bc

Marriage Life With The Boss [END]

book_age18+
17.1K
FOLLOW
158.0K
READ
billionaire
contract marriage
arranged marriage
arrogant
scandal
CEO
comedy
sweet
mxb
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Adult Romance 21+

#officeromance

"Tolong ya, Pak, saya tidak mau disentuh barang seinchi pun." Itu adalah kalimat pertama yang meluncur dari kedua daun bibirku setelah kami sah menjadi pasangan suami-istri. Tidak ada pesta mewah. Hanya dihadiri orang-orang terdekat. Bahkan aku tidak mengundang sahabat-sahabatku.

'Adit dengan mata elangnya menoleh santai. "Kamu pikir aku mau?" dia berkata seakan aku tidak layak disentuh olehnya.

"Cih!" kataku sembari membuang muka.

Aku sumpahin nih orang tergila-gila sama aku. Mampus!

"Sok ganteng banget sih!" gerutuku sembari terus mengucap sumpah serapah dalam hati.

chap-preview
Free preview
BAB 1 - Oh, Boss!
Bagaimana rasanya kalau suamimu adalah bosmu sendiri? Hal ini terjadi padaku. Entah kutukan apa yang terjadi dalam hidupku ini. Saat aku berpisah dengan kekasihku tiba-tiba orang tuaku mengenalkanku pada pria yang diharuskan menjadi suamiku saat usiaku tepat 27 tahun. Dia adalah Aditya Chandra Danurdara. Bos berhati dingin dan terkadang lebih galak dari guru BK dan dosen killer. Suaranya itu mirip raungan serigala terakhir. Auuuuaaahhhhkkk.... Issh! Well, tiga bulan lalu aku baru saja putus dari Aksa—kekasih selama dua tahun. Belum hilang rasa sakitku akibat perpisahan kini aku dijodohkan dan menikah dengan Adit. Rasanya, ya, kurang lebih nano-nano. Cuma... keluarga Adit bilang kalau pernikahan kami harus disembunyikan. Entah sampai kapan. Alasannya ya, karena aku karyawan di perusahaan tersebut selama aku masih ingin bekerja di sana selama itu pula pernikahan harus dirahasiakan. “Tolong ya, Pak, saya tidak mau disentuh barang seinchi pun.” Itu adalah kalimat pertama yang meluncur dari kedua daun bibirku setelah kami sah menjadi pasangan suami-istri. Tidak ada pesta mewah. Hanya dihadiri orang-orang terdekat. Bahkan aku tidak mengundang sahabat-sahabatku. "Adit dengan mata elangnya menoleh santai. “Kamu pikir aku mau?” Dia berkata seakan aku tidak layak disentuh olehnya. “Cih!” Kataku sembari membuang muka. Aku sumpahin nih orang tergila-gila sama aku. Mampus! “Sok ganteng banget sih!” gerutuku sembari terus mengucap sumpah serapah dalam hati. Dan di sinilah kami. Di ruangan kantor membicarakan masalah pekerjaan setelah kedatangan Alena— kekasih Adit yang manja. Manjalitah. “Kamu ngerti nggak sih, Nik?” Tanya Adit tidak percaya dengan kepintaranku. Well, dia emang tidak percaya sama semua orang dan nganggep semua orang itu bodoh kecuali dirinya. Pokoknya menurut dia IQ-nya di atas Albert Einsten, deh. Emang terkadang dia sinting juga sih. “Ngerti, Pak.” Aku mengangguk sekali. “Oh ya, nanti malam kita bakal dinner sama Tante Luisa dan Lala.” Dia ngasih tahu dengan gaya cuek dan pandangan mata fokus ke arah laptop. Berasa ngomong sama patung yang bisa bicara. Bener-bener nggak dianggap deh ngomong sama dia tuh. “Mendadak sekali sih!” Gerutuku. Aku nggak suka pemberitahuan yang mendadak seperti ini. “Aku harus ke salon berarti.” Kataku. “Kenapa setiap kali ketemu sama keluargaku kamu harus ke salon?” Tanyanya dingin. Aku memutar bola mata dua kali. “Kan katanya aku harus cantik setiap kali ketemu sama keluargamu. Kamu bilang malu kalau aku ketemu mereka dengan penampilan polos.” “Bukan berarti harus selalu ke salon kan?” “Aku nggak bisa pake make up kecuali bedak, lipstik dan mascara.” Dia menggeleng frustrasi. Aku ingin terkekeh melihat wajah gantengnya yang frsutrasi itu. “Terserahlah.” Aku menodongkan tangan padanya. Dia menatap tanganku lalu wajahku. “Apa?” tanyanya. “Duit. Ke salon butuh duit, Pak.” Di balik pintu seorang pria bernapas pendek-pendek. “Nggak mungkin Pak Adit naksir sama Nika kan? Nggak mungkin banget!” *** Adit memang sangat loyal padaku. Meskipun galak dan terkadang sinis, tapi setiap kali aku minta duit dia pasti ngasih lebih dari yang aku minta. Aku memasuki ruanganku dengan riang gembira. Ternyata, jadi istri Aditya Chandra Danurdara enak juga ya. Saat membuka pintu aku melihat Ansell, Lanna dan Rara menatapku tajam. “Ada apa ini?” tanyaku terheran-heran sembari mendekati mereka. “Jadi, kamu selingkuhan Pak Adit, Nik?” Mataku langsung membulat mendengar pertanyaan Lanna. “Se-selingkuhan?” Tatapan mata Ansell dan Rara menuntut jawaban dariku. “Emmm—” aku merasa seperti seorang tersangka dalam kasus pembunuhan yang memang akulah pelakunya. “Nggak nyangka ya, ternyata Arunika kekasih gelap bos kita. Kamu tahu kan dia sudah punya pacar namanya Alena kayaknya penduduk planet Mars aja tahu kalau Pak Adit itu pacaran sama Alena.” “Alena itu teman sekelas kita dulu pas kita kuliah.” Rara menegaskan. “Kok bisa-bisanya kamu...” Ekspresi Rara lebih dramatis lagi. Mirip kaya pelakon sinetron Indonesia yang baru diberitahu sebuah rahasia. Boleh nggak sih aku pura-pura kesurupan atau pura-pura mati aja? “Nggak nyangka ya, ternyata Arunika seorang pebinor.” Kata Ansell seakan aku benar-benar melakukan dosa besar. Sebesar-besarnya dosa. “Pepaor, Sell! Pebinor itu buat seorang cowok bukan buat cewek!” kata Lanna membenarkan dengan ekspresi wajah aneh. “Pepaor—emmm—mirip sama nama makanan khas lebaran.” Kata Ansell lagi. “Opor maksudnya?” sahut Rara. “Nah, iya!” entah bagaimana mata Ansell langsung berbinar mendengar nama opor. “Pepaor apaan, Lan?” Ansell menoleh pada Lanna. “Perebut pacar orang.” Jawab Lanna angkuh. Seolah dia baru aja memenangkan penghargaan sebagai polisi moral nomor satu di dunia. “Dari kapan kamu jadi selingkuhan Pak Adit?” Lanna bertanya dengan wajah galak. “Aku bukan selingkuhannya...” “Bohong! Kamu tadi minta duit sama Pak Adit buat ke salon.” Ansell keukeuh. Sialan nih bocah! Dasar tukang gosip! “Sumpah demi Tuhan aku bukan pacar Adit.” “Kalau bukan pacar, selingkuhan atau apalah itu terus kamu apanya Pak Adisampai minta duit buat ke salon?!” Rara makin galak. “Aku...” Aku memutar bola mataku dan menghindari tatapan mata dari Ansell, Lanna dan Rara. “Aku istrinya Adit.” Gubraaaaak! *** Mengingat kejadian saat aku mengakui identitasku sebagai istri Adit, ketiga rekan kerja sekaligus teman semasa kuliahku dan sekaligus sahabatku itu langsung mematung. Rara langsung kesurupan dengan gaya paling aneh yang pernah aku lihat. Lanna melotot dan setengah tidak percaya dengan pengakuanku. Ansell langsung melongo seakan sedang melihatku yang berubah menjadi seekor tupai. Ya, daripada aku dianggap sebagai selingkuhan Adit kan lebih baik aku mengakui kalau aku istri sahnya Adit. Normal kan istri meminta uang pada suami. Yang jadi masalah adalah bagaimana nanti reaksi Adit saat aku mengaku sebagai istrinya di depan bawahannya. Dan untungnya mereka tidak percaya. Karena beberapa saat kemudian mereka menertawakanku dan masih menganggapku sebagai selingkuhan Adit. Sialan bener! Emang muka seperti aku cocok dijadikan selingkuhan begitu? “Sudah siap kan?” Adit muncul dengan kemeja biru tua yang membuatnya terlihat sebagai pria dewasa yang benar-benar sudah matang. Maksudku, ya dia sudah matang diusianya yang ke 32 tahun. “Sudah, Dit.” Jawab Sandi. Pria ini dipercaya Adit buat membuat wajahku bersinar layaknya bulan purnama. Ngomong-ngomong, Sandi ini sejenis Ansell. Cuma kalau Sandi bakatnya bisa menghasilkan sedangkan Ansell selalu up to date masalah gosip. Saat aku menoleh pada Adit, dia menatapku terkesima untuk beberap saat sebelum dia membuang wajah. Emang tangan Sandi ini ajaib sih. Bisa bikin wajahku yang mirip Upik Abu jadi mirip Putri Salju. “Putri Arunika udah siap dibawa.” Sandi berlagak seperti Pangeran. Dia membungkuk dan mengulurkan tangannya. Aku membalas uluran tangannya. “Terima kasih, Sandi.” “Well, tiga bulan lagi aku mau nikah.” Aku melongo mendengar pemberitahuannya. Aku pikir dia tidak tertarik dengan wanita. “Dateng ya,” pintanya. Aku mengangguk. “Pasti.” “Jangan buang-buang waktu dong! Kita udah ditunggu nih.” Omel Adit. “Berisik, Dit.” Semburku. Raut muka Adit berubah masam. “Sejak kapan kamu berani—“ “Oke, Well,” Sandi memotong kalimat Adit. “Aku menyerahkan putri Arunika pada Pangeran Aditya Chandra Danurdara.” Sandi tersenyum. Senyumnya mengingatkanku pada salah satu aktor hollywood. Tapi, aku lupa namanya. Aku suka melihat alis sulam Sandi. Rasanya lucu seorang pria yang alisnya disulam begitu. Saat didalam mobil. Adit menyetel musik. “Lagu apa sih nih?!” Omelku kesal. Adit menoleh sinis. “Lagunya Rita Sugiarto dong!” Celetukku. Kali ini Adit memelotot. “Aku nggak suka dangdut.” “Tapi, aku suka, Dit.” “Aku nggak suka. Ini mobil aku, Nik.” “Aku nggak bilang ini mobilku kok. Kalau gitu lagu Bang Haji Rhoma Irama.” Adit meminggirkan mobilnya dan kemudian dia mematikan mesin mobil. “Setelah jadi istri aku, kamu makin menjadi-jadi ya?” “Kan, aku cuma request lagu, Dit. Kalau nggak mau juga ya nggak papa sih. Aku nggak ngerti musik Choplin.” Aku membuang wajah, menghindari tatapan mata Adit yang tajam kaya elang ketemu mangsa. Ponsel Adit berdering. “Alena ya?” tanyaku, melirik layar ponselnya. Adit tidak menjawab pertanyaanku dia langsung menjawab telepon. “Ya, Sayang.” Sahutnya di telepon dengan nada suara yang lebih ramah dan hangat dibandingkan caranya bicara denganku. “Oke, aku akan ke sana.” Adit mematikan teleponnya. Dia menatapku. *** Kalian suka cerita ini? Tap love ya, dan jangan lupa jaga kesehatan ya :) IG @finisah ❤️?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook