bc

The Bride

book_age16+
1.4K
FOLLOW
9.4K
READ
independent
confident
others
drama
bxg
bold
city
betrayal
friends
stubborn
like
intro-logo
Blurb

(SPIN-OFF MARRIAGE AGREEMENT)

Disarankan untuk membaca Marriage Agreement terlebih dahulu.

----------------

Impian Thevy sederhana. Ia hanya ingin menikah dan menjadi pengantin perempuan yang cantik serta anggun. Namun, tiba-tiba impiannya itu hancur bergitu saja ketika kekasihnya tidak hadir di hari penting mereka. Thevy patah hati. Dunianya runtuh seketika.

Mencoba untuk bangkit dan melupakan peristiwa buruk itu, Thevy memutuskan unntuk pindah ke Jakarta. Namun, melupakan kekasihnya dan bertahan hidup di ibu kota bukanlah hal yang mudah. Ditambah di kota itu Thevy malah bertemu dengan mantan yang mati-matian ingin Thevy lupakan. Selain itu, Thevy juga berurusan dengan pria yang terlalu sok akrab yang membuat Thevy pusing sendiri.

Akankah Thevy bisa move on sepenuhnya dari mantannya itu? Ataukah Thevy kembali luluh dengan mantan yang pernah mengkhianatinya dulu?

Bride makeup photo created by marymarkevich - www.freepik.com

chap-preview
Free preview
Bab 1
‘Love, malam ini sangat dingin. Hujan tak hentinya turun sejak sore tadi. Dan sekarang, tiba-tiba dirimu terlintas di pikiranku. Apa malam di sana juga dingin? Apa di sana hujan juga turun sejak sore tadi? Lalu, apa kamu juga memikirkanku? Aku sangat merindukanmu. Aku ingin kamu berada di sini, di sisiku.’ Ponsel yang berada di sebelah laptop bergetar. Sontak jari-jari tangan Thevy yang tadinya menari di atas keyboard berhenti dan beralih untuk mengambil ponsel itu. Bibir perempuan itu secara otomatis langsung tersenyum ketika mendapati nama Mada terpampang di layar. Sebuah pesan instan masuk dari kontak nama pacarnya. Masih sibuk nulis? Mau makan malam di luar nggak? Senyum Thevy semakin lebar membaca pesan itu. Tanpa basa-basi ia langsung mengetikkan kata mau dengan sederet ikon love berwarna merah lalu mengirimkannya kepada Mada. Tak lama kemudian pesan balasan dari Mada masuk. Oke. Siap-siap ya. Satu jam lagi aku sampai. “Oke,” gumam Thevy seraya kembali menatap layar laptop yang masih menampilkan ketikan yang ia buat. "Lanjut nanti lagi ya,” katanya pada ketikan itu seraya menyimpan dokumen tersebut lalu mematikan laptopnya. Setelah mamatikan laptop, Thevy segera berlari ke arah kamar mandi untuk mandi. Ya, Thevy memang belum mandi sore tadi. Ia terlalu fokus mengetik cerita yang hendak ia kirimkan ke penerbit. Mumpung ide sedang lancar. Thevy tidak mau aktivitas menulisnya terganggu hanya karena alasan mandi. Namun, demi untuk makan malam bersama dengan Mada, Thevy tidak keberatan untuk menyudahi pekerjaannya. Tak butuh waktu lama untuk Thevy mandi dan bersiap-siap. Perempuan berusia 27 tahun itu memutuskan untuk mengenakan dress selutut berwarna biru dongker. Mada pernah bilang jika Thevy sangat cocok mengenakan warna biru. Thevy dan Mada sudah berpacaran sekitar tiga tahun. Mereka bertemu di acara seminar. Pada saat itu mereka berdua sama-sama sebagai pembicara. Mada adalah seorang editor di salah satu surat kabar yang berada di Surabaya. Thevy sendiri adalah seorang penulis. Bisa dibilang mereka berdua menggeluti bidang yang sama-sama berhubungan dengan tulisan. Thevy memoleskan make up tipis ke wajahnya. Sebenarnya Thevy tidak terlalu suka memakai make up. Bahkan, sering kali ia keluar rumah hanya memoleskan lipbalm ke bibirnya hanya agar bibirnya tidak kering. Untungnya Mada tidak pernah keberatan dengan kebiasaan Thevy yang jarang berdandan. Namun, entah mengapa hari ini Thevy merasa harus tampil lebih cantik dari biasanya. Thevy ingin terlihat cantik di hadapan Mada. Thevy menoleh ke arah jam yang berada di dinding. Saat ini jarum jam tengah menunjukkan pukul tujuh lebih sepuluh. Masih sekitar dua puluh menit lagi untuk Mada sampai di rumahnya. Thevy menghela napas dalam lalu keluar dari kamar. “Kak, mau ke mana?” tanya Sera, adik perempuan Thevy, yang baru saja keluar dari dalam kamarnya. Kamar Sera dan kamar Thevy memang berhadap-hadapan. “Kencan,” jawab Thevy singkat sambil tersenyum lebar. “Sama Mas Mada?” tanya Sera lagi. Thevy menganggukkan kepala. “Iya lah. Pacarku kan Mada.” “Ya kali aja kan udah berani punya selingkuhan,” ledek Sera. “Amit-amit, ya,” kata Thevy buru-buru yang membuat Sera terkekeh. Thevy kan pantang untuk selingkuh. Lagian, Thevy sangat menyayangi Mada. Mana mau Thevy selingkuh dari pria yang dicintainya itu. “Jangan lupa nanti pulang bawain martabak manis ya,” kata Sera seraya berjalan meninggalkan Thevy menuju tangga untuk turun ke lantai satu. Thevy mengikutinya turun ke bawah karena ia memang akan menunggu Mada di teras. *** “Jadi bagaimana naskah kamu udah selesai?” tanya Mada yang duduk berhadapan dengan Thevy. Pria itu tampak gagah dan berkharisma seperti biasa. Thevy menarik napas dalam lalu menggelengkan kepala. “Masih belum selesai. Masih setengah jalan,” jawabnya. “Tapi, ide sedang lancar banget. Jadi, aku optimis bulan ini bakal selesai.” Mada tersenyum ke arah Thevy. Senyum yang membuatnya tampak begitu manis. “Bagus kalau begitu,” katanya. “Semangat terus pokoknya. Kalau sedang stuck, dan butuh apa pun, bilang ya. Kali aja aku bisa bantu.” Mada memang tipe pria yang selalu mendukung Thevy. Apa pun yang Thevy lakukan Mada selalu memberinya support. Tak jarang juga dia membantu Thevy dalam menyusun plot pada naskah cerita yang Thevy buat. Mada pun enak buat diajak berdiskusi tentang apa pun. Dia memang lelaki terbaik menurut Thevy. “Makasih,” kata Thevy menatap Mada penuh dengan rasa cinta. “Kamu baik banget. Kamu beneran pacarku kan?” Mada terkekeh. “Bukan kayaknya,” balasnya. “Bukan?” tanya Thevy pura-pura marah. “Kamu salah orang mungkin. Aku bukan pacar kamu.” Thevy menatap pria itu dengan ekspresi penuh curiga. “Kalau bukan pacar terus apa?” Mada tersenyum lebar. Lalu pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku jas kasual yang dipakainya. “Calon suami bagaimana?” tanyanya seraya memperlihatkan sebuah kotak beledu berwarna biru. Lalu dia membuka kotak itu yang memperlihatkan sebuah cincin berwarna putih dengan berlian di atasnya. Thevy menatap Mada dan cicin itu secara bergantian. Saat ini rasanya Thevy seperti kehilangan kata-kata. Perempuan itu tak bisa memberikan respons apa-apa karena rasa terkejut dan bahagia yang tengah menerjangnya secara bersamaan. “Kamu tahu sendiri aku nggak sejago kamu dalam mengolah kata. Meskipun tadi aku udah mempersiapkan kalimat romantis, tapi, entah kenapa saat ini otakku blank. Yang pasti, aku mau bilang, Thevy Pastika, nikah yuk?” ajaknya masih dengan senyum manis di bibirnya. “Aku sayang dan cinta banget sama kamu, Thevy. Aku pengen menghabiskan sisa hidupku bareng sama kamu.” Mada menatap Thevy penuh sayang yang membuat hati Thevy terasa hangat. Thevy terkekeh pelan sambil menganggukkan kepala. Tanpa sadar air mata sudah menetes di kedua pipinya karena rasa haru yang teramat sangat. Saat ini Thevy merasa sangat bahagia. Dan tentu saja hal ini karena Mada. Pria yang sangat Thevy cintai ini akhirnya mengajaknya menikah. Mada memasangkan cincin itu di jari manis Thevy. Thevy menatap cincin itu dengan tatapan tidak percaya. Rasanya ini seperti mimpi. Mada bangkit dari duduknya lalu menghampiri Thevy dan memeluk perempuan itu. Thevy merasa sangat nyaman berada di pelukan Mada, orang yang dicintainya. “Aku sayang juga sama kamu,” kata Thevy disela isak tangisnya. “Dan tentu saja aku mau menikah dengan kamu.” “Makasih, sayang,” balas Mada terdengar bahagia.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.5K
bc

My Secret Little Wife

read
93.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook