bc

Mati Rasa

book_age18+
398
FOLLOW
3.2K
READ
billionaire
possessive
arranged marriage
CEO
drama
ambitious
campus
office/work place
illness
lonely
like
intro-logo
Blurb

Kinara yang merupakan seorang mahasiswi, dipaksa orang tuanya untuk kerja sambilan di kantor milik Darrel. Alasan yang simple, hanya untuk membuat dirinya memahami dunia bisnis lewat cowok itu.

Pertemuan pertama yang membuat Kinara harus memberikan cap cowok menyebalkan pada Darrel, karena sikap dia ternyata tak sesuai dengan wajah rupawan itu.

Awal yang tak baik, tapi saat hari harinya bersama Darrel, ternyata ada sesuatu yang membuatnya kaget. Ya, cowok itu ternyata menderita sebuah penyakit langka.

chap-preview
Free preview
BAB : 1
Kinara baru pulang kuliah, tepat saat jam menunjukkan pukul 8 malam. Disambut dengan pelototan tajam dari Marion dan Tiara, orangtuanya. Seperti biasa, dirinya akan mendapatkan sikap seperti ini jika pulang malam. Dengan senyuman manis, ia berjalan menghampiri sepasang suami istri yang tengah duduk di sofa, seakan menunggu dirinya memberikan alasan alasan  yang pasaran lagi. "Mama sama Papa nungguin aku pulang kuliah, ya? Aduh, so sweet banget, sih, orang tua gue. Eh, orang tuaku," pujinya dengan sikap manis yang berusaha ia kembangkan sebagus mungkin agar benar benar terlihat mendalami peran. Marion melempar buku yang ada di tangannya di meja, hingga menimbulkan suara gebrakan keras. "Tiba-tiba aku lapar," elak Kinara berniat segera pergi dari situasi memcekam ini. "Diam di sini, atau uang jajanmu Papa hentikan selama satu semester!" Ini lebih menakutkan lagi daripada menghadapi dosen tersongong di kamousnya. Bayangkan, satu semester ia puasa jajan. Yang benar saja. "Papa, jangan bercanda kelewatan dong. Aku takut baper," responnya mulai was was. Sekarang giliran Tiara yang melempar putrinya itu dengan sebuah bantal sofa. "Nara, kamu bisa serius dikit nggak, sih? Kamu pikir kami berdua bercanda dengan ancaman barusan." Saat emak emak mengomel, sebagai seorang anak ia hanya bisa diam tanpa kata. Takut, kalau membantah lagi malah semakin banyak dapat omelan. Apalagi ini sudah malam, ngantuk. "Salahku apa?" tanya Nara. Beberapa lembar kertas disodorkan Marion pada putrinya itu. "Lihat, kira kira di mana letak kesalahanmu." Nara mengambil lembaran kertas yang disodorkan padanya. Belum apa apa, hanya dengan penampakan bentukan benda ini saja sudah membuatnya paham arah maksud omelan dan ocehan orangtuanya. "Mampos," gumamnya tertahan saat apa yang ia pikirkan, ternyata benar. "Mau mengalak dan bilang kalau ini bukan punyamu? Atau, mau membodohi mama sama papa kalau saat ujian itu waktunya dadakan? Ayolah, Nak. Meskipun Papa di kantor dan Mama di rumah ... bukan berarti kami berdua diam dan tak tahu menahu." Nara memberengut kesal. "Ayo, Papa sama Mama mau mendengar alasan apalagi yang akan kamu berikan," tambah Marion. "Nara, apakah fasilitas yang kamu terima sebagai anak masih kurang?" tanya Tiara. Nara menggeleng, karena bukan hanya cukup. Bahkan kehidupannya sebagai seorang anak sudah bisa di bilang sempurna. Apapun yang ia inginkan, pasti dipenuhi. "Jadi, sekarang kenapa nilai nilai mu itu jadi anjlok? Tiap hari kuliah dari pagi hingga sore, sore hingga malam. Apakah itu sejenis kuliah rodi?" "Papa sama Mama nggak percaya sama aku?" "Kami percaya. Hanya saja saat kami tanyakan pada dosen mu, semua justru berbanding terbalik. Jadi sekarang kami bisa apa? Kamu bilang kuliah, ternyata tidak sama sekali. Kamu bilang ada tugas kelompok, kata dosenmu nggak ada tugas. Dan hari ini, kenapa kamu pulang malam lagi?" Nara seketika memikirkan alasan alasan yang pas untuk ia utarakan. Tapi, baru juga mau bicara, tiba-tiba Marion memotong perkataannya. "Jangan bilang kalau kamu ke rumah Zila bikin tugas. Karena tadi Papa sudah telepon Zila dan dia bilang nggak ada tugas," terang Marion sambil bersidekap d**a, menatap horor pada gadis itu. Seketika ia langsung menciut, layaknya kerupuk yang disiram air. Nyalinya benar benar dibuat kalah telak oleh papanya kali ini. Marion beranjak dari posisi duduknya, dengan kedua tangan yang berada di saku celana. Menatap tegas pada putri semata wayangnya itu. "Ini kamu namanya sudah keterlaluan, Ra. Kami hanya punya satu anak, itu artinya semua yang kami miliki adalah hak mu. Apa mungkin dengan pemikiran dan kebobrokan kamu ini bisa melanjutkan usaha keluarga kita?" "Jangan bilang kalau Papa sama Mama bakalan me coretan namaku dari hak waris." "Papamu lagi bicara serius, Nara. Jangan menganggap candaan terus," omel Tiara. Bicara serius panjang lebar, bahkan tak membuat putrinya paham apa maksud dari penjelasannya. "Kamu kenal Darrel, kan?" "Nggak kenal." "Darrel itu anak sahabat Papa. Cerdas, berpendidikan, paham dunia bisnis bahkan di usianya yang masih begitu muda, dia punya usaha sendiri." "Jangan memuji anak orang lain di depan anak sendiri, Pa," komentar Nara sedikit kesal. "Sengaja, biar kamu menyadari kesalahanmu." "Dan?" "Mulai besok kamu akan mendapatkan rutinitas tambahan." "Maksud Papa?" "Papa sudah menghubungi Darrel untuk menampung kamu di perusahaan dia untuk beberapa waktu ke depan tanpa digaji." Mata Nara membola, saat mendengar perkataan papanya. Menampung? Kenapa dirinya seperti seorang anak yang tanpa.tujuan hidup, ya. "Maksud Papa, aku kerja sama dia gitu?" "Tepat sekali," sahut Tiara. "Aku nggak mau," tolaknya cepat. "Wajib mau!" tegas Marion. "Kecuali kalau kamu rela semua benda benda pribadimu Papa sita. Tak ada mobil, kartu kredit, uang jajan, uang belanja dan semuanya." Kinara dibuat bertekuk lutut jika dihadapkan pada situasi ini. Apa kabar hidupnya kalau dirinya tak diberikan akses kehidupan. Dan lagi ... tanpa gaji. Berasa benar benar seperti seorang yang kekurangan pekerjaan saja. "Ma, Pa ... bilang sama dia dong. Aku nggak mau kalau nggak digaji. Enak aja, waktuku terbuang percuma tanpa hasil," terangnya tak terima. "Bukan dia yang memberikan peraturan itu, tapi Papa. Papa yang meminta dia menampung kamu tanpa digaji. Jadi, jika kemampuanmu bagus, itu artinya tak akan masalah lagi jika nanti kamu mengurus perusahaan kita." Kinara tak membantah lagi. Ia sandarkan punggungnya di sofa dengan tampang memberengut. Parah, kan, orangtuanya. Demi kelangsungan hidup perusahaan nanti di tangannya, malah melemparkannya pada seorang Darrel. Sekarang yang jadi pikirannya adalah sosok Darrel. Seperti apa dia? Meskipun papanya sering koar koar memuji dan memuja makhluk itu, tetap saja awalnya ia tak penasaran. Tapi sekarang ia penasaran. "Darrel itu gimana?" "Lihat besok saja. Papa mau istirahat. Capek mengomel," respon Marion berlalu dari hadapan putri dan istrinya. Kini tinggal Kinara dan mamanya. Pandangannya menatap lurus pada wanita paruh baya itu. Seakan tahu apa yang ia inginkan, kemudian melempar senyuman padanya. "Yang jelas, Darrel itu menakutkan," ungkap Tiara langsung. Kemudian beranjak dari duduknya dan berlalu pergi meninggalkan Nara. Nara menggerutu, memukuli bantal sofa, dan berteriak teriak nggak jelas di ruang keluarga. Saking kesalnya, ia bingung mau melampiaskan pada siapa. Enggak mungkin pada papanya, bisa bisa ia digantung di pohon. "Non kenapa?" tanya Bibik bergegas menghampiri Nara yang heboh. "Apa, sih, Bik?" "Lah, Non teriak teriak gitu." Nara menatap fokus pada wanita paruh baya itu, seakan sebuah ide brilliant sedang terpikirkan olehnha. "Bik, tahu nggak ... biasanya yang jual racun di mana, ya?" tanyanya berbisik. "Astaga! Ya ampun! Non mau racuni siapa? Udah, Non ... mending jangan deh. Non masih muda, perjalanan hidup masih panjang, Non cantik, baik hati, meskipun kadang nyebelin ... tapi jangan sampai berbuat keji. Dosa besar, loh, Non ... menghilangkan nyawa manusia." Nara sampai terdiam, terpaku dan membisu saat asisten rumah tangganya itu malah berbicara panjang lebar nggak jelas. "Percuma bicara sama Bibik," umpat berlalu pergi menuju kamarnya. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.5K
bc

My Secret Little Wife

read
93.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook