi sesuatu pada satu-satunya pria yang selalu menjaga dirinya sejak bayi. Puas menangis, Aina langsung berdiri dan mencari cara agar bisa keluar dari walk in closet. Aina mengedarkan pandangannya ke seluruh rak yang sebagian besar masih kosong karena ini bukan walk in closet milik Danu sejak awal. Aina berusaha mencari benda yang bisa ia gunakan untuk memukul kaca. Di dalam walk in closet hanya ada belasan pakaian Danu yang dominan berwarna hitam. Belasan sepatu, dan puluhan pistol berbagai jenis. Aina bingung harus menggunakan apa untuk memukul kaca. Aina segera mengambil kursi kecil di bawah rak pistol. Kursi yang biasa Danu pakai jika dia sedang memakai sepatu. Dengan takut-takut, Aina mencoba memecahkan kaca menggunakan kursi dan percobaan pertama pun gagal. “Mungkin aku harus lebih kuat lagi!” ujarnya. Aina mengangkat kursi lebih tinggi dari sebelumnya dan langsung memukul kaca untuk kedua kalinya. Praaang ... Aina berhasil memecahkan sebagian kaca dekat dengan handle pintu. Aina segera mengeluarkan sebagian tangan kanannya untuk memutar kunci hingga tangannya sedikit tergores pecahan kaca. Namun, Aina mengabaikan rasa sakitnya. Setelah berhasil keluar, Aina langsung berlari menuju ruang utama apartemen untuk melihat keadaan Danu. Aina menghentikan langkahnya saat melihat bercak darah membentang dari pintu kamar hingga ke pintu utama apartemen. Aina luruh tepat di atas bercak darah yang belum kering. “Abang, jangan tinggalkan aku,” isak Aina. Aina segera berdiri untuk keluar apartemen. Ia segera berlari ke parkiran berharap masih bisa menolong Danu. Namun, ketika Aina tiba di parkiran, ia tidak menemukan siapa pun selain beberapa pria yang berangkat untuk ibadah karena sekarang waktu menunjukkan pukul empat pagi. “Mas, kamu Lihat Bang Danu?” tanya Aina pada tetangga unit apartemennya yang kebetulan lewat untuk menuju tempat ibadah yang ada di dekat apartemen. “Gak, Neng. Dari aku turun unit, aku gak lihat Danu, tapi kalu kamu lari, aku lihat. Ada apa, Neng?” Si Pria bertanya balik. “Gak ada apa-apa, Mas. Tadi pintu unit aku terbuka, aku pikir Bang Danu pulang,” bohong Aina. Aina tidak mungkin menceritakan penganiayaan pada Danu yang ia saksikan secara langsung. Ia yakin ini bagian dari pekerjaan Danu. Aina tidak mau salah langkah dengan menceritakan pada orang lain. “Mungkin saja kamu lupa kunci pintunya.” “Iya, kayaknya, Mas.” Aina menunjukkan senyum absurdnya. “Ya udah, Neng, aku pamit dulu, bentar lagi azan,” pamit si Pria. “Silakan, Mas. Maaf aku udah ganggu perjalanannya,” balas Aina sopan. “Gak apa-apa. Masa cuma tanya aja dianggap ganggu. Mari!” pamit si Pria lagi. “Iya, Mas,” balas Aina dengan senyuman sopan. Aina berjalan menuju lift untuk kembali ke apartemennya. Ia kembali menangis saat duduk meringkuk di sofa sambil membenamkan wajahnya di kedua lututnya. Ia khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Danu. “Abang pasti baik-baik saja. Abang bodyguard yang kuat,” ujar Aina dalam tangisnya. ia berusaha berpikir positif, meskipun sulit. ****** Sore ini, Aina sedang menangis tersedu menyaksikan pemakaman Danu dari kejauhan. Ia tidak bisa melihat jenazah Danu untuk yang terakhir kalinya karena tidak ada satu orang pun yang tahu bahwa, ia adalah keluarga Danu. Aina juga tidak bisa menampakkan diri di depan orang demi keselamatannya. Jadi, ketika polisi menemukan jenazah Danu, mereka langsung menghubungi keluarga Prayoga, selaku majikannya bukan dirinya. Tepat pukul enam pagi tadi, Aina mendengar berita kematian Danu melalui televisi. Dari berita yang beredar, Danu mengalami kecelakaan dengan motor sport saat mencoba kabur setelah membunuh Bara Prayoga—majikannya. Danu dituduh membunuh Bara Prayoga karena panik saat ketahuan mencuri barang miliknya kemudian melarikan diri setelah membunuh hingga akhirnya kecelakaan. Berita palsu itu disebarkan oleh Jenny—istri Bara dan juga kedua anaknya yang merupakan dua dari tiga orang yang menganiaya Danu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
93.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook