bc

Suamiku teman Kelasku

book_age16+
24.1K
FOLLOW
315.0K
READ
sex
family
love after marriage
kinky
drama
comedy
bxg
genius
first love
slow burn
like
intro-logo
Blurb

Karena wasiat terakhir sang ayah, Lingga terpaksa menikahi Dewi di saat masih SMA. Dinikahkan di usia muda tentu bukan sesuatu yang mudah bagi Lingga maupun Dewi.

Keduanya menyembunyikan pernikahan mereka sampai selesai masa SMA, tapi bisakah Dewi dan Lingga mempertahankan usia pernikahan mereka di saat rintangan mencapai cita-cita terhalang oleh status pernikahan?.

Lanjutkan membaca

Suamiku teman Kelasku

hanya Di Dreame/Innovel

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Happy reading... ___ Pov Dewi Perkenalkan aku Dewi umurku ditahun ini sudah memasuki angka tujuh belas tahun. Aku anak pertama dan memiliki adik yang baru berusia satu tahun, namanya Allenio Dwiarta. Aku sekolah di sma Negeri Griya. Bagaimana para siswa normal mengikuti pendidikan di sekolah itu maka aku sedikit berbeda. Itu gara-gara Lingga teman kelasku. Bukan hanya teman kelas tapi dia juga suamiku. Lalu bagaimana bisa di usiaku yang baru tujuh belas tahun ini memiliki seorang suami? Jadi begini ceritanya semua itu berawal dua bulan yang lalu. ____ Cuaca hari ini sangat panas terlihat matahari bersinar terang diatas langit sana tapi para siswa yang masih mengikuti praktek olahraga terus berlarian dilapangan. Sebenarnya bukan praktek olahraga tapi ini adalah hukuman karena terlambat datang ke sekolah. Sudah tiga kali aku dan siswa lain berlarian mengelilingi lapangan, sungguh aku sangat capek, aku juga belum sarapan jadi membuat tubuhku jadi sedikit tidak bertenaga. Di sisi lain aku melihat Lingga menontonku yang sedang dihukum, dia cowok paling ngeselin yang pernah aku kenal, jika bukan gara-gara cowok itu yang meninggalkanku berangkat sekolah, aku pasti tidak akan di hukum seperti ini. "Yang sudah lima putaran boleh istirahat." ucap guru yang menghukumku. Akhirnya aku bisa istirahat, Lingga datang menghampiri. "Enak gak  rasanya dihukum?" ejek Lingga. Aku menoleh. "Ini gara-gara kamu yang ninggalin aku gitu aja tadi." kata menggerutu. Lingga tersenyum sinis. "Sukurin, lagian aku juga bukan tukang ojek kamu ngapain aku antar kamu ke sekolah." jawabnya. "Ih ngeselin banget sih, kalau bukan karena kemarin kamu yang ngajakin, aku mana mau berangkat sama kamu!" ujar ku kesal. Dari pada memaki Lingga yang tidak ada habisnya, aku segera ke kantin, sungguh aku benar-benar kelaparan, lebih baik segera makan sebelum masuk jam belajar. Tidak tau kebetulan atau bagaimana, sejak SD aku dan Lingga tidak pernah sekolah beda kelas, selama hampir sebelas tahun kami selalu satu kelas, jujur itu membuatku jengkel tapi juga tidak punya pilihan lain. Cowok itu terlihat duduk di bangkunya menulis sesuatu diatas kertas lalu merobek kertas tersebut dan meremasnya sebelum di lemparkan kearahku. Aku pikir ada tulisan contekan di dalam kertas itu tapi ternyata. "Tolong buang ke tempat sampah dong." Sontak saja mataku melotot, aku langsung berdiri ingin memarahi Lingga, dia pikir aku ini pembantunya, masa buang sampah kertas saja harus minta bantuan. Namun, itu adalah jebakan yang sengaja dibuat oleh cowok itu ketika aku mendengar suara guru berkata. "Oh Dewi yang mau mengerjakan jawaban soal pertama, ayo jawab soal matematika karena cuman kamu yang berdiri." ucap ibu guru dan kini satu kelas menatapku. Sial, padahal aku sangat benci matematika karena tidak bisa mengerjakan soalnya. Aku melirik Lingga yang tersenyum puas, puas karena berhasil membuatku dalam masalah lagi. "Maaf bu guru, bukan aku yang mau jawab, aku cuman mau bilang untuk ijin ke toilet. Tapi Lingga bisa jawab kok buk, saya boleh ijin ke toilet kan dari pada keluar disini." ucapku sambil balas menatap Lingga sinis, rasain itu. "Cepet balik ke kelas jangan keluyuran." "Siap buk." setelah itu aku langsung ngacir melarikan diri. Aku sengaja sedikit berlama-lama di toilet lalu kembali ke kelas tapi aku tidak melihat ada Lingga di sana. "Rika, Lingga kemana?" tanyaku pada teman di sampingku. "Tadi dia tiba-tiba dapat panggilan katanya papa Lingga masuk rumah sakit." jawab Rika. Om Hendri masuk rumah sakit? Apa separah itu sampai Lingga ijin untuk pergi kerumah sakit?. Atau hanya akal bulus cowok itu agar tidak jadi mengerjakan soal matematika?. Tapi jika benar om Hendri masuk rumah sakit semoga saja penyakit nya tidak parah dan segera sembuh. Namun, kenapa perasaanku tidak enak ya?, rasanya seperti akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Waktu menunjukan pukul tiga sore saat waktunya untuk pulang sekolah, rumahku dan rumah Lingga hanya beda satu blok, kali ini aku pulang dengan kendaraan umum. "Assalamualaikum." aku berseru ketika masuk rumah tapi kenapa rumah sangat sepi kemana mama dan Allen?. "Allen! Mama! Aku pulang!" Hening, apa yang lain sedang tidak dirumah? Tumben. Aku menuju kamar berganti baju dan membaringkan diri diatas tempat tidur dengan nyaman sembari bermain ponsel. Brrakk!!.. "SETAAN!" karena kaget tanpa sadar aku berteriak, disana terlihat sosok mama ku yang paling cantik ulala. "Setan gundulmu, ini mama." "Mama kenapa ngagetin Dewi sih, kan bisa gitu buka pintunya pelan-pelan dengan kelembutan dan kasih sayang karena nanti kalau pintunya rusak kasian papa mesti harus ngebenerin." kataku. "Ayo kerumah sakit." ucap mama langsung. Aku berdiri, "Yang sakit siapa mah, mama gak sakit kan? Adek juga baik-baik aja kan?" "Ikut mama nanti kamu akan tau sendiri jawabannya, tapi Allen baik-baik aja kok." lalu tanpa permisi mama langsung menarik tanganku dan membawa masuk kedalam mobil yang akan menuju rumah sakit. Sebenarnya ini ada apa, siapa yang sakit? Aku harap bukan Allen, kasihan adik kecilku itu kalau dia sakit. Ketika tiba dirumah sakit aku melihat Lingga yang masih berseragam sma duduk sambil memegangi kepalanya. Kayaknya dia pusing gara-gara gak bisa ngejawab soal matematika tadi. "Lingga, bagaimana kondisi papa kamu?" tanya mamaku. Lingga menoleh, cowok itu melihat kearahku sebentar lalu ke arah mama. "Kondisinya tidak baik tante." "Kamu gak masuk?" "Lingga gak tega liat papa kayak gini." jawab cowok itu. Apa separah itu kondisi om Hendri? Lingga yang tidak pernah sekalipun aku lihat bersedih kali ini cowok itu terlihat memprihatinkan, aku sampai kasihan di buatnya. Om Hendri memang sudah lama sakit sakitan, aku pikir hanya sakit biasa tidak sampai harus di bawa kerumah sakit seperti ini. Mama masuk untuk melihat om Hendri lalu aku pun juga ikut masuk, beberapa macam alat penunjang kehidupan terpasang di tubuh papa nya Lingga. "Tante, om Hendri bakalan cepet sehat kan?" tanyaku pada tante Melati ibunya Lingga. "Tante gak tau nak Dewi tapi dari tadi om Hendri belum sadar juga." jawab tante melati dengan suara parau. Wajah om Hendri juga sangat pucat sepertinya bukan sakit rekayasa tapi sakit beneran. Sekitar sepuluh menit aku berada di ruangan itu sampai akhirnya om Hendri sadar juga. Tante Melati terlihat sangat senang. Namun objek yang om Hendri lihat adalah aku. Kok malah aku ya?. "Dewi." ucapnya pelan. "I.iya om." aku berjalan mendekat, om Hendri memegang tanganku dengan lembut sambil berusaha mengulas sebuah senyum tipis. "Kamu mau kan mengabulkan permintaan om untuk yang terakhir kalinya?" ucap Om Hendri lirih. Aku menatap mama dan tante Melati kedua orang itu juga terlihat kaget dengan apa yang om hendri katakan barusan, apa om Hendri akan meninggal?. "Om kok bilang kayak gitu sih, om pasti bakalan sehat lagi kok." kataku tapi om Hendri menggeleng pelan. "Kamu mau kan nurutin permintaan om?" ucapnya lagi. Jika memang itu adalah permintaan terakhir aku mana bisa menolak, jangan sampai aku dihantui karena tidak melakukan permintaan nya, lagi pula om Hendri adalah orang yang baik selama aku mengenalnya. "Iya om, Dewi janji akan melakukan permintaan om Hendri." jawabku. Pintu ruangan terbuka dimana Lingga terlihat masuk dari sana. Om Hendri melihat aku dan Lingga bergantian dengan lirikan mata yang bergerak lemah. "Menikahlah dengan Lingga." ucap Om Hendri lalu kembali tidak sadarkan diri dan alat di samping tempat tidur berbunyi keras. Semua orang di ruangan itu langsung panik sampai dokter datang dan menangani pasien. Semua keluarga menunggu di luar ruangan, Aku menatap dua ibu di sana lalu pada Lingga dimana mereka juga sedang menantapku. "Kamu tidak punya pilihan lain untuk menolak janji yang baru saja kamu katakan Dewi." ucap mama. "Mah aku juga gak tau om Hendri bakalan minta kayak gitu lagian aku ini masih sma masa iya nikah sama Lingga." aku menunjuk cowok yang hanya diam saja di samping ku ini. "Heh siapa juga yang mau nikah sama kamu." sahut Lingga. "Bagus dong itu artinya kita gak usah nikah, masalah beres." jawabku. "Tapi kamu sudah janji sama om barusan untuk menikah dengan Lingga kan?" kata tante Melati. Benar juga, lalu apa aku akan menikah dengan Lingga?. Om Hendri kenapa kamu kasih wasiat kayak gini sih, kenapa harus menikah dengan Lingga. Aku berteriak dalam hati semoga saja hal itu tidak pernah terjadi. _____ Bersambung....

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
91.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook