bc

Ken dan Fira [Seks Life]

book_age18+
8.0K
FOLLOW
95.9K
READ
escape while being pregnant
arranged marriage
badboy
badgirl
sensitive
CEO
boss
drama
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

MATURE CONTENT, JADILAH PEMBACA YANG BIJAK.

Namaku Zarqa Shaffira Agustine, anak orang kaya di kota Surabaya. Meski aku terlahir di keluarga yang memiliki semuanya, tetapi aku tetap merasa memiliki kekurangan. Aku mencari banyak kasih sayang diluar sana. Mulai dari berteman, hingga memiliki perkumpulan di salah satu kelab malam.

Keputusanku untuk memilih kota istimewa Jogja adalah hal terbaik yang pernah aku ambil. Bertemu dengan Ken kembali di sana, dan menjalin hubungan. Aku rasa tidak buruk juga kehidupan ini.

Sampai akhirnya … karena perjalanan bisnis yang dilakukan Ken. Aku harus melihat sesuatu yang mengerikan. Mungkinkah karena hal itu ,aku dan Ken akan berpisah?

Bagaimana akhir dari perjalanan hidup yang aku tempuh selama ini?

MC : Ken & Fira

[TAHAP REVISI]

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Kring  ... Kring  ... Kring  ...   Suara dering alarm dari ponsel sangat mengganggu tidurku pagi ini. Setelah semalaman aku begadang hanya untuk belajar. Pagi ini aku pun tidak bisa membuka kedua mataku.   Terdengar suara pintu kamar terbuka, sudah biasa jika setiap pagi ada lima orang asisten rumah masuk dan membersihkan kamarku. Hanya saja, kedatangan mereka seperti mengusirku dari kamar ini. Benar saja, salah satu dari mereka menyentuh tanganku dan berkata,"Nona, sudah pagi ... waktunya untuk berangkat ke sekolah."   "Ayolah! Aku masih sangat mengantuk! Lima menit lagi!" ucapku.   "Nona, bukankah hari ini ada tes untuk masuk ke Universitas? Apa anda akan melewatkan-nya?" tanya asisten itu lagi.   "Baiklah, aku sudah bangun sekarang. Siapkan pakaian seragam yang harus aku kenakan, dan jangan lupa untuk memasukkan bekal makanan ke dalam tas. Ah  ... hampir saja lupa. Aku akan pergi ke sekolah menggunakan mobilku sendiri, beritahu sopir untuk mengerjakan pekerjaan lainnya hari ini," jelasku pada asisten itu.   "Baik, Nona."   Usai dengan perdebatan pagi di kamar. Aku pun segera masuk ke dalam kamar mandi. Ku lepaskan satu persatu kain yang menutup tubuh ini, hingga akhirnya aku berjalan mendekati shower yang mengeluarkan air dengan deras.   "Ah  ... tumben airnya seger?"   Cukup lama aku berada di dalam sana, dan setelah selesai dengan aktivitas pagi itu, aku pun segera masuk ke dalam lemari pakaian dan mengenakan seragam yang sudah ada di atas sofa santai. Akhirnya  ... setelah berkutat di dalam kamar. Aku pun berjalan keluar menuju ke lantai satu rumahku. “Bi, aku berangkat dulu ya!” pamitku pada kepala asisten rumah. Aku mengemudikan mobil dengan cepat, berharap tidak terlambat saat sampai di sekolah. Karena saat ini jam sudah menunjukkan pukul 06.30, dan seperti biasa  ... petugas yang ada di sana pasti akan menutup gerbang sekolah tepat waktu. Sembari mendengarkan musik dari audio box. Aku bersenandung, hingga tanpa sadar sudah sampai di jalanan dekat sekolah. “Bagus! Sampai tepat waktu!” ujarku. Tin Tin Aku menyapa petugas di gerbang, dan kembali menginjak gas untuk masuk ke area parkir sekolah. “Sip! Pasti anak-anak udah siapin tempat itu buat aku.” Aku pun turun dari mobil dan menyingkirkan penghalang di sana. Namun, satu mobil sport berwarna merah menyerobot begitu saja dan mengambil tempat parkir itu. “What the –“ Brak! Seorang cowok keluar dari mobil itu dan berjalan dengan santai menuju ke gedung sekolah. “Heh! Kampreeet! Minggirin ini mobil! Ini parkiran aku, anjim!” teriakku. “Ngomong?” Setelah mengatakan satu kata, cowok itu kembali berjalan meninggalkan aku yang belum memarkirkan mobil. “Anak siapa sih! Belagu gitu!” Setelah mengomel dan menghabiskan tenaga di area parkir, aku pun melanjutkan langkah kaki menuju ke kelas. Melewati lorong kelas yang terlihat ramai, dan di antara mereka, ada banyak pasang mata cowok yang menatapku dengan kagum. Ya, begitulah cowok, enggak bisa liat yang bening sedikit. “Fira! Tungguin aku!” Teriakan itu sangat memekikkan telinga, dan aku tahu siapa orang dibalik suara kencang itu “La, suara kamu nggak bisa kecil dikit gitu?” tanyaku memastikan. “Enggak! Lagian kamu daritadi ngelamun sih! Mikir apaan?” tanya Laura ingin tahu. “La, tau anak pake mobil merah yang ada di parkiran?” “Hem, siapa ya? Kan di sekolah yang kaya dan nggak akan habis sampai tujuh turunan itu, cuma kamu!” “Ih, aku seriusan! Itu cowok udah berani ambil lahan parkir mobilku loh!” aduku pada Laura. “Cowok? Ken bukan sih?” “Lah mana ane tahu, Laura!” Karena gemas aku pun mencubit pipi Laura hingga dia mengaduh karena sakit. Saat berjalan, aku tidak memperhatikan depan hingga akhirnya aku menabrak seseorang di depan kelas. Brugh! “Akh!” keluhku. “Ra, kamu gapapa?” tanya Laura. “Gapapa. Ini siapa yang pindahin tiang listrik depan ke sini?” omelku. “Ehm, Ra. Itu Ken,” ungkap Laura. Aku pun menoleh ke arah cowok yang aku tabrak. Dia terlihat baru saja berdiri dan kini menatapku dengan tajam. Cowok dengan tinggi 175cm ,dan berkacamata itu menunjukkan wajah kesalnya. “Nah, pas banget ini. Kayaknya kamu emang mau cari gara-gara ya sama aku?” Aku memberanikan diri untuk menantangnya. “Kamu nggak ada mata? Jalan aja gak bener mau ngamuk ke aku?” jawab cowok itu masih dengan wajah kaku dan dingin. “Ka –“ Laura menarik tanganku dan menarikku pergi dari sana. Dia memberikan peringatan padaku untuk tidak mencari masalah dengan cowok bernama Ken. “Ra, jauhin dia. Kita udah mau lulus, jauhin masalah deh.” “Emang kenapa? Dia siapa?” “Ra, Ken salah satu anak donatur tetap di sekolah. Dia juga anak tunggal dan pewaris harta kekayaan keluarganya,” jelas Laura. Tidak terima dengan ucapan Laura, aku pun kesal dan berdiri dari bangku. Aku berjalan menjauhi Laura untuk pergi ke kantin. Namun, bel tanda masuk berbunyi. Dengan kekesalan yang aku tahan, aku pun memilih mengikuti ujian dengan baik, dan menjadi yang pertama untuk penyelesaian jawaban. * Jam ujian telah usai, aku yang masih kesal dengan Laura, memilih untuk berjalan keluar dan menuju ke mobil. Aku kembali mengemudikan mobilku menuju ke sebuah taman yang ada di Jalan Raya Darmo, Surabaya. Taman itu bernama Taman Bungkul. Biasanya dijam segini sudah ada banyak orang yang berkunjung ke sana. Entah sekedar duduk atau hanya berkeliling sejenak. Aku duduk di kursi taman, sembari menikmati jajanan cimol yang aku beli di sekitar taman. Sambil memandang orang berlalu lalang. Hingga akhirnya ada beberapa pengamen yang menghampiri ku dengan bernyanyi. “Mas, nyanyi yang enak dong. Lima lagu aku kasih dua ratus ribu deh,” ujarku. “Lagunya mau yang galau, melow, atau yang  ... .” “Yang biasa aja, ngapain melow, orang aku lagi gak patah hati. Aku cuma kesel sama temen di sekolah.” “Siap, Mbak.” Akhirnya mereka mau menyanyikan beberapa lagu, dan sesuai janji. Aku memberikan uang sejumlah lagu yang sudah mereka nyanyikan. Setelah itu, aku pun beranjak dari sana. meski bingung mau kemana lagi, karena matahari masih sangat terik di atas. Kuputuskan untuk pergi ke sebuah Mall yang ada di daerah Adityawarman. Tapi … karena perutku sudah meronta-ronta kelaparan, sebelum masuk ke dalam area Mall, aku berhenti di restoran fast food yang cukup terkenal di sana. “Pesen cheese burger satu, minumnya yang merah, terus … itu mau yang dapet mainan juga satu, sama McFlurry oreo satu,” ujarku memesan makanan di sana. Setelah membayar dan mendapatkan makanan, aku mencari tempat duduk dan menikmati makanan itu seorang diri di sana. Hanya saja, aku tidak bisa mendapatkan ketenangan saat bertemu dengan teman-teman sekolah dan juga teman dari club. “Eh, Fira! Sendirian aja? Laura mana?” tanya Selly, anak kelas IPS, satu ekstrakurikuler denganku dulu. “Iya, lagi pengen sendiri, sama nunggu jam malam,” jawabku sekenanya. “Boleh gabung?” tanyanya. “Duduk aja.” Aku tidak begitu peduli dengan apa yang diucapkannya, hingga makananku masih tersisa burger, dan aku memutuskan untuk segera pergi dari sana. “Aku duluan ya! Ada yang ngajakin ketemuan,” ujarku berpamitan pada Selly. “Yah, aku sendirian dong?” “Ya udah, nikmatin aja.” Langkah kakinya tidak terhenti hingga saat aku akan berjalan menuju ke mobil, seseorang dengan mobil merah kembali membuat jantungku hampir saja keluar dari tempatnya. Cowok itu lagi, dan sekarang dia hanya menatapku dari dalam mobil, mencoba menyingkirkan aku dari jalanan yang menghalangi mobilnya untuk kembali melaju. Tin Tin “What the!” Kesal … tapi aku tidak mau terlihat marah di depan orang banyak. Aku memilih melanjutkan langkah kaki menuju ke mobil, dan pergi dari sana. Sampai di Mall, aku meletakkan tas sekolah di dalam mobil dan berganti pakaian di sana. aku tidak mau ada yang mengenali seragam sekolah itu, karena di dalam Mall ini pasti ada banyak siswa yang berkeliaran. “Better,” ucapku. Dengan celana pendek di atas lutut dan kaos crop, aku terlihat jauh lebih baik sekarang. “Fira,” panggil seseorang dari belakangku. Aku memutar tubuh dan melihat ada empat teman sekolah di sana. “Hai,” jawabku. “Kok sendiri? Aku tadi lihat Laura, kayaknya dia bingung nyariin kamu deh. Emang kamu nggak aktifin hape ya?” “Uhm, hapeku aktif, cuman lagi ada di tas, aku nggak ada lihat daritadi,” jawabku. “Oh … kamu mau masuk? Wah … orang kaya mah gini ya, tiap hari belanja mulu,” sindirnya. “Aku cuma manfaatin fasilitas yang udah di kasih sama orang tua, jadi … orang lihatnya kayak aku habisin harta ortu, tapi sebenarnya, ortu yang suruh aku habisin jatah jajan bulanan. Karena kalau nggak habis, aku nggak akan dapat bulan depannya.” Mereka terlihat sangat kesal dengan penjelasan yang aku berikan. Dan akhirnya aku kembali melangkah menjauh, berjalan masuk ke dalam Mall seorang diri.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

HYPER!

read
556.8K
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
924.2K
bc

SEXRETARY

read
2.1M
bc

My Sexy Boss ⚠️

read
539.7K
bc

Living with sexy CEO

read
277.7K
bc

I Love You Dad

read
282.8K
bc

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)

read
111.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook