bc

The Dangerous Man

book_age18+
5.1K
FOLLOW
55.0K
READ
dark
love after marriage
arrogant
billionairess
like
intro-logo
Blurb

Orion yang sering digosipkan sebagai seorang gay dan juga impoten lantaran kerap menolak menjalin hubungan asmara dengan makhluk yang bernama wanita hingga usianya matang, dengan terpaksa harus melanggar tekadnya yang ingin melajang seumur hidup. Ia terlanjur menyetujui permintaan ayahnya, ketika Andreas sang ayah yang tengah terbaring lemah di rumah sakit memintanya menikah dengan putri dari sahabatnya.

Rigel si gadis naif yang dijodohkan dengan Orion awalnya menolak mentah-mentah ide orang tuanya. Ia merasa diperlakukan seperti barang jaminan hanya untuk mendapat kucuran dana guna menyelamatkan perusahaan sang ayah yang sedang dilanda krisis. Tak ingin menjalani perjodohan itu, Rigel pun mengibarkan bendera perang dan sengaja mengacaukan acara perjodohan dengan pemberontakan yang dilakukannya secara terang-terangan. Baginya, janji suci hanya diikrarkan oleh dua orang yang saling mencintai bukan melalui perjodohan yang menurutnya terkesan kuno.

Namun, setelah mendengar desas-desus bahwa Orion adalah seorang gay, Rigel akhirnya menyetujui pernikahan tersebut, demi membantu perusahaan ayahnya agar tidak mengalami kebangkrutan. Lagi pula bukankah pria yang akan menikah dengannya adalah seorang gay jadi ia akan aman karena tubuhnya pasti tidak akan disentuh oleh Orion. Itulah pikiran Rigel kala mengiyakan perjodohan antara dirinya dengan Orion, walau pada akhirnya, semua pikirannya itu adalah sebuah kesalahan.

Mampukah ikatan sakral yang berlandaskan kepentingan bisnis ini bertahan? Akankah penyebab Orion membenci wanita pupus dengan hadirnya Rigel dalam hidupnya? Sementara hatinya telah mati rasa dan memandang sebelah mata terhadap yang namanya cinta juga pernikahan.

chap-preview
Free preview
1. Let's Begin
Kumpulan gedung pencakar langit menjulang tinggi di Kota Manhattan New York City. Salah satu gedung tertingginya merupakan milik Golding Corporation yang bergerak di bidang transportasi kereta cepat juga pusat perbelanjaan mewah yang tersebar di seluruh Benua Amerika. Awan di langit sudah mulai memendarkan warna jingga. Memerah keemasan, indah memikat walaupun hanya bisa disaksikan sekejap mata. Di lantai 56 gedung tersebut seorang pria tengah berdiri menghadap kaca besar tembus pandang. Kedua tangannya masuk di saku celana berwarna dark grey yang membungkus sempurna kaki panjangnya. Manik mata sebiru lautan itu memaku pandangan ke ufuk barat di mana si binar gagah perkasa hendak berpamitan ke belahan Bumi lain agar cahaya dan kehangatannya berpendar ke seluruh penjuru alam secara adil. Pintu ruangan kerja berfasilitas mewah kelas satu itu didorong kasar hingga menimbulkan bunyi berdentam, membuat pria bermanik biru yang tengah tenggelam dalam euphoria pesona matahari terbenam tersentak kaget. “Damn!” umpatnya. Ia menyugar rambut coklat tua nyaris hitam miliknya setengah menjambaknya, lalu mengerutkan wajah tanda tak suka. “Henry, kau memanglah temanku. Tapi saat di kantor aku adalah atasanmu! Jangan masuk ke ruanganku seenaknya dan mengganggu kedamaian!” “Santai, Man. Jam kerja bahkan sudah selesai dua jam lalu. Orion. Eh … maksudku Bos. Kau ini dasar aneh, lebih memilih menatap langit jingga dibanding wanita-wanita cantik yang mengantri di lobi dan mengaku sebagai kekasihmu, Bos. Hei, kenapa lidahku seolah mati rasa karena harus memanggilmu dengan sebutan Bos!” Henry berkata santai diiringi kekehan, lalu segera menghentikan tawa dan menepuk-nepuk mulutnya sendiri ketika tatapan Orion padanya mengalahkan ketajaman sebilah pedang. “Ya, ya, ya, baiklah, Bos. Aku akan membiasakan diri walaupun mungkin harus berakhir mencari tukang pijat salah urat mulut saat pulang ke rumah nanti.” “Itu masalahmu, Henry. Bukan urusanku.” Orion menyeringai puas sambil melipat kedua tangan di d**a. Henry adalah teman satu kampus Orion saat menimba ilmu dulu, tepatnya Henry lebih cocok dilabeli sebagai kacung setia yang menghamba, karena jika Orion memintanya untuk masuk ke lubang cacing pun pasti akan dilakoninya. “Ada masalah apa? Kalau bukan hal penting awas saja, akan kujadikan kau sebagai pengasuh di kolam piranha peliharaanku!” Orion Jeff Golding, usianya 31 tahun adalah CEO dari Golding Corporation. Perusahaan yang dibangun oleh klan Golding sedari dulu itu diwariskan untuk dikelola secara turun temurun. Sebagai putra satu-satunya Andreas Golding, kini Orion lah yang diberi mandat kepercayaan setelah sebelumnya sang ayah yang memimpin. “Sebaiknya segera bersiap. Sebelum ayahmu mengamuk atau kembali terbaring di rumah sakit. Tiga puluh menit lagi kau ada janji pertemuan dengan keluarga calon istrimu yang sudah kau sepakati dengan ayahmu minggu lalu saat beliau di rumah sakit.” “Sial! Kenapa aku harus terjebak dalam ide perjodohan konyol ini. Tanpa menikah pun aku yakin bisa memimpin dan memajukan perusahaan dengan baik, tapi para tetua selalu saja berargumen meresahkan dengan dalih bahwa pernikahan digadang-gadang sangat lah krusial demi kelangsungan hidupku juga perusahaan. Merusak tekadku untuk membujang seumur hidup!” Orion mendaratkan bokongnya asal di kursi empuk kebesarannya, bersandar di sana dan memijat pelipis sembari memejamkan mata. “Tentu saja mereka resah, pengelola perusahaan sebesar ini memilih membujang dan tak berniat memiliki keturunan itu adalah bencana. Keluargamu butuh penerus yang berasal dari benihmu untuk mewarisi perusahaan sebesar ini nantinya. Ini bukan hanya tentang hidupmu, tapi menyangkut nasib jutaan orang yang menggantungkan kehidupan keluarganya pada Golding Corporation. Jika perusahaan jatuh ke tangan tidak bertanggung jawab yang hanya ingin menuntaskan ambisi seperti adik sepupumu Nicholas maka tunggu saja kehancurannya. Orion, kau tidak mau bukan, perusahaan yang dibangun susah payah oleh nenek moyangmu dihamburkan Nicholas di kelab-kelab malam di seluruh dunia?” ujar Henry sok bijak padahal terkadang perilakunya bobrok. Mungkin efek usianya yang bertambah tua setiap harinya membuatnya mulai peduli terhadap nasib orang lain. Kendatipun tentu saja alasan utamanya bukan itu, tetapi karena Andreas berjanji akan membelikan peternakan ayam yang ingin dihadiahkan Henry untuk sang ayah di North Carolina jika berhasil menyeret Orion dalam perjodohan kali ini setelah puluhan rencana ditolaknya. Baru membayangkannya saja Henry sudah luar biasa gembira, ayahnya pasti akan sangat bangga padanya jika bisa memberikan hadiah impiannya sejak lama. “Shut up! Mulutmu sungguh berisik!” protes Orion yang masih sibuk memijat pelipisnya sendiri. “Kau terlalu banyak bergaul dengan para tetua beruban!” “Aku harus berisik. Karena ayahmu mengandalkanku untuk menyadarkanmu tentang pentingnya sebuah pernikahan!” seru Henry tegas. “Sebetulnya kau itu bekerja untukku atau ayahku?” Orion mendengus sebal. “Aku bekerja untuk Golding Corporation. Sebaiknya sekarang kita segera berangkat ke kediaman keluarga Collins. Ayahmu sudah berangkat lebih dulu. Ingatlah, Orion, kehidupan banyak orang bergantung padamu. Walaupun kau tidak menyukai ide perjodohan ini, setidaknya jika ada sosok wanita di sampingmu maka isu gay juga impoten akan berangsur mereda. Atau jangan-jangan, sekarang ini kau memang ...." Henry mulai mengarahkan pandangan mengejek ke arah Orion. Henry sangat hapal akan cerita di masa lalu yang membuat Orion tak pernah tertarik untuk menjalin hubungan dengan wanita mana pun. Orion memutar bola matanya malas menanggapi tatapan aneh asistennya itu. Ia sangat paham akan isi kepala Henry saat ini. “Aku tak perlu membuktikan padamu betapa jantannya seorang Orion Jeff Golding! Sebenarnya berapa banyak ayahku menyuapmu, huh?” Orion menuding tanpa berbasa basi. “Tentu saja sangat banyak. Jika hanya sedikit aku tak mungkin segigih ini.” Henry menjawab terus terang tanpa merasa berdosa. “Lets go,” ajak Orion tak bersemangat. Mendesah berat ia mengambil jas yang tersampir di kursi kebesarannya. Mengenakannya dan keluar dari ruangannya dengan Henry mengikuti di belakang. *** “Rigel … Rigel.” Laura mengetuk-setengah menggedor kamar putri bungsunya yang sejak dua jam tadi sunyi senyap. Andreas Golding sudah tiba memenuhi janji untuk membicarakan mengenai perjodohan putra putri mereka. Laura khawatir, jika Rigel kembali tertidur di bathub seperti kebiasaannya selama ini. “Rigel, apa kau sudah siap? Calon mertuamu sudah datang! Ya ampun anak ini benar-benar menguji kesabaranku!” Laura tak henti mengomel di depan pintu sebelum akhirnya terdengar sahutan dari dalam. “Aku akan turun sebentar lagi, Mom. Dandananku sudah hampir selesai,” teriak suara dari dalam kamar. “Syukurlah. Mommy kira kau berhibernasi lagi di dalam bak mandi. Cepatlah turun, Mommy tunggu di bawah.” “Okay, Mom.” Kemarin pagi Rigel diberitahu tentang rencana perjodohannya dengan Orion, si cantik bermata indah dengan iris coklat karamel itu, melayangkan protes keras. Pasalnya saat ini Rigel masih berstatus mahasiswa tingkat akhir yang sedang sibuk-sibuknya dengan tugas kuliahnya. Dia tengah serius melakukan banyak riset ke restoran-restoran dengan para chef berlabel Michelin sesuai dengan jurusan yang diambilnya yaitu 'Culinary Arts'. Namun, Rigel tak punya pilihan lain. Setelah ia bersikeras dengan mengambil jurusan yang diinginkannya, mungkin ini saatnya untuk bersikap dewasa demi baktinya pada ayahnya yang akhir-akhir ini sering jatuh sakit dilanda stress. Lahan Pink Lettuce yang merupakan produk unggulan Collins Farming, nasibnya berada di ujung tanduk lantaran terkait perihal sengketa tanah yang belum usai. Keuangan perusahaan juga sedang dalam keadaan cukup memprihatinkan, disebabkan gagal panen tahun lalu yang hancur karena diterjang bencana badai. Untuk mempertahankan lahan krusial tersebut, Noah membutuhkan dukungan moril juga dana dan Andreas sebagai kawan lama menawarkan kesepakatan dengan syarat menjodohkan Rigel dengan putra semata wayangnya. Di saat dua kakaknya memilih jurusan manajemen bisnis dan bidang pertanian, Rigel malah lebih tertarik dalam dunia memasak alias tata boga. Jurusan yang sempat ditentang habis-habisan oleh ayahnya lantaran Noah ingin Rigel mengambil jurusan seperti kakak-kakaknya di bidang yang menunjang kesinambungan perusahaan miliknya. Collins Farming, adalah salah satu perusahaan yang menggeluti bidang pemasok berbagai jenis sayur-mayur organik berkualitas tinggi di Amerika Serikat, termasuk salah satu pemasok sayuran organik untuk swalayan besar di antaranya The Care One, ritel swalayan ekslusif milik Golding Corp. Kedatangan Orion disambut hangat, semua orang sudah berkumpul di area bawah kediaman Collins. Hidangan kudapan kecil juga champagne disiapkan sebagai adab dalam menyambut tamu. Rigel tertegun sejenak melihat kumpulan manusia di bawah sana. Ia mengembuskan napas panjang sebelum menuruni tangga untuk bergabung. Menemui seseorang yang akan menjadi suaminya nanti untuk kali pertama. Saat kaki jenjangnya mendarat di lantai bawah di mana orang-orang berkumpul, semua mata membelalak padanya sedangkan dirinya tersenyum simpul semanis gula. “Rigel Liliana Collins!” jerit Laura refleks dengan wajah memucat kini menyaksikan tampilan mencengangkan anak bungsunya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook