bc

Menikah dengan Majikan

book_age16+
8.1K
FOLLOW
64.7K
READ
family
love after marriage
goodgirl
powerful
CEO
maid
comedy
sweet
bxg
city
like
intro-logo
Blurb

Sebelum baca jangan lupa tap lovenya

Sherly terpaksa kabur dari rumahnya setelah mendengar pembicaraan orang tuanya yang akan menjodohkannya dengan anak dari teman orang tuanya. Karena terburu-buru, Sherly hanya sempat membawa beberapa lembar pakaiannya dan juga ijazah SMA-nya, sehingga sesampainya di tempat baru, Sherly tidak bisa melamar ke perusahaan besar, karena ia tidak memiliki ijazah S-1nya. Karena yang ada hanya ijazah SMA, Sherly pun terpaksa melamar sebagai baby sitter.

Namun siapa sangka, yang Sherly kira akan menjadi baby sitter anak-anak, justru Sherly harus mengurus 5 pemuda tampan. Selain harus menjadi baby sitter 5 pemuda tampan, Sherly juga harus menikah dengan anak tertua di keluarga tempat dia bekerja atau lebih tepatnya kakak dari 5 pemuda tampan yang diurusnya itu.

Cover by Stary

chap-preview
Free preview
Part 1 : Rencana Perjodohan
Seorang gadis cantik dengan rambut sebahu dan tubuh semapai baru saja memasuki pekarangan rumahnya dengan menenteng beberapa tas belanjaan di kedua tangannya seraya bersenandung kecil. Hari ini ia bahagia sekali, selain karena mendapat diskon besar-besaran di toko pakaian langganannya, gadis cantik itu juga habis bertemu dengan pria idamannya sejak ia duduk di bangku perkuliahan. “As—” Baru saja gadis cantik itu akan mengucapkan salam, indra pendengarannya tidak sengaja mencuri dengar pembicaraan orang tuanya. Apalagi saat namanya dibawa-bawa dalam pembicaraan orang tuanya. “Papa yakin Sherly bakal terima perjodohan ini?” tanya Ratih—ibu kandung Sherly. “Yakinlah Ma, pasti Sherly bakal terima perjodohan ini. Lagi pula calonnya juga mapan, cocoklah buat jadi suami Sherly,” jawab Adrian—ayah kandung Sherly. Tas belanjaan yang sedang dibawa oleh Sherly jatuh ke bawah hingga menimbulkan suara yang sangat nyaring dan membuat atensi orang tua Sherly teralihkan. Adrian dan Ratih terkejut menemukan putri semata wayang mereka tengah berdiri mematung di sana. “Sherly!” Sherly menggelengkan kepalanya. Tidak! Sherly tidak mau dijodohkan. Sherly ingin memilih calon suaminya sendiri. “Kebetulan kamu sudah pulang, Sher. Mama sama papa ingin berbicara dengan kamu,” ucap Ratih mengajak Sherly duduk bersama mereka. Mengobrol—membahas masalah perjodohan itu, mumpung orangnya ada di sini. Terpaksa Sherly pun duduk di antara mereka, walaupun Sherly sendiri merasa enggan. Apalagi yang dibahas adalah masalah perjodohan. “Sher, sekarang umur kamu berapa?” tanya Adrian dengan lembut. “Dua puluh dua tahun, Pa,” jawab Sherly. Adrian tersenyum, lalu mengusap rambut putri semata wayangnya dengan sayang. Ya, putri semata wayangnya, karena memang ia hanya memiliki satu orang putri. Sementara anaknya yang lain berjenis kelamin laki-laki. Adrian sangat menyayangi Sherly, makannya menyangkut masalah pria yang akan mendampingi Sherly nantinya pun Adrian ikut andil memilihnya. Makannya Adrian berinisiatif menjodohkan Sherly dengan anak temannya. Kebetulan Adrian tahu anak temannya itu memiliki sifat dan kriteria yang cocok sekali sebagai pendamping putri semata wayangnya itu. “Sudah punya pacar belum, Sher?” tanya Adrian. “Be-belum, Pa,” jawab Sherly dengan ragu. “Aduh, Sherly b**o! Kenapa jawab belum, sih! Harusnya jawab iya aja,” rutuk Sherly dalam hati. Sementara itu Adrian tersenyum mendengar jawaban Sherly. “Sher, kemarin Papa habis dari Jakarta,” ucap Adrian. Sherly menganggukkan kepalanya. “Iya, Pa.” “Nah, pas kemarin ke Jakarta, Papa ketemu sama teman lama Papa. Dia punya anak cowok, ganteng banget, belum lagi dia mapan, masih muda udah pimpin perusahaan," kata Adrian. Sherly menelan air salivanya dengan kasar mendengar perkataan papanya. Ia sudah tahu ke mana arah pembicaraan papanya. Pasti ujung-ujungnya papanya akan membahas masalah perjodohan. “Pas kemarin Papa ngobrol sama teman papa itu, kami sepakat bakal ngejodohin—” Belum sempat Adrian menyelesaikan perkataannya, Sherly sudah lebih dahulu memotongnya. “Enggak Pa, Sherly enggak mau! Sherly enggak mau dijodohkan!” potong Sherly. Biarlah ia dianggap tidak sopan atau sebagainya karena membantah perkataan orang tuanya, yang pasti Sherly tidak ingin dijodohkan dengan pria pilihan papanya. “Sherly, duduk dulu Sayang,” ucap Ratih—membujuk putrinya kembali duduk dan mendengar perkataan suaminya sampai selesai. Sherly menggelengkan kepalanya. “Enggak, Ma! Sherly enggak mau!” “Duduk dulu Sayang, Papa—” “Sherly pamit ke kamar dulu, Pa, Ma,” pamit Sherly, lalu berlari ke kamarnya yang terletak di lantai dua—mengabaikan mama dan papanya yang terus memanggil namanya. Dalam hati Sherly merasa bersalah kepada mama dan papanya, karena ia sudah berlaku tidak sopan kepada mereka. Sherly sudah menjadi anak durhaka bagi mama dan papanya, tetapi posisilah yang menyulitkannya. Ia tidak mau dijodohkan dengan pria pilihan papanya, karena bagi Sherly, ia sendiri juga masih mampu mencari calonnya. Lagi pula ini bukanlah zaman siti nurbayah yang harus dijodoh-jodohkan. “Maafin Sherly, Ma, Pa …,” lirih Sherly. *** Panasnya siang telah berganti menjadi dinginnya malam. Persoalan tadi siang mengenai perjodohan itu belum usai juga. Saat makan malam tadi Adrian tetap kekeh pada keputusannya yang ingin tetap menjodohkan Sherly dengan anak temannya, karena menurut Adrian tidak ada pria lain yang cocok mendampingi putrinya selain anak temannya itu. Dan gara-gara keputusan papanya itu Sherly pun nekat pergi dari rumah. Ia tidak akan pulang sebelum papanya membatalkan keputusannya yang akan menjodohkan dirinya dengan anak teman papanya itu. Tepat pukul tengah malam saat orang-orang di rumahnya sudah tidur, Sherly pergi dari rumahnya dengan membawa pakaian seadanya dan juga beberapa barang penting yang akan digunakannya nanti di tempat baru. Sebelumnya Sherly sudah menghubungi salah satu sahabatnya untuk dimintai tolong menjemputnya di depan kompleks perumahannya, karena ia tidak bisa pergi sendiri. Jika ia memakai kendaraan pribadinya, maka ia akan langsung ketahuan akan kabur dari rumah. Sherly harus kucing-kucingan dengan petugas keamanan yang sedang berjaga di rumahnya agar tidak ketahuan dan acaranya kaburnya berujung kegagalan. Setelah berhasil lepas dari penjagaan penjaga keamanan rumahnya, Sherly pun masuk ke dalam mobil sahabatnya yang ia mintai tolong untuk mengantarkannya ke Jakarta. “Sher, serius lo mau kabur ke Jakarta?” tanya Rangga—sahabat Sherly. “Serius Ngga, keputusan gue udah bulat. Gue enggak mau dijodohkan sama anaknya teman papa. Lagian ini bukan zaman siti nurbayah yang main jodoh-jodohan,” jawab Sherly. “Padahal menurut gue cowok yang bakal dijodohkan ke lo kayaknya bukan cowok sembarangan,” timpal Rangga yang tidak mengerti dengan jalan pikir sahabatnya itu. Pasti papa Sherly memilih pria yang mapan dan berasal dari keluarga terpandang, tetapi kenapa Sherly malah menolaknya? “Iya gue tahu, tetapi intinya gue enggak mau dijodohin. Udahlah lo enggak usah banyak omong deh, nyetir yang benar sana,” balas Sherly lalu melemparkan pandangannya ke luar jendela. “Yeu, udah mah gue tolongin bukannya bilang makasih malah sewot sama gue!” gerutu Rangga. Untung saja ia sahabat yang baik dan menyayangi Sherly yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. Jika tidak, mana sudi Rangga membantu Sherly, apalagi membantunya kabur. Sementara itu, “Ma, Pa, maafin Sherly. Sherly udah jadi anak durhaka bagi kalian,” batin Sherly dengan mata berkaca-kaca. Bagaimana pun ia merasa sedih dan bersalah kepada orang tuanya, karena ia telah memutuskan pilihan yang akan mengecewakan orang tuanya. *** Tak terasa setelah hampir menempuh perjalanan selama empat jam dari Bandung menuju Jakarta, akhirnya Sherly dan Rangga sampai di tempat tujuan dengan selamat. Sesampainya di Jakarta, mereka langsung memesan dua buah kamar hotel di salah satu hotel bintang lima di kawasan Ibu Kota tersebut. Rangga hanya menginap sehari saja di sana, karena setelahnya ia kembali pulang ke Bandung. Sementara itu, Sherly masih menetap di hotel itu sampai dia menemukan tempat tinggal yang pas dan cocok dengan isi kantongnya, karena Sherly hanya membawa uang sebesar lima puluh juta rupiah. Itu pun uang tabungannya sendiri. Sherly harus pintar mengelola uang lima puluh jutanya itu agar tidak cepat habis dan satu-satunya jalan untuk bisa bertahan hidup adalah dengan mencari pekerjaan secepatnya. Namun masalahnya ia hanya membawa ijazah SMA-nya saja. Ijazah S-1nya tidak terbawa dan itu akan menyulitkan Sherly dalam mencari pekerjaan yang sesuai dengannya. “Aduh, gue harus cepat nyari kerjaan nih, gue enggak bisa nganggur terus.” Sherly menggigit bibir bawahnya. Ia bingung harus mencari pekerjaan ke mana, sementara ijazah S-1nya tertinggal dan ia hanya membawa ijazah SMA-nya saja. Sherly pun mencoba mencari pekerjaan lewat laman sosial medianya. Sampai akhirnya ia menemukan pekerjaan yang cocok untuknya, lebih tepatnya sih cocok gajinya. Namun sayang, pekerjaan tersebut adalah sebagai baby sitter. Kalau dilihat dari latar belakang pendidikan Sherly, tidak ada cocok-cocoknya sama sekali. Namun Sherly sangat membutuhkan pekerjaan untuk bisa bertahan hidup di Jakarta. Jadi dengan terpaksa Sherly melamar menjadi baby sitter.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook