bc

Assalamu'alaikum, Bunda

book_age18+
4.2K
FOLLOW
27.3K
READ
family
goodgirl
drama
asexual
like
intro-logo
Blurb

Safira Atmaja, seorang gadis belia yang lugu dan masih mencari jati diri harus mengubur mimpinya menjadi hafizah karena aib yang menimpanya hingga menghadirkan Athar.

Tanpa sepengetahuan orang tuanya dia melahirkan Athar dengan bantuan sahabatnya. Dengan alasan mendapat beasiswa ke Mesir sebagai penghafal Al qur'an. Disanalah dia dan Almira melarikan diri.

chap-preview
Free preview
Bab 1. Mimpi Buruk
"Jangan... kumohon...," jeritku saat lelaki itu menindihku dengan brutal. Aku terus menghiba mengharap dia berbelas kasih. Namun lelaki itu seakan tuli. Aku berontak sekuat tenaga, sayangnya tenagaku bukan tandingan lelaki mabuk ini. "Kumohon, Tuan," rintihku penuh permohohan. Lelaki yang tak kutahu wajahnya karena ruangan yang tak ada penerangan sedikitpun, hanya sinar rembulan yang mengintip malu-malu melalui jendela kaca yang hanya tertutup tirai putih tipis, terus saja melecehkanku. Ya Allah... Kumohon!! Selamatkan hamba!! Akan jadi apa hamba Ya rob jika tanpa kehormatan? Dengan sekuat tenaga hamba menjaga harta terpenting bagi kami para wanita. Tapi lelaki ini berusaha merenggutnya tanpa rasa simpati. Ya Allah... Hamba mohon!! Bantu hamba Ya Rob.... Jangan biarkan pria asing ini merebut hak suami hamba kelak.... Hamba sungguh berharap mukjizatmu... ya Rob. Krak. Lelaki asing itu bukan hanya tak menghiraukan per-mohonanku. Dia mabuk dan lupa diri. Kini lelaki itu dengan beringas merobek gamisku tanpa melepas hijabku. Nafsu sudah menggelapkan matanya. "Tuan... Saya bukan w************n. Saya mohon... Tuan pasti salah sasaran... Saya... Umhh," ucapanku terhenti karena dengan mulutnya dia mengunci bibirku. Air mataku menetes tak terbendung. Allah.... "Tuan... Apa salah saya... Saya mohon..." hibaku lagi saat kulumannya terlepas karena bibirnya merambati leherku. Rasa jijik kian menderaku. Semakin aku memberontak, semakin dia menghimpitku kian erat. Teriakanku tak lagi ada makna. Lelaki itu terlalu mabuk untuk menyadari kesalahannya. Kesalahan yang akan menghancurkan masa depanku. "Saya mohon...." Mataku menatap horor saat aku merasa ada sesuatu yang mengganjal dan hendak menerobos ke intiku. "Tidaaakkkk!!!" Nafasku terengah. "Fira... Fira...." Kurasakan tubuhku bergoncang. Aku terus berteriak histeris. Keringat sudah mengucur membasahi seluruh tubuhku. Tenggorokanku sudah kering karena terus berteriak. Seseorang kembali mengguncang tubuhku. "Fira!" Sesuatu yang pedih menyengat pipiku, membuat kesadaranku terserak tak bersisa. Mataku nyalang melihat ke sekeliling. Almira menatapku penuh kecemasan. "Maaf, aku menamparmu. Bad dream?" tanyanya dengan wajah penuh kekhawatiran. Almira. Sahabat yang sudah menemaniku melewati masa kelamku. Tenggorokanku kering tak mampu menjawab pertanyaannya. Bahkan untuk sekedar mengangguk. Mimpi itu datang lagi, setelah sekian lama menghilang. Bahkan rasanya seakan baru saja terjadi. "Ini," bisiknya sambil mengangsurkan segelas air putih yang memang selalu ada di nakas samping tempat tidurku. "Bismillah," gumamku sebelum meminum air pemberian Almira. Rasa kering di tenggorokanku berangsur menghilang. "Istighfar," bisiknya. "Astaghfirullahal'adzim," gumamku sambil meresapi maknanya. Ya Allah Ampunilah hamba-Mu ini... "La ilaha illallah wahdahu la syarika laka, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa 'ala kulli syai-in qodri, alhamdulillah wa subhanallah wa la illaha illallah wallahu akbar. Wa la hawla wa la quwwata illah billah, astaghfirulah," gumamku lirih. Kurasakan punggungku ditepuk ringan, membuatku sedikit tenang. Kupejamkan mata kembali karena tubuhku belum juga berhenti bergetar, meski aku sudah mulai merasakan sedikit ketenangan. "Mimpi itu datang lagi," gumamku masih ling lung. Almira merengkuhku dalam pelukan hangatnya, selalu begitu kala mimpi buruk kembali menghantuiku. Kenapa mimpi itu datang lagi? Brak. "Bunda..." sapa bocah berusia lima tahun menatapku penuh kecemasan. "Hei... Come here," bisikku. Anak kecil itu Athar, putra semata wayangku. Duniaku kini. Dengan berlari anakku menuju ke arahku. "Bunda kenapa?" tanya Athar sambil membelai kedua pipiku dengan kedua telapak tangan mungilnya. Aku hanya bisa menggeleng dan berusaha menampilkan senyum terbaikku. Dia duduk di pangkuanku. "Nightmare?" tanyanya dengan mata bulat polosnya. Tak ada yang bisa kusembunyikan darinya. Hanya anggukan yang sanggup aku berikan pada putraku. Dia memelukku dengan sayang. "I'm here," ucapnya menghiburku. Semua hal negatif segera menghilang dari pikiranku. Hanya Athar penyemangat dan penghiburku. Almira ikut berkaca-kaca melihat betapa manisnya putraku. Ya Allah, terima kasih... Dibalik cobaan-Mu, terkandung begitu banyak karunia-Mu. Hamba ikhlaskan semua Ya Rob... Hamba pasrahkan semua hanya pada-Mu.   **   "Kenapa mimpi itu datang lagi?" tanyaku pada Almira saat Athar sudah tertidur di sampingku. Anakku itu tak mau tidur di tempat tidurnya sendiri, dia mencemaskan Bundanya. Sungguh Allah Maha Pemurah. Mengirimkanku malaikatNya di sisiku dalam wujud putraku. "Mungkin karena kita akan kembali," jawab Almira membelai lenganku seakan tahu sumber kecemasanku. "Mungkin," sahutku membenarkan. "Apa sebaiknya kamu nggak usah ikut pulang?" tanya Almira penuh kecemasan, terlihat jelas dari ekspresi wajahnya. Dia bukan keluargaku, namun di sini hanya dialah yang kupunya. Tentu saja selain Allah Azza wajallah, dan juga Athar. Putraku. "Aku tidak mungkin terus lari, apalagi Bunda dan Ayah sudah mulai curiga karena aku selalu menolak pulang. Aku tidak mungkin beralasan ingin meneruskan spesialisku di sini. Kata Ayah aku bisa mengambil spesialis di Indonesia saja. Bahkan kau tau, aku sudah mengantongi beasiswa di UI." Hanya itulah alasanku menguatkan hati kembali pulang ke tanah air. Enam tahun sudah aku melarikan diri ke Boston, alih-alih pergi ke Kairo seperti rencana awalku. Ya, kejadian enam tahun yang lalu mampu menjungkirbalikkan duniaku. Untung aku punya Almira yang memberiku solusi di tengah kekalutanku. Aku terlalu takut untuk menceritakan pada keluargaku. Cita-citaku menjadi hafidzah harus kukubur dalam-dalam. Aku tidak mau menodai kesucian penghafal alqur'an. Aku terlalu kotor untuk meneruskan mimpiku dan mimpi kedua orang tuaku. Aku terlalu hina. Untung kedua orang tuaku tidak mempermasalahkan berubahnya arah hidupku. Tapi keinginan-ku untuk tetap bisa menjadi penghafal alqur'an tak pernah surut. Dengan otodidak aku menghafal ayat demi ayat. Apalagi aku sedang hamil, katanya seorang yang hamil dan memperbanyak bacaan Al-Qur'an maka kebaikan untuk ibu dan anak. Aku mau yang terbaik untuk anakku, meski dia buah dari perbuatan b***t seseorang, namun kehadirannya adalah rahmad dari Allah. "Kau benar, aku juga sudah kangen berat sama keluargaku," lirih suara Almira, namun cukup membuatku terperangah. Bukan cuma aku yang menjadi korban, tapi sahabat baikku juga. Dia ikut hidup berjauhan dari keluarga tercintanya. Rasa penyesalan menderaku karena membuatnya ikut terseret permasalahanku. "Maaf, karenaku kamu juga jadi ikutan menderita. Makasih Al," kataku penuh ketulusan. "Hei, jangan berkata seperti itu, aku senang bisa membantumu, aku sudah anggap kamu itu saudara perempuan yang tak kumiliki," kata Almira tulus. "Oh... Al, kamu manis banget sih," godaku membuatnya beraksi seakan mau muntah. Kamipun tertawa, melupakan mimpi buruk yang sempat membuatku terguncang. Semoga kepulanganku ke Indonesia bukan hal yang buruk. Semoga.   ***   "Semua sudah siap?" tanyaku pada Almira yang masih berkutat dengan barang bawaannya. "Bentar, aku mau pastikan semua barangku terkirim dengan baik," ujarnya sambil menghitung berapa kotak yang akan dia kirim ke Indonesia. Berbeda sekali denganku yang hanya membawa barang pentingku dan Athar saja, seakan aku masih berharap kembali ke mari. Entahlah, kegelisahan kembali melandaku. Aku gamang. "Bagaimana kalo orang tuaku tak mau menerima Athar? Aku takut mereka kecewa padaku Al?" tanyaku penuh kekhawatiran. "Aku sudah mengecewakan mereka," kataku sendu. "Hei, kau masih bisa mengandalkanku," ujarnya me-nenangkanku, selalu begitu. Allah Maha pemurah. Di tengah cobaan yang Dia beri, Dia kirim juga juru selamat dalam hidupku. Allah tak benar-benar meninggalkan kita, sungguh—Allah tak akan meninggalkan Umat-Nya yang percaya pada-Nya. Allah maha Rahman dan Rahim. Begitulah aku melaluinya....  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.1K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K
bc

Broken

read
6.3K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.3K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

Wedding Organizer

read
46.7K
bc

Escape from Marriage - Kabur dari Derita Pernikahan Kontrak

read
256.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook