bc

Remarry

book_age16+
21.4K
FOLLOW
149.6K
READ
family
HE
second chance
pregnant
mate
goodgirl
campus
regency
friendship
widow/widower
like
intro-logo
Blurb

Sebuah cerita tentang Allea Putri Widjaya, seorang remaja yang sudah menyandang gelar sebagai Janda muda satu anak.

Lantas bagaimana nasibnya ketika bertemu dengan Angkasa Emilio Grey , mantan suaminya yang sialnya juga Dosen baru dikampusnya.

Apakah cinta diantara mereka tumbuh kembali? Ataukah dendam diantara keduanya semakin menjadi?

chap-preview
Free preview
Part 1
Allea Putri Widjaya. Mahasiswa semester 4 jurusan Bisnis, Putri sulung dari keluarga Widjaya. Di usianya yang masih 23th, dia sudah menyandang gelar sebagai janda muda sekaligus Single Parent. Kenapa bisa? di umurnya yang baru menginjak 19 tahun, tepatnya saat dia baru saja lulus SMA. Allea dijodohkan dengan anak rekan bisnis orang tuanya dan terpaksa harus menikah di usianya yang masih remaja. Karena sifatnya yang masih kekanakan dan labil, pertengkaran selalu terjadi diantara Allea dan mantan suaminya, Allea yang egois dan mantan suaminya yang keras kepala membuat mereka berakhir di perceraian. Dua hari setelah perceraian. Tepat saat ia baru saja merayakan hari ulang tahunnya yang ke 20. Allea sempat depresi karena mengetahui dirinya tengah berbadan dua, Allea heran kenapa bisa dia hamil padahal mereka melakukan hubungan intim hanya sekali, itupun karena pengaruh alkohol. Mau digugurkan takut dosa, di pertahankan juga tidak sanggup. Saat itulah, Allea merasa dunianya benar-benar hancur. Ini bukan perkara mudah bagi Allea, mimpi yang sudah ia rancang dengan matang terpaksa harus ia kubur dalam-dalam. Dengan berat hati, Allea membatalkan niatnya untuk kuliah di luar negeri. Begitu juga dengan teman-temannya, yang ikut membatalkan kuliahnya di luar negeri, dan memilih untuk menemani Allea di sini. Ya, setelah lulus SMA mereka tidak langsung mendaftar kuliah. Mereka lebih memilih untuk bersenang-senang terlebih dahulu, karena mereka berencana akan kuliah di luar negeri, di tahun ajaran berikutnya. Namun karena kondisi Allea yang belum memungkinkan untuk kuliah, mereka sepakat untuk menundanya lagi sampai Allea melahirkan dan kondisinya benar-benar pulih. Di umur 21 tahun, barulah mereka melanjutkan pendidikannya di Perguruan tinggi swasta. Selama sembilan bulan mengandung. Orang tuanya selalu membawanya ke Psikiater, untuk memantau kesehatan mentalnya yang belum stabil. Terkadang, Allea bisa menerima anak yang di kandungnya. Namun tak jarang juga Allea melakukan sesuatu yang bisa membahayakan dirinya dan juga anaknya. Berbulan-bulan Allea mengalami depresi berat, dengan emosi yang tidak stabil. Namun karena dukungan dari keluarga dan sahabat-sahabatnya yang tidak pernah berhenti. Akhirnya Allea bisa melewati masa-masa berat itu. Hingga pada akhirnya, pada bulan September. Dia berhasil melahirkan anak laki-lakinya dengan selamat. *** "Haah... cape banget gue," ujar Allea. Siang ini Allea dan sahabatnya baru saja menyelesaikan tugasnya yang menumpuk di perpustakaan. "Nih. minum dulu Neng," sahut Sasha, seraya memberikan satu botol air mineral kepada Allea. "Thanks." "Habis ini lu mau nongkrong dulu apa langsung pulang?" tanya Sasha. "Langsung pulang lah. Ntar anak gue nyariin, kalau gue main dulu," jawab Allea ,seraya merebahkan tubuhnya di sofa perpus. "Pijitin, Sha!" perintah Allea, seraya menyodorkan tangannya. "Dih, enak banget lo nyuruh-nyuruh. Kaki gue pegel aja, gue pijit sendiri," balas Sasha dengan sewot. "ALLEAA, SASHAAA!" teriak seorang gadis cantik dengan rambut merah sebahu. Gadis itu menghampiri Allea dan Sasha yang sedang merebahkan diri di sofa. "Berisik anjir," ketus Allea dan Sasha berbarengan. "Hehe." Tania hanya menyengir, Ya gadis itu bernama Tania. Sahabat Allea dan Sasha sejak SMA. Tania dan Sasha adalah bagian dari anugrah dalam hidup Allea. Tanpa mereka berdua. Allea tidak yakin, dia bisa sekuat ini. "Ngapain lo teriak-teriak?" tanya Sasha. "Manggil doang," jawab Tania. "Kuping gue normal. Gak usah teriak-teriak kayak Tarzan," ujar Allea ketus. "Ih marah mulu nih, Mama muda. Nanti gak laku nikah loh," goda Tania sambil menoel-noel pipi Allea. "Bodo amat. Ntar bapak lo yang gue nikahin," sahut Allea tak santai, membuat kedua temannya langsung tertawa. "Gue pulang dulu ya, bye." pamit Allea. Allea bangun dari duduknya, dan merapikan bajunya yang sedikit berantakan. Lalu berjalan keluar, meninggalkan kedua sahabatnya yang sedang ribut sendiri. Entah,apa yang mereka ributkan. Keduanya selalu adu mulut jika bertemu. Allea berjalan dengan santai menuju parkiran untuk menjemput mobil kesayangannya, Minicooper cabrio. Hadiah dari papanya saat ia berulang tahun ke 21. Setelah itu Allea langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, sambil mendengarkan musik kesukaannya dari penyanyi Ariana grande. Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit, Allea sampai di rumahnya. Kemudian Allea langsung memarkirkan mobilnya di garasi yang sudah berjejer mobil mewah milik Mama dan papanya. "Assalamualaikum, Allea pulang!" teriak Allea, saat tak melihat satupun orang di ruang tamu. "Gak usah teriak, Teh. Ini rumah bukan hutan," sahut adiknya yang muncul dari dapur sambil membawa satu piring cemilan. Aurora Putri Widjaya atau yang lebih dikenal dengan nama Rara adalah adik kandung Allea satu-satunya. Rara baru berumur 16 tahun, dan saat inimasih duduk di bangku kelas 2 SMA. "Makan mulu lo. Nanti kalau gendut, insecure sama yang kurus," cibir Allea. Mendengar itu, Rara hanya melirik Allea sinis. Ia malas meladeni omongan kakaknya. Untuk saat ini, makan lebih penting dari pada beradu mulut dengan kakaknya. "Dih. Sok cuek lo bocah," cibir Allea lagi. Namun Rara tetap tak peduli. Kemudian Rara mendudukkan dirinya di sofa. Diikuti oleh Allea yang duduk di sampingnya. "Bagi sini," ujar Allea, seraya merebut piring di tangan Rara. "Bi Endang! Tolong ambilin kaca. Nih ada orang yang abis ngejek Rara tapi ikut makan!" teriak Rara kesal. "Bacot lo, Dek." Allea menyumpal mulut Rara dengan kue kering yang sedang ia makan, membuat Rara semakin kesal dan ingin menangis. "Tau ah. Teteh nyebelin," kesal Rara. Bibirnya mengerucut dan matanya berkaca-kaca. Tanda jika kekesalan Rara sudah berada di puncak. Kemudian Rara pergi, membuat Allea langsung tertawa puas. *** Sebelum mandi, Allea terlebih dahulu membersihkan kamarnya yang lumayan berantakan. Banyak mainan anaknya yang berserakan di lantai. Hal seperti ini, yang membuat Allea pusing setiap hari. "Haduh, Nio... Nio. Udah punya kamar mainan sendiri, tapi masih aja dimainin di sini," gerutu Allea. Setelah memasukkan semua mainan Nio ke dalam keranjangnya, Allea beralih menata meja riasnya yang sangat berantakan. Tok tok tok. "Masuk!" teriak Allea, saat mendengar suara ketukan dari pintu kamarnya. "Teteh, skincare Rara habis." ujar Rara bercerita. "Yaudah beli." "Gak ada duit," balas Rara, seraya mengerucutkan bibirnya. "Perasaan baru kemarin deh, Teteh ngasih kamu duit." "Apaan, orang Teteh cuma ngasih dua ratus ribu," protes Rara. "Emang gak dikasih sama Papa?" "Rara lagi marahan sama Papa." Allea memutarkan bola matanya malas. Kebiasaan Rara yang sangat boros membuat Papanya sering marah-marah, dan berakhir Allea yang menjadi korban dari keborosannya. "Pakai skincare Teteh aja." "Gak mau ah. Gak cocok." "Belum dicoba kok udah bilang gak cocok," ketus Allea. "Kulit Rara itu sensitif banget, Teh. Rara takut jerawatan." "Yaudah sih, bodoamat. Minta Papa aja kalau berani," ketus Allea, membuat Rara langsung memberengut kesal.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.2K
bc

My Secret Little Wife

read
92.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook