bc

HanaVi

book_age18+
2.8K
FOLLOW
23.3K
READ
doctor
sweet
like
intro-logo
Blurb

keduanya dipertemukan secara tak sengaja di bandara. Hingga sesampainya di rumah Vian diberitahu oleh mamanya kalau mamanya itu ingin menjodohkan Vian dengan Hana. Daripada menjalin hubungan dengan terpaksa Vian pun berniat untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan Hana, hingga saat Vian kembali ke luar negeri untuk meneruskan sekolahnya dan memberikan gelang pada Hana sebagai tanda keseriusan hubungan keduanya.

Apakah Vian dan Hana bisa bersatu seperti yang sudah mereka rencanakan dari awal? bisakah keduanya saling menjaga hatinya masing-masing? Baca kelanjutannya hanya di Innovel/Dreame dengan judul HanaVi.

chap-preview
Free preview
Terikat Janji
"Menikahlah denganku nanti saat aku kembali." Hana terdiam, menatap laki-laki yang ada di depannya dan tengah memakaikan gelang di tangannya. "Hanya dua sampai tiga tahun, aku juga akan sering menghubungimu." Kata laki-laki itu lagi dengan suara yang sangat hangat. "Vian, tapi bukankah ini terlalu berlebihan? Bisa saja nanti aku yang akan menikah lebih dulu karena tuntutan dari mama." Balas Hana pada laki-laki yang sudah selesai memakaikan gelang untuknya. "Katakan saja pada mamamu kalau kamu sedang menungguku, katakan juga pada mamamu kalau aku akan memberikan lebih banyak mahar dibandingkan dengan mahar yang diberikan oleh calon-calon barumu." Kata Vian lagi mengajari Hana berbicara pada mamanya. "Lalu kalau kamu tidak kembali?" Tanya Hana pelan. "Aku akan kembali dan menepati janjiku. Kamu harus ingat, hanya kamu wanita yang pernah aku kasih janji seperti ini. Kalau kamu tidak percaya kamu bisa bertanya pada kakakku, dia tahu semua tentangku." Jawab Vian lagi dengan sangat percaya diri. Itu adalah percakapan tiga tahun lalu, sekarang bahkan Hana sudah tak mendapatkan kabar lagi dari laki-laki yang bernjanji mau menikahinya. Hana duduk di kursinya untuk istirahat, tangannya bergerak memainkan gelang yang melingkar di lengannya, gelang yang diberikan oleh laki-laki itu. Pernah sekali Hana ingin menjual gelang itu untuk membantu pengobatan mamanya. Namun, Hana mengurungkannya saat mengetahui harga gelang itu yang sangat mahal. Teman-temannya juga mengatakan kalau gelang itu adalah gelang edisi terbatas. Sedangkan dirinya sendiri selalu membantahnya dan mengatakan jika gelang itu hanyalah gelang tiruan. "Kenapa? Masih tidak ada kabar?" Tanya seorang wanita yang berjalan menghampiri Hana dengan membawakan cup es untuk Hana. "Hem, sepertinya aku memang terlalu berharap banyak." Jawab Hana seraya tersenyum pada wanita yang duduk di sampingnya itu. Cinta adalah wanita yang duduk di sampingnya dan juga teman satu kuliahnya dulu. Dirinya dan juga Cinta mendaftarkan diri sebagai perawat di rumah sakit ini secara bersamaan dan juga diterima secara kebetulan. Jadi setidaknya dirinya mendapatkan teman yang sudah sangat akrab dengannya. "Tapi kalau melihat harga gelangnya sepertinya laki-laki itu memnag serius." Kata Cinta mengingat hari di mana dirinya mengantar Hana untuk menjual gelang itu. Jujur saja, Hana hanya menceritakan sedikit tentang Vian pada Cinta, bahkan Hana tidak menceritakan tentang Vian yang berasal dari keluarga berada dan juga pemilik dari rumah sakit ini. "Menurutmu apakah dia ingat denganku yang sudah berubah banyak ini?" Tanya Hana pada Cinta seraya menunjuk ke wajahnya yang mulai merawat dirinya dengan memakai skincare dan juga perawatan karena diajak oleh Cinta. "Bukankah dia akan mengenalimu lewat gelang itu?" Tanya Cinta balik, menatap ke arah Hana yang langsung saja mengerucutkan bibirnya kesal. "Aku berniat menjualnya dan membiarkan dia mengenaliku secara langsung." Jawab Hana dengan sedikit kesal. "Jual padaku saja, siapa tahu aku yang beruntung bukan. Aku akan menjadi Cinderella yang dicari oleh pangeran untuk mendapatkan gelang itu. Setelah itu aku akan hidup bahagia dengannya dan memiliki anak yang lucu-lucu. Mampuslah kamu yang hanya bisa iri dan menyesalinya." Balas Cinta dengan panjang lebar dan juga tawa yang terdengar sangat keras. Hana yang mendengarnya tentu saja ikut tertawa, dirinya benar-benar merasa terhibur dengan candaan yang diucapkan oleh temannya itu. Setidaknya lewat bercandaan dari temannya itu Hana merasa percaya diri lagi untuk menunggu Vian sedikit lebih lama lagi. "Ayo kembali kerja, waktu istirahat kita hampir selesai." Kata Cinta mengingatkan Hana. "Kamu jalan dulu, aku akan mengembalikan ponselku dulu." Balas Hana yang langsung saja membuat Cinta setuju dan pergi lebih dulu. Sedangkan Hana berdiri dan berjalan ke arah loker untuk menyimpan ponselnya di dalam sana. Jam pulang pun tiba, Hana pulang dengan menaiki taksi bersama dengan Cinta. Setidaknya dia bisa sedikit menghemat ongkos karena bayar taksinya gantian dengan Cinta. Setelah sampai di rumah Hana pun turun dan melambaikan tangannya ke arah Cinta yang masih di dalam taksi karena rumahnya lebih jauh dari rumah Hana. Hana masuk ke dalam rumah dan menyalakan lampunya. Tumben sekali mamanya belum menyalakan lampu di jam segini, padahal biasanya saat dirinya pulang rumah sudah terang semua. "Mah, ngagetin aja." Kata Hana saat melihat mamanya yang duduk di ruang tamu sendirian. "Sini duduk, mama mau bicara." Kata mama Hana yang langsung saja membuat Hana menurut dan duduk di samping mamanya. Hana duduk dan menatap mamanya dengan tatapan sedikit sendu. Ia tahu pasti mamanya akan membicarakan perihal pernikahannya lagi. "Jadi kapan laki-laki itu akan datang dan melamar kamu? Kamu tahu ini sudah tiga tahun berlalu, kamu juga semakin tua begitupun juga mama." Tanya mama Hana yang langsung saja membuat Hana terdiam dan memegang gelang yang diberikan oleh Vian. "Hana, laki-laki sekarang nggak ada yang bisa di percaya. Hanya karena dia memberikan gelang murahan itu kamu sudah percaya selama itu?" Lanjut mama Hana lagi. "Ini gelang mahal ma." Kata Hana memberitahu mamanya. "Kalau itu mahal kenapa nggak jadi di jual dan kamu pakai terus? Bilang saja itu nggak laku di jual." Cibir mama Hana lagi dengan sedikit kesal pada putrinya yang terlalu polos dan mempercayai laki-laki gadungan itu. Hana hanya terdiam, kalaupun dirinya menjelaskan mamanya tak akan percaya padanya karena dirinya tak mendapatkan bukti harga gelang yang dipakainya. "Sayang, kamu sudah 27 tahun. Sudah cukup tua, kamu mau menunggu sampai kapan lagi? Kamu mau jadi perawan tua karena laki-laki itu?" Tanya mama Hana lagi dengan suara yang lebih halus. "Mah, tunggu setahun lagi ya?" Balas Hana meminta waktu pada mamanya lagi. "Sampai hari ini sudah lima orang laki-laki yang kamu tolak, kamu nggak takut karma? Bagaimana jika mereka mengutukmu dengan kejam?" Tanya mama Hana mengingatkan. Apa yang dikatakan oleh mamanya memanglah benar, sampai hari ini sudah ada lima orang yang berniat melamarnya namun berakhir mendapatkan penolakan darinya. Semua itu hanya karena janji yang ditinggalkan oleh Vian untuknya. Dirinya paling percaya akan janji seseorang, dan dirinya tak bisa mengabaikannya begitu saja, kecuali dirinya melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau laki-laki itu sudah mengkhianati janjinya sendiri. "Hana janji ma, setahun. Jika dalam setahun dia nggak kembali dan lamar Hana, maka tahun berikutnya Hana akan menerima lamaran siapapun yang mama inginkan." Kata Hana lagi dengan nada yang benar-benar memohon pada mamanya. Hana mengambil tangan mamanya dan memeganginya dengan erat, ia tahu mamanya menyayangi dirinya lebih dari siapapun, itu sebabnya Hana juga sangat menyayangi mamanya dan juga menuruti mamanya yang waktu itu mengajukan mahar tinggi pada mantan calon suaminya. "Tadi Zico datang ke rumah dan berniat melamar kamu lagi." Kata mama Hana membuka suaranya setelah memenangkan dirinya sendiri karena sedikit kesal pada putrinya yang menggantungkan masa depannya pada laki-laki yang tak tentu kepastiannya. "Mah, diakan sudah menikah." Balas Hana dengan suara pelan. Zico adalah mantan calon suaminya dulu. Setelah dirinya benar-benar menolak laki-laki itu dalam berhubungan badan, laki-laki itupun dikabarkan menikah dalam waktu yang singkat setelah penolakannya. Pasangannya juga lebih cantik daripada dirinya, selain itu wanita itu juga lebih seksi dan juga menarik. Layaknya model terkenal yang pastinya juga banyak yang memuja. "Dia bilang sudah bercerai dan ingin kembali sama kamu." Kata mama Hana lagi yang langsung saja membuat Hana terdiam. Laki-laki itu sudah hilang di telan bumi selama tiga tahun terkahir ini, dan tiba-tiba muncul ingin menikahinya dengan status dudanya. Tiba-tiba saja Hana merasa jika dirinya sangat beruntung karena bisa lepas dari laki-laki seperti itu. "Mama bilang apa?" Tanya Hana dengan suara pelan. Hana takut mamanya asal mengiyakan hanya karena tawaran mahar yang diberikan oleh Zico. "Seperti yang kamu bilang sama mama." Jawab mama Hana yang langsung saja membuat Hana terdiam dan menatap ke arah mamanya dengan lebih intens. "Yang kamu bilang kalau laki-laki itu akan melamar kamu dengan mahar yang lebih banyak dari siapapun, mama bilang gitu sama Zico." Lanjut mama Hana yang langsung saja membuat Hana tertawa saat mendengarnya. "Mama, terima kasih." Ucap Hana seraya memeluk mamanya dengan erat. "Awas aja kalau nanti nggak sebanyak itu, malu mama sama dia." Balas mama Hana seraya memeluk putrinya dengan erat. "Sana mandi dan ganti baju, setelah itu kita makan malam bersama. Kakak kamu sudah lama nggak pulang." Kata mama Hana lagi yang langsung saja membuat Hana mengangguk dan mencoba untuk menenangkan mamanya yang terus mengharapkan kepulangan kakaknya itu. Hana berjalan ke arah kamarnya dan duduk di atas ranjangnya dengan sangat lelah, matanya menatap ke arah komik yang ia letakkan di atas nakas. Benar-benar sangat kesal saat mengingat laki-laki itu mengingkari janjinya dan tak menghubunginya lagi dalam waktu yang lama. "Aku pasti akan mengutukmu jika aku mendengar kamu menikah dengan wanita lain." Gumam Hana sendiri seraya memarahi gelang yang dipakainya. Di tempat lain, Vian yang baru saj memasuki rumah pribadinya dengan sangat lelah. Setelah kelulusannya dirinya masih harus belajar banyak untuk memimpin rumah sakit yang sudah di dirikan oleh abangnya itu. Rencana dirinya akan kembali satu sampai dua tahun lagi untuk mematangkan rencananya dalam memimpin rumah sakit miliknya. Vian mengambil ponselnya dan menghubungi wanita yang sudah lama sekali tak bisa ia hubungi. Kesalahannya karena ceroboh dan membiarkan ponselnya jatuh ke dalam air dan tak juga menghafalkan nomor wanita itu. Hampir setiap hari saat akan istirahat, Vian selalu saja mencoba mengingat-ingat dan menghubungi nomor yang terus salah. Vian menatap ke arah gelang yang sama dengan gelang yang ia berikan pada Hana. Vian selalu menggunakan gelang itu sebagai semangatnya, meskipun dirinya ingin segera kembali namun dirinya harus menahannya terlebih dahulu agar memiliki masa depan yang cerah. Dirinya pun juga berhenti menulis komik karena sangat sibuk dengan dunia nyatanya. Selain itu, Vian juga sangat frustasi karena saat dirinya meminta bantuan pada abangnya ataupun iparnya untuk mencari keberadaan Hana, keduanya tak pernah menemukannya. Abangnya juga mengatakan kalau Hana sudah berhenti bekerja di restoran yang dekat dengan perusahaan abangnya itu. Andai saja dirinya tahu kalau ponselnya akan jatuh ke dalam air dan rusak, pasti dirinya memilih untuk menulis nomor wanita itu di buku catatannya. Vian menghela napasnya dan berbaring di ranjangnya dengan lelah. Hari ini dirinya berkeliling di rumah sakit teman abangnya. Teman abangnya juga memberikan banyak pengalamannya pada Vian. Dibandingkan dengan semua itu, Vian merasa lebih kagum pada abangnya yang ternyata tidak hanya menggeluti satu pekerjaan saja. Karena ternyata abangnya juga menanam saham di rumah sakit temannya itu. Sangat patut untuk ditiru. Vian membuka galeri ponselnya dan melihat foto polos Hana yang terlihat sangat cantik dan lucu. Hana jadi ingat bagaimana cerobohnya wanita itu dalam melakukan banyak hal. Pasti hidupnya akan menyenangkan jika hari-harinya harus memperhatikan Hana yang pasti akan terus merepotkan dirinya itu. "Maaf ya, aku akan kembali dengan cepat." Gumam Vian dengan pelan dan mengusap layar ponselnya dengan pelan. "Aku akan membunuh laki-laki manapun yang berani mendekatimu." Lanjut Vian lagi yang langsung saja tertawa sendiri saat mengingat obsesinya pada wanita yang ia lihat di dalam ponselnya. Benar-benar menyedihkan kalau dirinya kembali dan tak menemukan wanita itu lagi. Terlebih-lebih jika wanita itu sudah menikah dengan laki-laki lain. "Mari kita tidur dan lanjut lagi besok." Kata Vian lagi seraya mengecup layar ponselnya dan tidur di ranjangnya dengan telentang bebas. Kembali ke kediaman Hana, Hana keluar dari kamar setelah mandi dan juga mengganti bajunya dengan baju tidur bergambar Doraemon koleksinya. Selain penyuka komik, Hana juga sangat suka dengan Doraemon karena boneka itu terlihat lucu. "Anak gadis di suruh mandi saja lama, sampai membiarkan mamanya kelaparan." Cibir mamanya yang langsung saja membuat Hana tertawa dan meminta maaf pada mamanya. "Lain kali mama harus marah sama Cinta karena telah merekomendasikan banyak hal pada Hana." Lanjut Hana seraya duduk dan mengambilkan makanan untuk mamanya. "Anak itu sudah lama nggak ke sini, dia sudah punya pacar ya?" Tanya mama Hana yang baru saja ingat pada teman baik putrinya. "Belum, dia masih belum ingin menikah." Jawab Hana dengan sedikit berbohong. Tentu saja Hana harus berbohong. Tak mungkin juga Hana menceritakan kalau Cinta tengah mabuk cinta pada kakak iparnya yang saat ini tengah berstatus duda karena istrinya alias kakak Cinta yang meninggal setelah melahirkan hari itu. Apalagi keduanya juga tinggal di satu atap, meskipun tidak hanya berdua tetap saja keduanya sering bertemu. Bahkan yang lebih gila, Cinta bercerita kalau dia sering mengenakan pakaian terbuka saat berpapasan dengan kakak iparnya itu. Dia benar-benar berharap busa menikah dengan kakak iparnya seperti cerita di novel-novel kesukaannya. Daripada dengan Hana, Cinta memiliki pandangan yang lebih dewasa. Bahkan saat masih kuliah, Cinta selalu hampir melewati batas saat sedang b******u dengan pacarnya. Saat Hana mengingatkan, Cinta selalu menjawab dengan enteng jika nafsunya sudah menguasai dirinya. Hana makan dalam diam, membayangkan apakah dirinya juga bisa bersatu dengan Vian seperti yang dijanjikan oleh laki-laki itu padanya. Bukan masalah dirinya tak percaya, tapi Vian bukanlah orang miskin, dia banyak uang dan tentu saja pasti memiliki banyak gebetan dan pastinya banyak juga wanita yang menggodanya. Dibandingkan dengan dirinya yang kurus kering dan juga tak seksi, pasti laki-laki itu akan tertarik dengan para bule di tempat dirinya menempuh pendidikannya. "Oh iya ma, tadi sebelum pulang Hana beliin obat mama. Mama minum terus ya, masalah uangnya Hana bisa cari lagi kok." Kata Hana mengingatkan mamanya untuk meminum obatnya dengan rutin. Karena terkadang mamanya tidak akan meminumnya dan akan meminumnya lagi saat kambuh, alasannya tentu saja karena harga obatnya cukup mahal. "Sudah mama bilang, kalau gajian di simpan jangan buat yang aneh-aneh." Tegur mamanya yang langsung saja membuat Hana mengerucutkan bibirnya ke depan. "Hana pakai uangnya kan buat mama bukan buat aneh-aneh. Jadi mama jangan bilang seperti itu, Hana jadi sedih dengarnya." Balas Hana dengan suara sedihnya. "Hana hanya punya mama, kalau mama nggak sayang sama diri mama sendiri lalu siapa yang akan menyayangi Hana?" Tanya Hana lagi. Mama Hana yang mendengarnya tentu saja langsung terdiam. Salahnya karena lagi-lagi hanya bisa membuat putrinya sedih seperti itu. "Pekerjaan kamu gimana? Lancar?" Tanya mama Hana mengalihkan pembicaraan. "Lancar semuanya ma, semua pasien yang datang juga ramah. Mereka selalu berterima kasih karena rumah sakit itu selalu memberikan harga yang sangat terjangkau untuk mereka." Jawab Hana dengan antusias. "Selain itu, pegawainya juga ramah semua, seolah-olah memang sudah diseleksi. Tak ada pembedaan antara perawat, dokter dan cleaning servis." Lanjut Hana lagi. "Pasti pemilik rumah sakit itu orang yang baik, semoga saja rejekinya selalu di lancarkan agar bisa terus membantu orang-orang yang membutuhkan." Balas mama Hana yang juga bersyukur karena akhirnya putrinya menemukan tempat yang mau menerima dirinya dengan segala kecerobohannya. "Aamiin." Balas Hana dengan suara kerasnya. "Aku dengar pemiliknya masih sangat muda, hanya saja dirinya masih sibuk dengan dunianya jadi belum bisa kembali untuk memimpin rumah sakit itu." Kata Hana lagi. Tentu saja Hana membayangkan jika pemilik rumah sakit itu adalah Gibran, di mana Gibran yang saat ini sangat sibuk dengan perusahaannya jadi tak bisa datang dan mengatur rumah sakitnya sendiri. Hana juga sangat berharap jika orang-orang seperti Gibran akan di berikan panjang umur agar bisa terus membantu banyak orang. Bahkan tak jarang Hana juga melihat berita tentang Gibran yang selalu memberikan uang untuk panti asuhan dan juga panti jompo dengan nilai yang tinggi. Hana benar-benar menjadikan Gibran dan juga istrinya sebagai panutannya. Hanya saja nasibnya tak seberuntung mereka, dirinya belumlah jadi orang kaya dan bisa menyumbangkan banyak hal untuk orang-orang yang membutuhkan. "Pasti banyak yang penasaran ya, apalagi kalau belum menikah. Kamu seharusnya bisa ikutan mengantri." Balas mama Hana yang langsung saja membuat Hana tertawa mendengarnya. "Mana bisa gitu, sepertinya sudah menikah dan juga sudah memiliki anak kok. Lagian ya ma, Hana orangnya sangat percaya akan janji yang diberikan oleh orang lain, jadi sebelum Hana benar-benar tahu kalau dia berkhianat maka Hana nggak bisa berkhianat lebih dulu." Jawab Hana seraya memperlihatkan gelang yang dipakainya. "Terserah kamu saja, asal jangan menangis di depan mama jika dicampakkan." Balas mama Hana yang langsung saja disetujui oleh Hana. Setelah makan malam bersama, Hana mengantarkan mamanya ke kamar untuk memastikan mamanya meminum obatnya sebelum tidur. Setelah melihat mamanya tertidur, Hana pun keluar dan berjalan ke meja makan untuk membereskan semuanya. Hana menyimpan sisa makanan di dalam kulkas untuk sarapannya besok pagi, slalu dirinya mencuci piring kotor dan juga mengecek keperluan rumah agar mamanya tidak terlalu lelah jika melakukan semuanya sendiri. Setelah selesai, Hana pun mengunci pintu depan dan berjalan ke kamarnya untuk istirahat. Baru saja dirinya ingin istirahat, telponnya berbunyi dan menampilkan nama Cinta yang tertera di layar ponselnya. "Aku ditolak." Suara Cinta yang terdengar langsung saja membuat Hana tertawa cukup keras saat mendengarnya. Ini sudah ke lima kalinya Cinta mengatakan hal itu padanya. "Apalagi yang kamu lakukan?" Tanya Hana dengan penasaran. "Menggodanya. Kebetulan di rumah hanya ada aku sama dia, mama sama papa pergi ke pesta. Aku sudah baik-baik menggendong anaknya dan diabaikan begitu saja. Padahal aku memakai baju tidur tipis dan juga tidak memakai dalaman." Adu Cinta menceritakan kisah tragisnya. "Sepertinya cara seperti itu tidak akan pernah berhasil. Coba kamu cari cara yang lain, jangan terus memamerkan tubuh indahmu itu." Balas Hana dengan suara pelannya. "Bagaimana? Kamu menyuruhku bersikap polos sepertimu? Are you okey? Jaman sekarang laki-laki ngga ada yang suci, mana ada laki-laki yang tertarik tanpa di sodori terlebih-lebih dahulu. Lagian dia itu sudah pernah menikah dan punya anak, setidaknya dirinya kan pasti memiliki rasa kangen sentuhan pada adiknya itu." Balas Cinta yang langsung saja membuat Hana menggelengkan kepalanya pelan. "Apa kamu tidak tahu? Dia bahkan tidak melirik diriku sama sekali, apakah dia sudah memiliki calon yang lain? Aku benar-benar frustasi saat mengingatnya. Bulan depan dia juga mau pindah ke rumahnya sendiri karena katanya tidak enak tinggal bersama seperti itu." Lanjut Cinta dengan nada frustasinya. "Apa yang akan aku lakukan jika dia pindah?" Tanya Cinta dengan suara pelannya. "Cari laki-laki lain kan bisa Cin, lagian kalau kamu terus seperti itu mana bisa dikatakan sopan. Dia itu kakak ipar kamu, masak kamu berpakaian seperti itu di depannya." Jawab Hana dengan suara pelan. Tentu saja dirinya hanya bisa menyarankan pada temannya untuk menyukai laki-laki lain saja, daripada terus menghabiskan banyak waktu pada iparnya yang tak pernah memandangnya itu. "Kamu minta di bunuh ya?" Teriak Cinta yang langsung saja membuat Hana tertawa keras saat mendengarnya. "Sudahlah, aku mau tidur. Jangan menggangguku lagi, tidak ada gunanya juga bercerita denganmu." Kata Cinta lagi seraya memutuskan sambungan telponnya. Hana sendiri hanya menggelengkan kepalanya pelan. Siapa yang menggangu siapa. Hana kembali meletakkan ponselnya di atas nakas dan memiringkan tubuhnya untuk tidur dengan nyenyak. Komik dari penulis yang ia sukai belum ada rilis lagi, padahal ini sudah satu tahun, dan penulisnya masih saja hiatus dan tak ada kabarnya. "Selamat malam." Ucap Hana pelan seraya mengelus komik yang ada di atas nakas dan mencoba untuk memejamkan matanya dengan perlahan. Melupakan rasa lelah dan juga pikirannya tentang Vian yang tak ada kabarnya. Tbc

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook