bc

You Are My Universe

book_age16+
123
FOLLOW
1K
READ
billionaire
friends to lovers
goodgirl
powerful
comedy
sweet
bxg
city
office/work place
friends
like
intro-logo
Blurb

Spin Off The Revision Love With CEO

Cerita Reynard William X Agnia Swastika X Faniza Gretha

Menjadi satu-satunya yang belum menikah di antara teman-teman seperjuangannya adalah masalah besar untuk Reynard William. Tekanan untuk menikah selalu datang setiap hari padanya.

Reynard memiliki pengalaman kencan yang cukup banyak namun dia tidak pernah menemukan keyakinan pada gadis-gadis yang pernah menjadi pasangannya untuk melangkah ke jenjang yang serius.

Bertemu dengan Agnia Swastika adalah sebuah keajaiban, Reynard menemukan beberapa hal yang dia cari pada gadis itu namun ketika Faniza Gretha, gadis yang selalu Reynard panggil 'Bocah' mulai mengusik ketengangannya. Saat itu Reynard benar-benar bingung memilih. Agnia maupun Faniza. Dua gadis itu memiliki keunggulan masing-masing.

Siapakah yang akan Reynard pilih untuk dia jadikan semestanya? Agnia Swastika gadis sederhana namun dewasa dalam berpikir atau Faniza Gretha yang sering bertingkah ceroboh dan pikiran bocilnya?

Cover by: Lana Media

chap-preview
Free preview
1. Meet Faniza Gretha
"Faniza Gretha." Seorang dengan pakaian formalnya itu menatap gadis yang ada di hadapannya dengan kening yang sedikit berkerut. Tatapan matanya menjurus sangat tajam. Seorang yang di panggil itu langsung menoleh. Gadis itu ikut mengamati pria yang ada di hadapannya dengan kening yang tidak kalah berkerut. Matanya memicing seakan dia memang sedang berusaha dengan keras mengingat siapa pria yang ada di hadapannya. "Siapa?" tanya Faniza dengan sangat bingung. Pria yang berdiri beberapa langkah dari Faniza itu menggelengkan kepalanya dan melangkah mendekat ke arah Faniza dan detik berikutnya sentilan cukup keras mendarat dengan mulus di kening Faniza yang tertutup poni itu. "Lo bahkan ngelupain gue lagi, dasar bocil!" seru pria dengan jas lengkap itu. Rambutnya tertata dengan sangat rapi dan tentu saja wanginya sangat maskulin sekali. "Emang gue lupa, Mas," ucap Faniza sembari mengusap keningnya sendiri. Bibirnya mengerucut menatap pria yang ada di hadapannya. "Tapi setelah lo berani-beraninya nyentil jidat gue yang paling berharga, sekarang gue ingat. Ngapain lo, Mas, di sini?" tanya Faniza dengan kening yang kembali berkerut. Matanya menatap pria di hadapannya dengan bingung karena seingat Faniza seorang Reynard William sangat-sangat jarang mengunjungi kafe di pinggiran kota seperti ini bahkan ini cukup jauh dari kantor tempat pria itu bekerja. "Seharusnya gue yang nanya, lo ngapain ada di sini, bukannya butik tempat lo kerja nggak jauh dari kantor gue?" tanya Reynard. Faniza terlihat menghembuskan napasnya. Gadis itu kemudian melangkah ke arah meja yang tidak jauh dari tempatnya berdiri sembari membawa satu jus pesanannya. Reynard yang juga sudah mendapatkan pesanannya mengikuti langkah Faniza dan ikut duduk di hadapan gadis itu. "Gue udah nggak kerja di butik lagi kali, Mas," ucap Faniza sembari mengaduk jus mangga di hadapannya. Reynard menatap Faniza dengan sangat lekat. Faniza Gretha adalah gadis yang Reynard kenal sejak dua tahun yang lalu karena gadis itu bekerja di butik langganan keluarga William. Faniza baru lulus dengan jurusan desainer kala itu. Bisa di bilang Faniza Gretha adalah seorang desainer pemula. Jika sekarang usia Reynard sudah mau tiga puluh satu tahun maka Faniza adalah gadis berusia dua puluh empat tahun. "Sejak kapan?" tanya Reynard. Dia tahu Faniza sangat menyukai pekerjaannya di butik itu. Gadis itu selalu sangat semangat ketika sudah berbicara tentang fashion namun mendengar Faniza tiba-tiba keluar sungguh mengejutkan untuk Reynard. Pantes saja dia tidak melihat Faniza beberapa hari yang lalu ketika dia mengambil batik untuk dia pakai ke pernikahan Flora yang nyatanya sekarang resmi menjadi istri sahabat kampretnya, Stephen Huarliman. "Udah dua bulan kali, Mas," jawab Faniza. Gadis itu terlihat menghembuskan napasnya berat. Stephen menatap gadis di hadapannya dengan tatapan penuh selidik. Senyum geli langsung terukir begitu saja di bibir Reynard. "Dan sekarang gue melihat lo menyesal dengan keputusan lo. Benar-benar bocil banget ya, Za," ucap Reynard kembali menggelengkan kepalanya, pria itu juga menatap Faniza dengan sangat geli. Gadis yang hari ini menggunakan dress dan bandana itu mengerucutkan bibirnya, wajahnya cemberut dan menatap Reynard dengan sangat jengkel. "Berisik lo, Mas," ucap Faniza. Gadis itu kembali menikmati jus mangganya dan kembali menatap Reynard. "Asal lo tahu ya, Mas, gue keluar dari butik itu penuh pertimbangan yang sangat-sangat matang, gue bosan jadi budakk korporat. Gue ingin meningkatkan jenjang karir, gue pengen punya butik sendiri, gue pengen punya brand sendiri!" seru Faniza dengan menggebu-gebu. Reynard sekarang menatap gadis di hadapannya dengan tatapan takjub. "Terus sekarang masalahnya apa? Bukannya ini tempat jauh dari apartemen lo bahkan rumah kedua orangtua lo?" tanya Reynard. Sedikit banyak Reynard memang tahu tentang seorang Faniza Gretha karena dulu setiap mereka bertemu di butik. Gadis ini adalah orang yang akan melayanii Reynard dan mereka banyak mengobrol. Reynard tahu di mana apartemen Faniza dan di mana tempat tinggal kedua orangtua gadis ini karena memang Faniza sempat memberitahunya. "Gue lagi cari lokasi yang strategis buat buka butik lah, Mas, susah banget ternyata nyarinya," ucap Faniza. Wajah gadis itu merubah menjadi lesu. Dia menopang dagunya dengan kedua tangannya. "Kenapa lo nggak minta bantuan Bokap aja? Bukannya Bokap lo orang properti?" tanya Reynard. Faniza merapatkan bibirnya dan meringis ke arah Reynard. "Mas, lo tahu gue lah. Gue udah bilang ke Bokap bahwa gue akan berusaha sendiri untuk mencari lokasi butik. Gue benar-benar ingin memulai semuanya dari awal tanpa bantuan Bokap biar kerasa usahanya gitu. Kalau minta bantuan Bokap, butik gue udah berdiri dari kapan tahu kali," jawab Faniza. Reynard menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Faniza. Sepertinya gadis ini masih bersaing dengan kakak perempuannya yang sudah sukses terlebih dahulu di bidang bisnis. "Masih saingan sama Alana?" tanya Reynard. "Menurut lo aja gimana, Mas. Ya, jelas lah gue masih saingan sama mbak Alana. Gue sekali-sekali juga pengen kali di bangga-banggain sama Bokap dan Nyokap, nggak dikit-dikit mbak Alana mulu. Kesel gue. Berasa ratu banget deh tuh mbak Alana!" seru Faniza dengan menggebu. Reynard kali ini benar-benar tertawa mendengar ucapan menggebu Faniza. Gadis yang duduk di hadapannya ini benar-benar tidak pernah berubah sejak awal Reynard mengenalnya. Selalu heboh dan terkadang terlalu jujur menurut Reynard. "Btw, Mas, lo tumben sampai sini. Bukannya kantor lo di senayan sana. Jauh banget Mas bisa nyampe Bogor sini?" tanya Faniza. Gadis itu kembali mengamati penampilan Reynard. Pria yang ada di hadapannya ini masih menggunakan formal, rambut benar-benar masih tertata rapi bahkan wajahnya masih terlihat segar walau matahari siang ini sangat terik. "Lo lupa rumah Bonyok gue ada di Bogor," ucap Reynard. Faniza meringis pelan sambil menepuk jidatnya. "Dan sekarang tujuan lo kemana?" tanya Faniza. "Balik ke Apartemen sih. Lo naik apa bisa sampai sini?" tanya Reynard. Faniza nyengir kemudian mengeluarkan sebuah kartu dari dalam tasnya. "Karena hari ini gue udah niat banget dan mobil gue masih nginep di bengkel. Naik KRL gue, Mas," jawab Faniza. Reynard lagi-lagi menganggukkan kepalanya mengerti. "Terus ke sini udah berapa tempat yang lo cek buat butik?" tanya Reynard. Pria itu menikmati ice caffe miliknya. "Udah dua sih, Mas. Itu yang di saranin sama temen gue dan kayaknya gue lebih cocok sama yang di Bintaro atau yang sekitaran apartemen," jawab Faniza. Reynard lagi-lagi menganggukkan kepalanya. "Mau bareng sama gue balik ke Jakarta?" tanya Reynard. Mata Faniza langsung berbinar-binar menatap ke arah Reynard, senyum di bibir gadis cantik itu langsung melengkung dengan sempurna. "Serius Mas, boleh?" Tanya Faniza. Reynard langsung mengangguk. "Lagian gue sendiri hari ini. Yuk pulang," ucap Reynard. Faniza langsung beranjak dari kursinya kemudian ikut melangkah ke arah mobil mewah milik Reynard yang terparkir di parkiran kafe. Mobil "Lo ganti mobil lagi Mas? Perasaan waktu itu bukan yang ini?" Tanya Faniza saat dia berhenti di samping mobil milik Reynard. Pria itu langsung nyengir dan mengangguk. "Sebulan yang lalu. Yuk, Za, naik. Kayaknya bentar lagi hujan. Tadi panas dan sekarang tiba-tiba mendung. Nggak jelas banget memang cuaca," ucap Reynard. Pria itu langsung masuk ke dalam mobilnya sendiri. Faniza langsung menyusul setelahnya. Melihat mobil Reynard yang sering kali berganti. Faniza dapat menyimpulkan bahwa Reynard adalah salah satu orang yang sangat mencintai otomotif dan fokus pria itu pada mobil mewah. "Lo nggak mungkin tiba-tiba pulang ke Bogor tanpa alasan kan, Mas, apalagi ini hari kerja. Ada yang urgent banget memangnya, Mas?" Tanya Faniza. Reynard adalah orang yang sangat menyenangkan dan tidak banyak aturan, hal ini yang membuat Faniza nyaman dan banyak bicara ketika bersama pria ini. "Sedang menenangkan diri gue sebenarnya. Kenyataan yang terjadi di hadapan gue kemarin cukup bikin jiwa gue syok," jawab Reynard sambil menghembuskan napasnya dengan pelan. "Hal seberat apa yang bikin lo sampai syok bahkan ke Bogor di hari kerja?" Tanya Faniza. Gadis itu menatap Reynard semakin penasaran. "Lo tahu umur gue sekarang berapa Za?" Tanya Reynard super random walau tatapan pria itu lurus pada jalan yang ada di hadapannya. "Harus gue sebut nggak, Mas?" Tanya Faniza dengan sangat lugu. Reynard langsung menggeleng dengan cepat. "Lo tahu sahabat kamprett gue?" Tanya Reynard lagi. Faniza langsung mengangguk. "Mas Stephen dan mbak Cynthia," jawab Faniza. Reynard langsung mengangguk. "Mereka berdua udah nikah," jawab Reynard dengan tampang super sedihnya. Sesungguhnya Stephen yang menikah mendadak dan di luar dugaan adalah hal yang bikin Reynard benar-benar syok. Reynard tidak habis pikir kenapa bapak Stephen Huarliman bisa senekat itu di detik-detik terakhir. Benar-benar manusia gila. "Terus lo kapan nyusul, Mas?" Tanya Faniza dengan sangat polosnya bahkan nada suara gadis itu benar-benar terdengar tanpa beban seolah itu adalah pertanyaan yang sangat biasa namun pertanyaan itulah yang berhasil membuat Reynard mengerem mobilnya secara mendadak dan langsung menatap Faniza dengan ekspresi super kaget. "Kenapa?" Tanya Faniza, lagi-lagi dengan wajah super polos. Gadis itu menoleh ke kanan dan ke kiri seolah sedang mencari sesuatu yang membuat Reynard mengerem mobilnya secara mendadak. "Pertanyaannya lo yang salah," ucap Reynard. Pria itu kembali melajukan mobilnya. "Memang apa yang salah Mas? Mau nikah sama siapa aja lo tinggal pilih aja kali. Cewek-cewek yang pernah lo ajak ke butik tampangnya nggak ada yang pernah gagal. Gue dengar bahkan mereka jajaran model papan atas dan bahkan juga ada aktris. Oke semua itu, Mas, gas aja kali married," ucap Faniza dengan sangat santai. Reynard menghembuskan napasnya pelan lalu menoleh pada gadis yang duduk di sampingnya. "Lo kira nikah segampang itu Cil? Lagian Za, kalau di pikir-pikir di antara mereka nggak ada yang cocok buat gue jadikan istri," ucap Reynard. Faniza kali ini menatap Reynard dengan ekspresi syoknya seolah apa yang di katakan oleh Reynard adalah hal yang mengejutkan. "Bisa-bisanya lo, Mas, cewek cantik putih bening kayak gitu nggak cocok buat di jadikan istri," ucap Faniza. Gadis itu menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Reynard tiba-tiba terdiam. "Cil, menurut lo cewek yang cocok buat jadi istri gue yang kayak gimana?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook