bc

Saphira

book_age16+
6.5K
FOLLOW
46.6K
READ
contract marriage
love after marriage
scandal
independent
drama
sweet
bxg
city
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

Kita tahu cinta bukan dasar ikatan suci kita. Saat masa depan tak ada harapan. Kenapa melepasmu seolah enggan?

_Kamadean Aksara

Bermula kebohongan dan kesepakatan. Jika saja awal kita lebih indah mungkinkah kita bisa merajut kisah yang lebih sempurna?

_Saphira Ayushita

Tentang dua orang yang seharusnya menjadi paling dekat namun justru terasa paling jauh. Ketika dasar yang dipijak tak kuat dan harapan bukan menjadi pegangan. Keduanya hanya berjalan mengikuti kemana semesta membawa.

Jika bersama bukan jalan kita, lantas haruskah kita berpisah di persimpangan jalan ini? Sembari menerka-nerka, akankah di persimpangan yang lain takdir akan mempertemukan kita lagi.

_Julls Sailenndra

chap-preview
Free preview
1. Dia yang Pulang
Author Pov "Bang, Mbak Aira di Lombok." Gerakan mengunyah Dean terhenti beberapa detik mendengar ucapan sang adik. Keduanya sedang sarapan di meja makan. Aliyah menengok ke taman di samping rumah, memastikan sang ibu yang sedang bermain dengan anaknya tak mendengar perkataannya.Aliyah mengamati sang kakak yang masih diam tanpa ekspresi saat nama istrinya disebut. Dean tertawa mengejek di dalam hati saat menyebut kata istri. Dua tahun menikah dirinya tak merasakan perubahan seperti apa yang dirasakan pria berumah tangga pada umumnya. Kecuali status di KTP yang berubah. "Aku lihat di Ig story Mbak Aira, dia nginep di Pandawa," kata Aliyah yang sukses menarik perhatian abangnya. ... Dean mengangguk kecil saat seorang cleaning service menyapanya sopan. Dihisapnya rokok yang terselip di bibir sebelum mematikan di tempat sampah yang terletak di pintu masuk Pandawa Resort & Hotel. Bisnis yang dikelolanya bersama Radian dan Dio. Dean masuk ke office yang terletak terpisah dari bangunan hotel dan resor. Bagian office berada di belakang. Di samping kanan ada bangunan lain yang merupakan mess karyawan. Dirinya masuk ke ruangan berkaca gelap yang menjadi ruang kerjanya. Minggu ini bisa dibilang beban kerjanya dua kali lipat. Karena monitoring resor yang biasa ditangani Rad diambil alih olehnya untuk dua minggu ke depan. Sahabatnya itu sedang pulang ke Jakarta bersama anak dan istrinya. Ketukan pintu menghentikan aktivitas Dean yang sedari tadi menatap laporan dari layar PC di depannya. "Pak, ada complaint," ujar Bagas yang masuk ke ruangan. Dean sebenarnya nggak terlalu suka panggilan 'Bapak' di depan namanya. Dia merasa belum terlalu tua di umurnya yang ke 33 tahun. Namun lagi-lagi jenjang jabatan menjadikannya memperoleh panggilan itu. Para karyawan segan jika diminta memanggil nama atau dengan sebutan abang. "Ada kodok yang masuk ke room, orangnya marah-marah," jelas Bagas. "Suruh Nada yang tangani," kata Dean menyebutkan nama manajernya yang berhubungan dengan pelanggan. "Bu Nada lagi tangani tamu lain, pengusaha yang mau nikahan itu." Dean lantas beranjak dari duduknya dan keluar diikuti Bagas. "Dia marah-marah katanya mau bocorin pelayanan buruk kita ke sosmed. Kayaknya mbaknya artis." Langkah Dean terhenti dengan kening mengernyit. Berurusan dengan publik figur yang complaint tentang pelayanan buruk lalu ngoceh di sosmed memang merepotkan. Namun ada hal lain yang membuat Dean agak was-was. Teringat dengan perkataan Aliyah tadi pagi. Batinnya berharap, semoga bukan wanita itu. .. Langkah Dean sontak terhenti saat mendengar suara wanita yang marah-marah pada dua orang pegawai Pandawa. Nafasnya berhembus kasar sebelum mendekat ke room resor wanita itu. "Ada apa?" tanyanya. Wanita yang sedari tadi mengomel tak henti itu menoleh mendengar suara berat yang didengarnya. Untuk beberapa detik kemudian iris hitam wanita itu dan iris tajam Dean saling tatap. Mengamati dari ujung kaki hingga rambut pasangannya. Alis Dean mengeryit mendapati rambut panjang wanita itu yang berwarna ungu di ujung-ujungnya. Entah apa yang dilakukan wanita itu. Baju tidur tipisnya hanya sepanjang setengah paha, menampilkan kaki jenjangnya yang putih. "Ada kodok di kamar aku, gimana bisa ada hewan begitu di resor yang katanya terbaik di Lombok ini," omelnya. "Di dekat kolam Pak," ujar salah seorang pegawai Dean yang sedari tadi menunduk, takut diomeli lagi. Dean menatap kolam renang sekilas lalu berganti ke arah Bagas. "Air kolamnya akan kita ganti," ujarnya. Mendengarnya, wanita itu berdecak kesal. "Kodok itu bisa saja masuk ke kamarku. Bagaimana kamu akan bertanggungjawab pada itu?" "Hewan itu nggak akan masuk ke kamar. Dia mungkin bisa di dekat kolam tapi tak akan bisa melompat ke kamar. Jarak lantai room ke kolam sudah kami sesuaikan. Tak ada kodok yang bisa melompat hingga nyaris 50 cm Nona," ujarnya dengan penekanan di ujung kalimat. Membuat wanita yang duduk angkuh di tepi tempat tidur itu menatapnya tajam. "Aku akan complaint di medsos, orang-orang harus berpikir ulang sebelum memutuskan stay di sini." Wanita itu segera meraih ponselnya di nakas. Nafasnya tercekat kaget saat ponsel pintarnya diraih tiba-tiba. "Kalian bisa kembali bekerja," kata Dean tegas pada para pegawainya. Bagas menatap bingung tindakan bosnya sebelum kemudian berlalu pergi. Dean kembali menatap wanita di depannya tajam. "Jangan buat ulah Aira!" ujarnya. Raut wajah kesal wanita itu seketika berubah dan menampilkan senyum manisnya. "Halo suamiku," sapanya riang. Dean mendengus kasar sebelum melangkah mundur. "Kita udah 10 bulan nggak ketemu, kamu nggak kangen?" tanya Aira. Mengabaikan pertanyaan itu, Dean berjalan ke luar kamar dan mengamati sekitar. Memastikan tak ada yang aneh di room yang disewa wanita itu. Dia tahu insiden katak tersebut hanya dilebih-lebihkan oleh Aira. Dean tersentak kaget saat ada lengan yang melingkar di perutnya. Juga tubuh lembut dan wangi lavender dari tubuh yang memeluknya dari belakang itu. Segera dilepasnya pelukan itu. Namun bukan Aira kalau tidak keras kepala. "Apa maumu?" tanya Dean mengurai pelukan istrinya. Dia bingung saat tiba-tiba Aira ke Lombok. Wanita yang tinggal dan berkarier di Jakarta itu tidak akan tanpa alasan untuk pulang. Pulang, tempat ini bahkan bukan rumahnya. Mereka menikah dua tahun lalu di Lombok. Hanya seminggu setelah pernikahan, istrinya pergi meninggalkannya dan tinggal di Jakarta. Bagas tadi menyebutnya artis. Dean bahkan tak tahu apa yang sebenanarnya dilakukan wanita itu. Wanita itu jarang muncul di layar kaca lagi. Sebelum menikah, Aira yang masih berusia 22 tahun menjadi runner up ajang putri kecantikan di Indonesia. Mewakili untuk ajang beauty pageant di tingkat internasional dan menduduki runner up dua. Setelah itu dia hanya main di satu film yang menjadikan namanya semakin melambung karena aktingnya yang apik. Namun karena suatu kejadian, dirinya lantas tak pernah lagi muncul di TV. Beralih aktif di media sosial. Profesi yang tak tahu sebenarnya apa jobdesk-nya, seorang selebgram. Namun medsos wanita itu diikuti hingga 11 juta followers. Dean tak tahu apa yang ada di ** wanita itu karena dia tidak menjadi salah satu orang dari 11 juta followers istrinya. Aira berdecak pelan dengan nada suara suaminya yang tetap datar. "Emang kenapa kalau aku mau pulang ketemu suamiku?" ujarnya dengan nada manis. Wanita yang bertelanjang kaki itu kembali mendekat pada Dean. Kali ini merapat pada suaminya dari arah depan. Tinggi mereka yang tak sepadan membuat Aira harus berjinjit untuk memeluk leher suaminya. Wanita itu lalu meninggalkan kecupan lembut di dagu Dean yang dipenuhi bakal jambang. Kali ini Dean tak menolak, membiarkan istrinya melakukan yang dia mau. Bahkan saat Aira melarikan jari-jari tangannya di sepanjang dagu dan pipi, membelainya lembut. "Kamu nggak bercukur?" tanyanya pelan. Melihat wajah suaminya makin lekat. Rambut Dean lebat masih tampak rapi. Alisnya yang tebal menaungi mata dengan iris hitam tajam. Hidungnya bangir. Wajahnya terlihat lebih dewasa dari yang terakhir kali diingatnya 10 bulan lalu. "Apa yang sebenarnya kamu lakukan di sini?" tanya Dean mengabaikan pertanyaan Aira sebelumnya. "Sudah aku bilang aku rindu suamiku," katanya dengan senyum manis. Dean segera melepaskan pelukan. Tak mau menanggapi bualan istrinya. Keduanya tahu persis bagaimana hubungan pernikahan mereka. Pernikahan yang tak sama dengan pernikahan pada umumnya. Tak banyak yang tahu bahwa keduanya sudah menikah. Jari-jari manis mereka juga polos tak ada cincin nikah. Ikatan mereka sebatas pada buku nikah dan perubahan status di KTP. Tak lebih dari itu. Jadi saat Aira bersikap layaknya istri yang benar-benar merindukan suaminya, Dean paham wanita itu hanya bermain-main. Dirinya lantas berbalik dan melangkah pergi. Namun langkahnya belum genap tiga saat perkataan wanita itu membuatnya berbalik. "Ibu menghubungiku." Ibu. Satu kata itu membuat Dean tak bisa mendebat. Dua tahun ini hanya sosok itu yang membuatnya bertahan. "Apa aku harus ke rumah?" tanya Aira. Kali ini tanpa ada nada manja di suaranya. Aira yang sebenarnya. Pertanyaan itu belum juga mendapatkan jawaban di pikiran Dean. Karena dia memang selalu tak bisa menjawab jika sang ibu menanyakan soal istrinya, Aira. "Ganti warna rambutmu," ujarnya datar. Dean tak mau mengambil resiko sakit ibunya tambah parah karena kaget dengan penampilan rambut menantunya yang seperti kemoceng. Senyum kembali menghias di bibir Aira. "Iya kan, aku juga berpikir mau ganti warna rambut. Turquoise kayaknya bagus ya," ujarnya yang membuat Dean mendelik. Laki-laki itu menggeleng tak habis pikir dengan istrinya. Dean lalu berbalik pergi. Meninggalkan Aira yang masih mengoceh. "Nanti temenin lunch ya," teriak wanita itu yang masih didengar Dean. *

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook