bc

Cinta Mas Ojol

book_age12+
1.8K
FOLLOW
11.0K
READ
possessive
family
goodgirl
comedy
sweet
genius
loser
office/work place
virgin
like
intro-logo
Blurb

Namanya joesph ardiat naubil, biasa di panggil Jojo, anak bapak Mamat si juragan kambing. Punyak dua orang kakak yang pintar, kerja kantoran dan yang satunya lagi kerja gambar/arsitek, mapan dan tampan dengan kulit putih mulus yang tak pernah terkena paparan matahari, berbeda dengan Jojo yang hidupnya hanya mengais dari pundi rupiah harga antar jemput barang atau costumer, bermodalkan sebuah akun di salah satu aplikasi transportasi online yang ia dapat dari cara membeli dengan beberapa nilai rupiah, dirinya bisa hidup, bahkan melanjutkan kuliah hanya Dengan mengais pundi pundi jalanan dan receh.

Cerewet dan susah di atur. Keras kepala adalah nama lain nya, supel dan ramah. Mudah bergaul dengan siapa saja, baik suka menolong dan selalu merendah, bahkan sangking rendahnya sampai bisa jadi bahan pijakan kawan-kawan.

chap-preview
Free preview
Ojol 1
Siang itu sepertinya matahari tengah murka, terik yang di keluarkan begitu menyengat, dan tentu saja kemarahan matahari di topang oleh kelakuan manusia bumi yang dengan santai membuang segala sampah entah domestik atau sampah asap, entah knalpot kendaraan atau bisa saja dari mulut yang seperti kereta uap, mengepul asap sesuka hati, yang pasti karena semua perpaduan itu membuat panas siang itu semakin trik, dan malas untuk melakukan apapun, rebahan is the best kalau kata Mpok Boni pemilik warung kopi tempat nongkrong para pejuang receh berseragam hijau hitam. "Nggak narik Lo, jo?" ucapan itu keluar dari bibir penyumbang polusi yang tengah mengapit sebatang candu perusak paru, di pandangi sekilas sosok yang kini duduk di sebrang meja yang di duduki pemuda yang tengah bertopang dagu menatap malas jalanan padat. Kota bandar Lampung, walau tidak sebesar kota Jakarta. Tetap saja, jam makan siang yang bertabrakan dengan jam pulang sekolah adalah jam di mana kendaraan berjejalan sibuk memadatkan jalanan, selip sedikit senggol bacok pokoknya, apalagi emak-emak zaman now yang nggak kalah garang bahkan lebih garang dari bapak kumis tetangga rumahnya. "Males, beh" mengalihkan tatapannya, menatap pada sosok beh yang tak lain adalah babeh Hartoni, pemilik wajah tegas dan kumis tebal dan di topang wajah garang. Suku Jawa tapi lebih suka di panggil babeh seperti orang Betawi, katanya sih lama dan besar di lingkungan Betawi makanya lebih nyaman di panggil babeh ketimbang pakde, paklek, ataupun om. "Nyari rezeki kok malesan, tong. Mumpung rame noh." si babe menghisap asap nikotin itu lagi, menghisap dalam sebelum menghembuskan pelan, nikmat memang merokok sembari ngopi setelah makan siang. "Liat noh, yang lain malah udah kabur dari tadi. Bunyi Mulu notip mereka." Jo, pemuda yang tengah di ajak bicara babeh Hartoni, memiliki nama lengkap Joesh Ardiat Naubil, atau kerap di sapa Jojo adalah pemuda setengah matang yang masih menempuh pendidikan semester terakhir di salah satu fakultas ternama di bandar Lampung. malah semakin malas, menelungkup kan wajahnya di atas meja dengan kedua tangan yang menjadi bantal dadakan. "Panas, beh" "Laki takut panas ya cuma elu, jo!" geleng babeh Hartoni tak percaya sembari menyesap kopi di tangannya. "Gimana rezeki mau neplok kalo lunya aja males." Mengangkat wajah malas, Jojo menatap babeh dengan seringai mengejek, bahkan sebelah alisnya di angkat guna menunjukan wajah meremehkan. Ape kata babeh, males, sory lah yaw, Jojo bukan anak manja yang pemalas, kecuali kalau siang seperti ini yang mana memang waktu bermalas ria bagi Jojo, apalagi harus berdesakan di jalan. Tobat deh. Di raihnya ponsel yang sedari tadi nyaman di dalam saku tanpa notif satupun, di aktifkan layar ponsel itu hingga menunjukan hasil poinnya siang ini. Setelahnya di dorongnya ponsel itu hingga menabrak pelan gelas babeh yang menjadi rem ponselnya. Babeh mencoba mengintip di sela asap rokok yang mengepul di udara, lalu berdecak pelan, memberi tatapan tak percaya pada Jojo, pemuda dengan wajah lesu bagai pakaian belum diseterika. "Aelah, pantes aja males. Berangkat jam berapa lu?" decaknya lagi mengembalikan ponsel Jojo sedikit keras. Heran dengan pemuda satu ini yang kesannya malas tapi selalu mendapat poin penuh setiap tengah hari, yang mana teman temannya saja baru mulai berebut penumpang. Bukan sekali dua kali, tapi Jojo memang sosok yang entah kenapa bisa begitu giat dalam pekerjaan, buktinya siang seperti ini, kantongnya sudah terisi pundi rupiah yang bisa di bilang lebih besar dari pada gajih orang kantoran. Apalagi trip yang di lihat babe Hartoni tadi tergolong long trip dengan ongkos yang tidak sedikit " bisaan amat jam segini udah tupo lu, tong." "Pagi dong, be, kata mamah Jojo tuh kalo cari rejeki dari pagi sebelum ayam berkeliaran terus matok rejeki kita, baiknya kita yang matok ayam. Yakan?" ucapnya menaik-turunkan alis dengan seringai mengejek. "Apalagi alarm Jojo itu akurat banget loh be, minta bangunin jam 7, eh di bangunannya jam 6 terus bilangnya udah jam 9, kelabakan dong, pas selesai mandi liat jam eh masih jam 6." Babeh tergelak mendengar celoteh setengah mengantuk dari Jojo. "Bise ae lu ntong!" Mengangguk malas, Jojo beranjak. Di simpan kembali ponsel nya kedalam saku celana, memilih berbaring pada dipan di depan warung, memilih memejamkan matanya yang mengantuk karena semalam tidur larut dan harus bangun pagi guna memenuhi kewajibannya, setelahnya tidur lagi. Dan Bagun jam 6. Rasa kantuk masih menumpuk di pelupuk matanya. ° • ° Dering ponsel di saku celananya mau tak mau membuat tidur Jojo sedikit terganggu. Bahkan dengan malasnya ia meraih ponsel tanpa membuka matanya, menekan tombol volume yang telah di seting untuk mengangkat panggilan telepon agar tak susah jika dalam posisi terdesak. "Halo?" ditempelkannya benda pipih itu di telinga kanannya, berucap dengan nada lesu khas orang baru bangun tidur. "Di mana, nak?" suara lembut itu masuk dalam indra pendengar Jojo, lalu menyusup kedalam otak yang langsung merespon jika suara itu adalah milik wanita spesial dan sama sekali tak pantas untuk di acuhkan. Sepontan, Jojo bangun. Mengucek mata untuk menghilangkan rasa kantuk itu walau sama sekali tak membantu, matanya mengerjap pelan memfokuskan pandangannya sebelum menjawab dengan senyum terbit di bibirnya. "Eh ibu, Jojo lagi di warung langganan ini, baru makan sekalian istirahat eh malah kelabasan" kekeh Jojo menggaruk tengkuknya yang agak sedikit gatal. "Kamu ini, tapi udah sholat kan? gimana ngojeknya?" Ini alasan kenapa Jojo selalu sayang ibunya, sosok yang selalu perhatian, bukan hanya padanya tapi juga pada kedua kakaknya yang memang tergolong lebih mapan ketimbang dirinya yang hanyalah seorang tukang ojek online. Tapi sang ibu tak banyak menuntut, malah membebaskan puteranya untuk bekerja apapun asalkan halal. Pernah sekali Jojo mengeluh pada Rinjani, ibu dari Jojo yang berusia 43 tahun, janda yang ditinggal meninggal mendiang ayahnya saat Jojo masih menginjak kelas 6 SD. Saat itu Jojo mengeluh malu pada ibu. Namun karena dirinya tak bisa seperti kedua kakaknya yang memiliki pekerjaan layak, dan hanya sibuk berkutat di jalanan dengan resiko yang tinggi, entah kecelakaan, begal, curanmor. Dan sebagainya. Jojo merasa malu karena belum bisa membahagiakan sang ibu. Tapi dengan lembut, Rinjani hanya tersenyum menjawab keluhan Jojo. Mengelus puncak kepala Jojo yang saat itu masih bermanja-manja dan berbaring di atas pahanya. Menjadikan paha sang ibu sebagai bantal. Bahkan jawaban sang ibu kalau itu malah membuat Jojo semakin semangat menjalani pekerjaannya. "Nggak papa, nak. Mau kerjaan kayak apa pun asal itu halal dan kamu nyaman ngejalaninnya ibu nggak akan ngelarang ataupun malu. Bahkan ibu bangga sama kamu dan malu sama diri sendiri. Karena kamu bisa ngebiayain kuliah kamu sendiri, Dan malu karena sebagai orang tua ibu malah nggak bisa jaga amanat ayah kamu buat nguliahin kalian semua." Jojo terkesiap sejenak mendengar penuturan sang ibu, saat itu ia memilih bangkit dan duduk di sebelah ibu, tangannya meraih telapak tangan sang ibu, diusapnya pelan. "Ibu jangan ngomong gitu ah, lagian kulaih Jojo juga dibantu kakak kok, bukan Jojo sendiri, udah sepantasnya ibu istirahat di rumah, dan biarin kami anak ibu yang ngebahagiain ibu." Jawab Jojo lirih. Ahh mengingat masa itu entah kenapa membuat mata Jojo berembun. Efek ngantuk sepertinya. Diusapnya sekali lagi sepasang mata Jojo sebelum menjawab pertanyaan sang ibu. "Udah kok, Bu. Ini masih istirahat, ngojeknya juga Alhamdulillah, tinggal Nyari tambahan sedikit." jawab Jojo dengan senyum merekah. "Ibu udah makan?" "Udah, nak. tadi ibu masak pindang kesukaan kamu, kalo udah selesai cepet pulang ya, kakak kamu juga bakal pulang sore hari ini." Mendengar kakaknya akan pulang membuat semangat Jojo semakin berkobar apalagi membayangkan makan bersama kedua kakaknya yang memang jarang pulang itu adalah momen yang sangat jarang dan di nanti oleh Jojo. "Iya, Bu. nanti kalo kakak udah di rumah, ibu SMS Jojo aja. Biar Jojo cepet pulang." "Iya nanti ibu kabarin. Kamu yang ati ati ngojeknya. Jangan ngebut dan jangan lupa senyum." "Siap Ibunda!" jawab Jojo dengan kekehan diakhir sebelum sang ibu menutup sambungan telpon dengan salam. Setelahnya entah kemana kantuk yang ia rasakan tadi menguap, yang ada tinggal semangat untuk menyusuri jalan padat siang itu. Mengadu peluh dengan segala kemungkinan yang ada. Mengejar target untuk membeli beberapa makanan kesukaan kedua kakaknya yang akan pulang. Ah membayangkannya saja membuat senyum Jojo terus tertahan di kedua sudutnya. ° • ° Setelah menunggu beberapa waktu setelah Jojo mengaktifkan aplikasi ojolnya akhirnya ponsel Jojo bergetar diiringi sebuah notif aplikasi ojol yang menunjukan sebuah pesanan gofood yang tak jauh dari tempatnya sekarang, segera saja Jojo menerima pesanan itu. Di susuk sebuah pesana masuk diiringi pesanan tadi. Cs : mas nanti tolong ya, di kotak donantnya dikasih tulisan. "Maaf ya sayang, aku nggak bisa pulang siang ini, kerjaan banyak. Ini donat manis sengaja aku pesan buat kamu yang selalu manis di hati aku. Big love buat mamahnya Rafa." Membaca pesan itu membuat senyum Jojo mengembang, jangan heran jika sekarang ojol pun merangkul sebagai Mak comblang yang menyatukan jarak sepasang kekasih yang sibuk dengan pekerjaannya, atau menjadi Mak comblang membujuk kekasih saat merajuk, menjadi Mak comblang sepasang anak manusia yang tengah pdkt pun ojol bisa. Dengan senyum yang masih terbit di wajahnya, Jojo membalas pesan costumer dengan riang. "Siap bos, apa perlu di tambah lope lope beterbangan di belakangnya? :-D" Lalu jawaban "boleh mas, tolong ya!" membuat Jojo mantap menjalankannya motor kesayangannya membelah jalanan dan siap berdesakan dengan macetnya kota bandar Lampung walau tak semacet ibu kota. Tak sampai 10 menit Jojo sampai di sebuah toko kue yang terlihat sedikit ramai. Toko yang menjadi tempat ia memesan makanan untuk costumers. Kakinya masuk sebelum mengunci stang motornya dan berjalan menenteng helm hijau yang ia kenakan. Beruntung toko itu menfasilitasi kasir khusus ojol jadi tak terlalu mengantre lama. Belum lagi toko itu juga menyediakan minuman gratis untuk para pengemudinya. Jojo salut dengan pemilik toko ini. "Mbak, pesen donat kentang milk stroberi 5, sama donat ubi cokelat hitam 5 ya mbak, dibungkus satu kotak aja biar hemat tempat" ucap Jojo dengan senyum manis terkesan ramah membuat mbak kasir sedikit merona melihat senyum milik Jojo. "donat kentang milk stroberi 5, dan donat ubi cokelat hitam 5, ya mas?" tanya mbak kasir dengan rona yang masih terlihat yang di jawab anggukan tak lupa senyum ramah milik Jojo. "Baik, mohon di tunggu sebentar ya mas" Jojo mengangguk sebentar lalu memilih sebuah kursi panjang yang memang di sediakan untuk menunggu. Sembari menunggu Jojo lebih sering meluangkan waktu untuk sekedar membuka grup obrolan yang menjadi tempat bertukar informasi dan keluh kesah bahkan banyolan lucu yang slsedikit bisa mengurangi rasa penatnya. Hingga tak terasa pesanan yang ia terima sudah siap untuk di antarkan. Jojo menerimanya tak lupa memberi ucapan terimakasi sebelum ia berlalu meninggalkan toko yang tengah ramai di siang itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MY DOCTOR MY WIFE (Indonesia)

read
5.0M
bc

Suamiku Bocah SMA

read
2.6M
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
52.9K
bc

The Unwanted Bride

read
111.0K
bc

Mrs. Fashionable vs Mr. Farmer

read
421.2K
bc

Kamu Yang Minta (Dokter-CEO)

read
292.8K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook