bc

LUKA

book_age16+
37.5K
FOLLOW
324.7K
READ
second chance
goodgirl
drama
sweet
friendship
colleagues to lovers
like
intro-logo
Blurb

LUKA

Mantan Suamiku Kekasih Sahabatku

Ini Kisahku, berawal dari cerita kelamku di masa lalu, yang dicampakkan begitu saja oleh suamiku. Dia pergi meninggalkan Luka, dan juga benih di rahimku.

Setelah sekian lama, kami kembali dipertemukan, Dipta ayah dari anakku akan menikahi Friska sahabatku. Permasalahan dimulai saat dia ingin kembali merajut kisah yang telah usai.

Situasi yang sungguh tak nyaman tercipta saat persahabatanku terancam keutuhannya.

chap-preview
Free preview
LUKA BAB 1
"Kay, kenalin Mas Dipta calon suamiku." Aku meletakkan ponsel yang sedari tadi menyita perhatian dan mendongak ke arah calon suami Friska sahabatku. Aku bangun dan mengulurkan tangan, tapi, sesaat kemudian aku dibuat tertegun. Hal yang sama tampak padanya. Pria itu terkesiap saat melihatku. "Kalian kenapa? kayak kaget gitu?" tanya Friska heran. Senyum aku paksakan sambil mengatur rasa hati, Pradipta Raka Wibawa namanya. Pria yang tujuh tahun lalu menjadi suamiku. "Kayana," ucapku pelan. "Dipta, Pradipta," balasnya. Segera kutarik tanganku berlahan. Friska kemudian bergelayut manja di tangan pria itu. "Kami memang belum lama kenal, tapi karena sudah merasa cocok, ya kami putuskan segera menikah saja," jelas Friska padaku. "Ya, lebih baik begitu." Responku, masih tetap mencoba tersenyum. "Saiy, aku ada urusan lain. Aku duluan nggak apa-apakan. Sampai ketemu hari senin ya." Aku mencium pipi kanan kiri Friska, tanpa menunggu jawabanya aku beranjak. "Kok keburu-buru, sih?" "Next time lah, tiap hari ketemu juga. Mas Dipta saya permisi duluan," pamitku juga pada Mas Dipta. Mataku mengembun seketika, luka ini sudah cukup lama, tapi sakitnya masih begitu terasa. Aku menarik nafasku dalam dan berlahan menghembuskannya. Tetap saja sesak di dadaku. Pria itu, menikahiku karena paksaan orang tuanya. Mencoba menjalani biduk rumah tangga tanpa adanya cinta. Tak menunggu waktu lama, tepat enam bulan dia menceraikanku, meninggalkanku dengan beribu luka yang menganga. Permintaan maaf mertuaku tak cukup menghapus perbuatan anak lelakinya itu. Aku dan keluargaku merasa sangat dipermalukan. Kami memilih pindah dari kota itu. Di sinilah aku sejak tujuh tahun yang lalu, mencoba bangkit dari keterpurukanku dan mengubur luka. Menjadi janda di usia muda dua puluh tahun. Orang tuaku dan orang tua Mas Dipta adalah teman akrab. Aku setuju dengan perjodohan itu, karena jujur aku telah lama menaruh rasa pada Mas Dipta, tapi tidak sebaliknya. Mas Dipta telah memiliki pacar waktu itu, dan setelah enam bulan menikah, tak ada perkembangan dalam hubungan kami. Dia meninggalkanku. Dia pergi membawa separuh jiwa, asa, dan membawa pergi separuh hidupku. Dan dia pergi meninggalkan luka menganga, luka yang sangat dalam, dan juga benih dalam rahimku. Aku benar-benar hancur waktu itu, bahkan luka itu masih kurasakan sampai dengan sekarang. Sejak saat itu, aku mati rasa tak percaya akan yang namanya cinta. Aku hidup untuk anakku, Prilly, anak yang sedari lahir tak mengenal sosok bernama ayah. Yah, aku tau malam itu Mas Dipta pulang dengan aroma alkohol yang menguar dari mulutnya. Dia dalam kondisi mabuk, walaupun aku istrinya, aku sempat berusaha menolak tapi semuanya terjadi begitu saja. Bukan permintaan maaf yang kudapat esok harinya, tapi tumpahan kekesalannya padaku. Aku masih terlalu polos dan naif, dan hanya bisa menangis dan menangis, menerima segala perlakuannya. Hingga hari itu tiba, dia mengembalikan aku pada kedua orang tuaku. Dan memilih melanjutkan hidup bersama kekasihnya. Hampir gila, iya aku pernah di posisi itu. Aku rapuh, aku hancur. Beruntung keluargaku selalu mendukungku, kami pindah ke kota ini. Seorang bayi perempuan lahir dengan sempurna, cantik dan mengemaskan. Dia yang menjadi penyemangatku sampai sekarang. Aku kembali kuliah setelah melahirkan, memulai kembali kehidupanku. Sekarang setelah tujuh tahun terlewatkan, kenapa kami harus kembali di pertemukan. Dan kenapa harus Friska, dia sahabat terbaikku, aku sangat menyayanginya. Kenapa aku tak rela Friska bersama pria itu, aku takut sahabatku itu terluka. ~~ "Kay." Aku menoleh ke sumber suara, nafasku terdengar kasar. Kenapa dunia sempit sekali, aku sedang belanja keperluan Prilly. Dia terlihat sendiri mendorong sebuah troly. "Bagaimana kabarmu?" tanyanya kemudian. "Kay, baik-baik saja," jawabku, tanpa melihatnya. "Mas hampir tak mengenalimu kemarin," ucapnya. Aku tersenyum masam. "Iyalah mas, pasti mas sudah tak pernah ingat aku lagi. Lagian juga buat apa diingat, nggak ada gunanya juga," ucapku ketus. "Bukan, bukan begitu, kamu terlihat berbeda. Semakin dewasa, dan cantik." "Kay buru-buru, permisi," ucapku beranjak menjauh darinya. Tak banyak yang berubah dari sosoknya, tetap tampan dan mempesona. Wajar bila Friska langsung jatuh cinta pada Mas Dipta. Tapi apa dia juga mengenal pribadi pria itu. Cukuplah aku yang terluka, jangan sampai Friska sakit hati bila tau semua tentang Mas Dipta. Tapi kami sudah tak bertemu selama tujuh tahun, mungkin saja dia sudah banyak berubah. Entahlah, yang jelas kehadirannya kembali di sekitarku, membuat hatiku tak nyaman apalagi tenang. ~~ "Kamu serius, mau cepet nikah?" tanyaku hati-hati saat menikmati makan siang di kantin samping kantor. Friska mengulum senyumnya, terlihat sekali kalau dia sedang jatuh cinta. "Tak ada alasan, untuk menundanya kan?" "Kamu sudah mengenal dia dan keluarganya?" "Belum sih, tapi Mas Dipta minggu depan mau ngajak aku kerumahnya," jawab Friska. "Kenapa kayak nggak suka gitu." "Bukan nggak suka, cuma kalian kan belum lama kenal. Wajar kan sebagai sahabat dekat kamu, aku jadi cemas," jawabku. Friska tersenyum kemudian memelukku. "Kamu sahabat terbaikku," ucap Friska Lepas istirahat makan siang, kami kembali berkutat dengan pekerjaan kami. Banyak laporan yang harus kukerjakan. Hujan mengguyur sedari sore tadi, aku turun ke lobby, masih banyak karyawan yang sepertinya menunggu hujan reda. Friska masih mengerjakan laporan yang baru diminta Pak Azhar untuk bahan meeting besok. Kusapukan pandangan mencari Rahmat, security yang bertugas malam ini. Biasanya dia akan mengantarkanku dengan payung sampai di mobilku. "Butuh payung?" Dia lagi. "Friskanya masih ada kerjaan, mas tunggu aja," ucapku, tak menjawab pertanyaanya. "Iya, mas tau. Mas antar sampai mobilmu." "Nggak usah makasih," jawabku. "Auchh." Baru beberapa langkah, aku hampir terpeleset lantai yang licin. Mas Dipta menangkapku, hingga aku terselamatkan. Tak urung teriakanku mengundang banyak pasang mata melihat ke arahku. "Hati-hati," ucapnya. "Kay, kamu ngapain?" Suara Friska cukup mengagetkanku. Aku buru-buru melepaskan diri dari Mas Dipta. Jelas Friska melihatku dengan tatapan berbeda. Entah apa yang dipikirkannya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook