bc

Manja VS Emosian

book_age16+
2.6K
FOLLOW
13.3K
READ
possessive
dominant
badboy
goodgirl
drama
sweet
bxg
others
first love
virgin
like
intro-logo
Blurb

Cerita ini berkisah tentang Zela, si gadis manja nan lugu yang selalu sendirian di istananya yang retak. Ibu dan ayahnya bercerai dan ayahnya saat ini entah berada dimana. Ibunya yang sibuk bekerja, mempercayakan Jayden untuk menjaganya. Jayden memiliki hak dan izin untuk tinggal di istana Zela yang selalu sepi itu.

Seiring berjalannya waktu, mereka dipaksa dewasa oleh usia. Ada kehidupan masing - masing yang harus mereka jalani, Zela takut sendirian dan selalu mengeluh karena Jayden sering main diluar tidak seperti dulu. Zela yang hanya memiliki Jayden di dunianya, jelas tidak bisa jauh. Emosi Jayden yang selalu pasang surut pun Zela tidak peduli, dia tetap bertahan.

Jayden yang sangat menyayangi dan mencintai gadis itu jelas sama, tidak bisa jauh. Namun ini tentang hidup, tak selamanya Jayden bisa berpusat pada Zela dan selalu disampingnya. Dan itu membuat Jayden semakin khawatir tentang si manja nan lugu Zela yang semakin memancarkan pesona bagi siapapun itu. Jayden yang terlalu khawatir membuatnya menjadi emosian, dia selalu membuat Zela menangis dan terluka. Namun, demi apapun Jayden sangat membutuhkan dan menyayangi Zela. Hanya Zela satu - satunya yang ingin Jayden nikahi dan pada akhirnya mereka pun menikah muda.

chap-preview
Free preview
Akibat kenekadan Zela.
Zela terseok - seok, bibir mungilnya sesekali meringis. Tarikan Jayden pada lengannya membuat Zela cukup kesakitan. Jayden tidak peduli, wajahnya terlihat mengeras marah. Tatapannya menajam berkilat emosi. Jayden menghempas kasar lengan Zela lalu menyugar rambutnya dengan frustasi, tubuhnya berbalik memunggungi Zela. "Anj*ng! Siapa yang kasih tahu kalau gue ada di sini! b*****t emang!" umpat Jayden yang tidak terdengar oleh Zela yang tengah sibuk mengusap lengannya yang memerah. Jayden menarik nafas berat, berbalik lalu di tatapnya gadis manja nan lugu di depannya itu. "Lo ngapain ke arena balap malem - malem gini, hm? Mau jual diri apa gimana?" kadang Jayden tidak bisa mengontrol ucapannya kalau sudah emosi. Jayden menggeram kesal saat ingat beberapa pasang mata menatap lapar pada Zela tadi, kalau saja dia tidak sadar akan kehadiran gadis itu, mungkin Zela akan—Ha! Jayden tak bisa melanjutkan pemikirannya yang malah semakin membuatnya emosi. "Zela cuma takut di rumah sendiri, Zela samperin ke rumah Jayden, tapi Jaydennya engga di rumah." Zela celingukan gelisah, terlalu banyak pasang mata yang menatapnya membuat Zela takut. Jayden menyimpan tangannya di atas kepala Zela lalu menyandarkan dagunya di atas tangannya dengan menghela nafas pelan—guna meredam emosinya. Jangan sampai lisannya kembali melukai Zela, selama ini sudah terlalu banyak lisannya yang keluar selalu berhasil menyakiti Zela. "Lain kali telepon dulu, jangan sendirian ke sini." suara Jayden yang biasanya terdengar ketus dan jengkel kini melembut. "Udah, tapi engga di angkat." Rasanya jantung Jayden akan copot, untung saja tidak terjadi apa - apa pada Zela. Jayden memejamkan matanya sekilas. Memang salahnya juga yang abai pada ponsel. "Kita pulang." Jayden meraih bahu Zela namun langkahnya tertahan. "Jay, bentar lagi giliran lo, lo mau kemana?" suara Megan terdengar kesal, lebih tepatnya kesal pada gadis manja di samping Jayden. Sudah tidak asing lagi, di samping Jayden pasti akan ada Zela yang menemani. Tidak peduli banyak di benci, Zela tidak pernah pergi. Banyaknya hati yang patah karena Jayden selalu menolak perasaan para perempuan yang suka padanya, membuat sang patah hati begitu membenci Zela yang selalu menjadi alasan Jayden menolak. 'Gue udah punya Zela' jawaban Jayden jika ada yang mengutarakan perasaan padanya. Padahal jika di tanya soal pacar Jayden selalu menjawab tidak punya, giliran di tembak begitu jawabannya. Membingungkan. "Gue engga bisa lanjut, sampein maaf gue sama bang Buno." acuh Jayden lalu kembali membawa Zela meninggalkan tempat yang semakin ramai itu. Seburuk dan senakal apapun Jayden, dia tidak ingin Zela yang baik, manja dan lugu terkotori kehidupannya yang sebagian gelap. Zela mendongkak."Jayden main aja dulu, Zela bisa nunggu kok." Zela jadi merasa tidak enak, tatapannya meredup sedih. "Tempat ini engga baik buat kamu, kita pulang aja." Jayden terdengar lesu. Pertandingan kali ini memang penting tapi tidak ada yang lebih penting dari Zela. *** Jayden mengantar Zela ke kamarnya."Aku pake kamar tamu." katanya dengan tampang datar. Zela mengangguk dengan tersenyum senang. Biasanya kalau tidak ada sahabat - sahabat Jayden, baru Jayden beraku - kamu namun sekarang di mana pun dan bagaimana pun kondisinya selalu beraku - kamu, membuat Zela senang. Sesederhana itu. Jayden menghentikan langkahnya lalu berbalik menuju Zela."Kamu udah minum s**u?" tanya Jayden dengan mata terlihat sayu, masih merasa mengganjal di hatinya karena meninggalkan arena balap. "Belum, Zela takut ke dapurnya." terang Zela dengan bibir mengerucut lucu, manja nan lugu. Jayden melihat itu tidak risih, justru semakin manja Zela maka semakin terlihat menggemaskan. Jayden menepuk puncak kepala Zela."Kamu udah lama tinggal di rumah ini—kenapa masih takut sih." herannya dengan sedikit ketus lalu membawa langkahnya menuju dapur, membiarkan Zela yang mengekor di belakangnya dengan bibir mengerucut. 'Dasar Bunglon' batin Zela. "Mau rasa apa malam ini?" Jayden membuka kulkas yang selalu di isi olehnya itu. "Coklat aja," Zela menatap lekat Jayden yang tengah meraih gelas lalu menuangkan s**u dalam kotak itu ke dalam gelas dengan telaten."bagi Zela punya Jayden aja udah cukup—jangan tinggalin Zela ya." Zela mulai menunduk, rasa cemas, gelisah kembali menyapa. Jayden menarik nafasnya pelan. Jayden sudah sangat tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, gadis itu pasti menangis. "Kalo kamu cengeng, aku engga mau terus di sini." Jayden tampak acuh dengan menyerahkan segelas s**u coklat pada Zela. Zela mendongkak, menghapus air matanya lalu meraih gelas itu."Zela udah tahan tapi keluar terus."akunya dengan polos, Zela susah payah menghapus air matanya. Jayden tidak bisa menahan senyumnya, dengan gemas di peluknya Zela. "Minum, abis itu tidur." di hirupnya atas kepala Zela sekilas lalu menjauh untuk mengambil air minum untuk dirinya sendiri. Sekasar, seemosi, seketus, sejengkelnya Jayden. Dia tidak akan bisa melepaskan Zela, apalagi tanpa alasan. Banyak orang yang bilang kalau Zela sangat manja dan merepotkan karena tidak mau di tinggalkan seperti bayi, tapi bagi Jayden tidak begitu. Dia senang di repotkan yang itu tandanya dia berguna dan di butuhkan, walau kadang selalu membuatnya jengkel, Jayden menikmati semuanya. *** Paginya Jayden terjaga tepat pukul 8 pagi, untung hari ini hari minggu. Jayden turun dari kasur, mengabaikan reaksi alamiah di tubuhnya yang kadang atau sering di alami laki - laki seusianya setiap pagi. Jayden meraih handuk lalu di simpannya di pundak."Apa Zela udah bangun?" gumam Jayden dengan wajah bantalnya yang masih terlihat ngantuk. Jayden memutuskan untuk masuk dulu ke kamar mandi, baru setelah mandi dia akan menghampiri Zela. Di tempat Zela... Gadis itu tampak gelisah di tidurnya, tubuhnya terasa tidak nyaman, nafas yang berhembus di hidungnya terasa panas. Zela berusaha bertahan cukup lama dalam posisinya. Zela mencoba membuka mata setelahnya dia beranjak walau tubuhnya terasa dingin. Jayden keluar dari kamar mandi, tampak lebih segar dari sebelumnya. Jayden menghentikan langkahnya saat mendengar pintunya terbuka. "Jayden, tubuh Zela engga enak." suara lirih nan serak milik Zela terdengar, membuat Jayden melempar handuknya asal lalu menghampiri Zela dengan tenang. "Kenapa?" tanyanya penuh selidik namun sarat akan kekhawatiran. Jayden mengangkat tubuh ringan milik Zela lalu di rebahkannya di kasur bekas Jayden yang masih berantakan. Jayden memeriksa kening Zela yang terasa panas."Kamu demam, makanya jangan berani keluar malem - malem!" ketus Jayden, setelahnya mendial nomor dokter pribadi Zela. *** "Kamu demam biasa, karena kelelahan dan semalem tidurnya telatkan? Kamu engga bisa tidur telat, jadi sakit—cepet minum obatnya." nada suara Jayden mulai kembali terdengar ketus dan jengkel. Zela menahan tangan Jayden dengan tatapan sayu."Jayden mau kemana?" mata Zela berkaca - kaca. Air mata menjadi jurus ampuh menaklukan Jayden. Zela tahu kalau Jayden akan pergi tapi entah kemana, rasanya Zela tidak ingin di tinggalkan Jayden. Semenjak SMP dan hingga SMA sekarang, Jayden berubah. Banyak main dan meninggalkannya sendirian, mengingat itu dia jadi sedih. Jayden berdecak pelan."Cuma mau ke apartemen, tapi karena kamu sakit aku engga jadi ke sana, puas?" Jayden kembali mendekatkan obat pada mulut Zela. Zela menahan lagi tangan Jayden."Obatnya besar, takut ga masuk." lirih Zela terdengar begitu manja. "Masuk sayang, percaya sama aku pasti masuk—aku janji pelan - pelan." gemas Jayden yang malah terdengar ambigu namun untungnya Zela masih polos. "Kalo obatnya diem di tenggorokan gimana?" Zela terisak pelan membuat Jayden harus extra sabar. Tuhkan, Zela bahkan tidak mengerti ucapan ambigunya. Membuat Jayden selalu gelisah jika meninggalkannya sendirian, tapi mau bagaimana lagi. Dia makhluk hidup yang memiliki kehidupan, tidak hanya menemani Zelanya. "Engga akan." Jayden mencoba bersikap lembut, mengusap kepala lalu pipinya sekilas. "Tapi—" Habis sudah kesabaran Jayden."Jangan manja! Cepet buka mulutnya!" Jayden terdengar emosi membuat Zela tidak bisa membantah kalau sudah begitu. Zela menerima obat itu satu persatu dengan sedih lalu meneguk air putih di gelas yang di pegangnya. Kesedihannya berubah dalam hitungan detik."Akhirnya, ternyata masuk semua." Senyum Zela tampak manis membuat emosi Jayden menguap sudah. Di usapnya air mata di sudut mata Zela."Hm, sekarang tidur, mau pindah ke kamar kamu?" Jayden merapihkan obat - obatan itu. "Engga mau, di sini enak wanginya, wangi Jayden." Zela cengengesan lucu membuat Jayden mesem - mesem menahan senyum. "Tidur! Kamu lagi sakit." Jayden kembali berujar ketus, mengabaikan debar jantungnya yang menggila. *** Jayden mendial nomor bundanya Zela, Angela. Bagaimana pun dia anggota keluarga satu - satunya yang di miliki Zela sekarang, jadi harus tahu keadaan Zela yang malah semakin parah dan harus di rawat di rumah sakit. "Siang tante, ini Jayden—Zela sekarang di rumah sakit—Iyah tan, di rumah sakit biasa—Iyah tan, sama - sama." Jayden mematikan sambungan teleponnya lalu di liriknya Zela yang terisak. "Bunda kamu harus tahu, jangan cengeng gini!" Jayden tampak jengkel. Zela tidak ingin bertemu dengan Angela namun Jayden tidak bisa terus - terusan menjaga Zela, dia pun masih banyak urusan. Urusan soal balapan juga belum beres. "Kamu emang udah capek ya urus Zela, Zela emang ngerepotin—semua orang pergi pasti karena Zela emang ngerepotin." Zela sesegukan."ayah aja pergi karena Zelanya engga bisa apa - apa, nilai jelek, Zela emang bodoh, sebentar lagi Jayden pasti bosen terus pergi kayak ayah." lanjutnya dengan bibir bergetar dan mata basah. Jayden menyugar rambutnya dengan jengkel, ini nih yang tidak di sukai Jayden dari Zela. Pemikiran rumit gadis itu yang selalu menduga - duga hal yang sangat jelas salah. Demi apapun dia sangat sayang pada gadis manja itu, dia hanya tidak bisa terus mengurusnya selama 24 jam karena dia pun memiliki kehidupan yang harus di urus. Dia makhluk sosial. "Hey, liat sini Zela, liat aku—" Jayden mengusap air mata Zela dengan menatap gadis itu penuh kesungguhan."kamu udah besarkan? Aku engga bisa selamanya jaga kamu, ada saatnya aku pulang di jemput Tuhan dan juga engga ada yang bisa aku percaya selain bunda kamu. Kamu tahukan, bunda sama ayah aku masih di luar kota? Jangan berpikiran yang aneh - aneh, please—setelah urusan aku selesai, aku janji langsung ke sini jagain kamu." Jayden terus menahan wajah Zela yang hendak berpaling itu. "Aku bukan ayah kamu, aku Jayden." bisiknya di depan wajah Zela dengan penuh keseriusan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hasrat Istri simpanan

read
7.2K
bc

BELENGGU

read
64.4K
bc

After That Night

read
8.3K
bc

The CEO's Little Wife

read
626.5K
bc

Revenge

read
15.0K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
53.1K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook