bc

Unboxing My Boss

book_age18+
21.1K
FOLLOW
173.0K
READ
others
love-triangle
possessive
one-night stand
fated
comedy
sweet
bxg
humorous
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

Akibat pergi ke klub malam bersama sahabatnya, Nala pulang dalam keadaan mabuk dan tanpa sadar telah meng-unboxing anak majikan tempatnya menjadi asisten rumah tangga. CEO muda bernama Raden Aji Dilan Pratama. Pria dingin, irit bicara, pelit senyum sekaligus angkuh namun terlalu tampan untuk dibenci.

Setelah malam terlarang itu terjadi, Dilan perlahan berubah drastis. Dia yang selama ini tak banyak bicara, mulai cerewet pada Nala. Bahkan dia terkesan menggoda Nala dengan ucapan-ucapan m3sumnya.

Di hari ketika Nala ingin kabur dari rumahnya, Dilan justru mengancam Nala  akan memenjarakannya dengan tuduhan pemerk0saan. Nala tak berkutik karena memang begitu kenyataannya.

Pria yang dipuja-puja oleh sejuta umat itu tak ada bedanya dengan laki-laki mata keranjang m3sum di luaran sana. Sayangnya, hanya Nala yang tahu.

Namun, kenapa ketika Nala berusaha menjauh dengan pria itu, ia justru semakin terpikat dengan pesonanya.

Di sisi lain, Dilan memiliki seorang saudara tiri bernama Keenan yang ternyata adalah mantan kekasih Nala.

Dihadapkan dengan dua pria yang dijuluki butiran berlian, ke manakah hati Nala akan berlabuh?

Keenan siap memberikan kembali hatinya. Sementara Dilan, sudah menjatuhkan hatinya sejak pertama kali melihat Nala.

"Saya akan laporkan kamu ke polisi atas tuduhan pemerk0saan."

"A-apa?"

Dilan menyeringai. "Jangan pergi, atau kamu akan menyesal."

****

chap-preview
Free preview
1. Kaynala Mentari
"Nala nggak mau menikah dengan orang yang bahkan fotonya saja nggak boleh Nala lihat," tutur Nala di depan keluarganya. Ada paman dan tante, juga kakak dan adiknya yang pada malam itu memang sengaja berkumpul untuk membahas mengenai perjodohan Nala dengan seseorang yang dipilihkan oleh kakeknya yang sudah tiada. Sang ayah, baru menemukan sebuah surat wasiat berisi permohonannya agar menikah dengan cucu dari sahabatnya. Oleh karenanya, malam ini mereka berkumpul untuk membicarakan perihal perjodohan itu. "Calon suamimu itu bukan orang sembarangan, Nala. Seharusnya kamu bersyukur dia mau menerima perjodohan ini. Kamu nggak akan menyesal setelah melihatnya. Percaya sama Paman," ujar sang Paman, yang adalah adik kandung dari ibunya. "Paman, maaf. Tapi, Nala sama sekali nggak peduli. Siapapun dia, Nala nggak mau menikah dengannya," tutur Nala, masih berusaha bicara sesantun mungkin walau sebenarnya sejak tadi dia sudah berusaha keras menahan amarahnya. "Tapi, Nala, Ibu dan bapak yakin kok, setelah kamu mengenal orangnya, kamu pasti mau. Besok, mereka akan ke sini, Ibu harap kamu mau bersikap baik, ya, sama mereka." Nala tidak menjawab, dia langsung pergi ke kamarnya dan duduk di depan meja riasnya. "Jangan-jangan, gue mau dijodohin sama aki-aki, lagi! Iiih!" Nala bergidik. Lalu, ketika dia mengingat ucapan pamannya mengenai orang itu, Nala memelototi cermin di depannya. "Maksudnya apa bukan orang sembarangan? Dukun?" Keterlaluan! Masa jaman sekarang masih dijodoh-jodohkan, sih? Mana dia tidak diizinkan pula melihat foto orang itu. Benar-benar mencurigakan. Pokoknya, Nala akan terus menolak perjodohan itu. Tapi, bagaimana caranya? **** Cahaya matahari pagi menerobos masuk ke kamar Nala yang bernuansa oranye. Kamar itu hening, tak ada aktivitas apa pun di dalamnya. Padahal, jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Maka dari itu, adiknya yang bernama Anggita datang untuk membangunkannya. "Kak? Udah bangun belum? Aku ada sesuatu loh buat Kakak!" katanya setelah membuka pintu kamar itu. Di atas ranjang, tampak sebuah gundukan besar. Mengira kakaknya itu sedang tidur, Anggita pun mendekat. "Tau, nggak? Kemarin, aku berhasil dapetin foto calon suaminya Kakak. Sumpah, demi apa! Kakak pasti nggak nyangka deh!" Gundukan itu tak bergerak. "Kak? Oi, bangun! Penasaran nggak nih?" Anggita mengeluarkan ponselnya yang menampilkan gambar seseorang. "Tadaaa! Ini dia fotonya! Kemarin diam-diam aku ambil dari kamar Ibuk terus aku foto deh." Tapi tak ada tanda-tanda pergerakan di balik selimut bermotif Doraemon itu. "Kak? Kak Nala?" Sekarang Anggita mulai menggoyang-goyangkan sesuatu di balik selimut. Kok aneh? Empuk gitu, kayak boneka. Curiga, Anggita menyingkap selimut itu dengan satu kali tarikan. Dan seketika, matanya membelalak. Jadi, dari tadi, yang diajaknya ngomong itu boneka buaya? Lalu, di mana Kakaknya? Sebelum Anggita berteriak histeris, matanya menangkap selembar kertas yang ada di atas kepala boneka tersebut. Anggita mengambil dan langsung membacanya. *Nala nggak mau dijodohkan, Pak, Bu. Nala pamit, ya. Suatu saat nanti, Nala pasti pulang. Jaga kesehatan Bapak dan Ibu, ya.* Anggita lalu berteriak sekencang mungkin, "Bapaaaak! Ibuuuu! Kak Nala kabuuur!" Brak! Pintu kamar dibuka dengan kasar dari luar. Lalu kedua orangtuanya muncul dengan wajah terkejut, disusul kakak laki-lakinya. "Apa kamu bilang?" "Kak Nala kabur! Dia ninggalin surat ini." Anggita mengangsurkan surat itu dengan tangan gemetar kepada sang ayah. Bersamaan dengan itu, sayup-sayup terdengar suara mesin mobil mendekat. Rangga, anak sulung keluarga itu membuka jendela untuk mencari tahu siapa yang datang. Ada tiga mobil mewah yang memasuki pekarangan rumah mereka. "Pak, Buk, mereka datang," lirih Rangga, membuat lutut kedua orangtuanya lemas seketika. "Gimana ini, Pak? Mereka sudah datang!" ujar istrinya dengan wajah pias. Bapak meremas surat di tangannya dengan penuh rasa marah. "Anak itu benar-benar mau buat keluarga kita malu!" ****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook