bc

Aku, Kamu dan Buku Nikah

book_age18+
5.4K
FOLLOW
47.8K
READ
dark
badboy
mafia
gangster
genius
secrets
crime
spiritual
wife
friends
like
intro-logo
Blurb

Yua, gadis muslimah disabilitas yang harus segera menikah untuk menghentikan Tantenya menguasai warisan keluarga. Tetapi tunangannya tidak mau menikahi dengan berbagai alasan. Karena terdesak akhirnya Yua menerima tawaran dari Jexeon, mantan mafia untuk menjadi suaminya. Mereka terikat buku nikah dengan tujuan masing-masing, namun Yua bersedia membuka hati untuk Jexeon dan berbakti layaknya istri. Hanya saja sikap Jexeon sangat dingin hingga Yua merasa beku.

chap-preview
Free preview
Dulu Sempurna Sekarang Menderita
"Menikahlah denganku," ucap pria yang ada di hadapanku. Dia, pria yang baru aku kenal kemarin. Menghalangi hujan dengan punggungnya, membuat jaket hitam itu basah kuyup. Kepalanya menunduk, menatap mataku yang mendongak. Menyisakan jarak beberapa centi. Kaki kananku mundur, diikuti tongkat kruk yang menopang kaki kiri. Punggungku jatuh ke tembok, tanpa berkedip sama sekali. Masih mencari keseriusan dari ucapannya. "Yua, jadilah istriku." Hujan masih deras membasahi punggungnya, atap di atas kami tidak lebar, sulit berteduh di sini dengan keadaan yang tidak terduga. Tatapan matanya menunggu jawaban. Sementara bibirku terasa kelu untuk menjawab lamaran yang begitu tiba-tiba. ........... Aku adalah anak kedua dari keluarga konglomerat yang ada di Indonesia, pemilik perusahaan Candra Grup. Mengelola sebagian besar batu bara dan pertambangan. Aku punya kakak laki-laki yang sangat menyayangi dan menjagaku, orang tua yang sangat memanjakan, dan adik laki-laki yang manis. Juga memiliki tunangan yang mencintaiku dengan tulus. Sempurna bukan? Banyak orang yang iri dengan kehidupanku. Semua keinginan terwujud dengan mudah. Aku seperti tuan putri dalam dunia dongeng. Cantik, baik dan disayangi banyak orang. Teman-teman menjulukiku sebagai malaikat tak bersayap. Selalu mengenakan hijab berwarna putih nan elegan. Dunia seakan berputar hanya untukku. Namun, itu dulu, dua tahun lalu. Sebelum kecelakaan yang menewaskan kedua orang tua serta kakak, juga mengambil kaki kiriku untuk digantikan tongkat kruk. Tidak hanya cita-cita yang harus berakhir mengenaskan setelah menjadi yatim piatu. Harta warisan kami menjadi pertikaian antar keluarga, saudara Ayah dan Bunda memperebutkan posisi sebagai waliku dan Arjun. Mereka ingin menguasai harta kami. Semua berdampak ke perusahaan, Candra Grup mengalami krisis luar biasa dan hampir bangkrut. Hingga pamanku mengambil alih, orang yang aku pilih menjadi wali kami. Menggantikan posisi orang tua untuk menjaga dan melindungi. Sekarang usiaku 21 tahun, masih mengurus skripsi. Berharap setelah wisuda bisa membantu paman. Adikku tahun ini berusia 17 tahun, aku juga harus menjaga dia. Sementara orang yang katanya akan menikahiku, Roan Nathanael, pria yang aku sayangi selama ini. Sejak kecelakaan, dia menghindar, enggan berbicara padaku. Dia adalah teman almarhum Kakak, aku mengenalnya dari Kakak. Roan adalah anak pemilik perusahaan Nathanael yang bergerak di bidang teknologi. "Paman akan menjaga kalian seuumur hidup," ucap Paman. Mengelus pucuk kepalaku dengan lembut. "Paman kan bentar lagi nikah. Kalau Arjun sudah punya KTP, kami bisa saling menjaga dan Paman fokus ke keluarga," ucapku. Kami di ruang makan, Arjun tampak menikmati hidangan yang tersaji. Dia sudah jauh lebih baik dari dua tahun lalu, di mana harus selalu minum obat penenang. Arjun menganggap bahwa kecelakaan yang menewaskan keluarga kami adalah salahnya, tepat saat akan menghadiri acara kelulusan SMP. Butuh waktu cukup lama sampai Arjun bisa kembali normal, sebab aku, satu-satunya anggota keluarganya masih hidup. Berulang kali aku mengatakan bahwa dia harus tumbuh kuat supaya bisa menjaga kakaknya yang pincang ini. "Kalian kan keluarga Paman," ucap Paman. Paman sudah berusia 33 tahun, sebentar lagi menikah dengan wanita pujaannya dengan jarak usia yang cukup jauh. Selama ini dia menunggu wanita itu meraih cita-cita. Sebulan lagi, akhirnya penantian paman akan sampai finis. "Paman udah jagain kami, sekarang waktunya Paman mikirin kebahagiaan Paman sendiri." Aku mengambil air minum, menutup makan malam dengan membalik sendok. "Paman bakal jagain kalian terus, nemenin Arjun sampai pimpin perusahaan, lalu jadi wali nikah Yua. Walaupun nanti Paman udah nikah, kalian tetap jadi prioritas Paman karena cinta Paman ke kalian seluas samudera." Dibanding keluarga bibi, adik tirinya Bunda. Paman adalah orang yang baik. Sejak dulu selalu sayang dengan kami, kata Ayah, Paman adalah orang yang tulus. Dan memang benar, kami memilih Paman menjadi wali karena beliau orang yang bisa dipercaya. Arjun membalik sendok, pertanda bahwa dia sudah selesai makan. "Geli, jangan ngomong kayak gitu," ungkap Arjun sembari menunjukkan ekspresi geli, membuat kami tertawa. Arjun jarang bicara, tetapi sekali bicara bisa membuat suasana cair. Perlahan kami bangkit dari rasa terpuruk dan bisa tertawa lagi seperti sekarang. Ayah, Bunda dan Kakak. Melupakan mereka adalah hal yang tidak mungkin, setiap malam aku masih memimpikan darah mereka yang memenuhi mobil. Teriakan Arjun dari jalan terdengar jelas. Senyuman terakhir kakak ketika memelukku supaya aku selamat, sangat jelas di ingatan. Insiden itu bagai luka yang menghancurkan segalanya, membuatku sulit melangkah untuk bahagia apalagi tertawa. Janji Kakak untuk mendampingi ketika aku menikah, semuanya tinggal kenangan. Kata Ayah, aku adalah putri kebanggaan keluarga. Aku mau berhijab padahal putri konglomerat lain tidak, selalu tersenyum dan rendah hati. Bunda bilang, hidup adalah anugerah. Bisa bernapas dengan normal harus disyukuri, bisa melihat, mendengar, semuanya harus disyukuri. Tidak boleh mengeluh kepada Allah, karena Allah tahu yang terbaik. Aku pun bersyukur karena hanya kakiku yang pincang, itu pun hanya sebelah kiri setelah sebelah kanan berhasil diobati. Semua organku yang lain masih normal. Aku bersyukur karena masih hidup supaya bisa menjaga Arjun. "Kok sekarang Roan tidak pernah datang?" tanya Paman. Dia sudah selesai makan. "Dia sibuk Paman, sekarang kan Roan sudah jadi Direktur," jawabku. Hanya menebak. Roan benar-benar berubah sejak kecelakaan, tidak lagi memperhatikan diriku. Seperti menghindar. Sempat aku bertanya apakah dia malu memiliki calon istri pincang? Katanya tidak, dia hanya sibuk karena baru diangkat menjadi direktur. Meskipun begitu aku selalu mendengar kabar bahwa dia dekat dengan wanita lain. Katanya mereka sering menghabiskan waktu bersama. Sekali lagi Roan mengelak. "Kalau kamu ingin memutuskan pertunangan kita, aku ikhlas." Itu adalah ucapanku setahun lalu, wajahnya tetap dingin menatapku. Lalu mengembuskan napas berat. "Aku harus gimana supaya kamu percaya?" "Nikahi aku," jawabku pasti. Pertunangan kami sudah lama dilaksanakan, sejak orang tuaku masih hidup. Roan dan keluarganya yang mendesak supaya kami bertunangan karena takut aku diambil orang. Jika aku memiliki suami maka tidak lagi membutuhkan Paman menjadi wali, paman bisa bebas dan tidak terikat. Kami bisa dijaga oleh Roan dan punya keluarga kembali. Juga perusahaan bisa diurus Roan, meskipun hampir bangkrut tapi aku percaya kalau di tangan Roan perusahaan keluargaku bisa bangkit lagi. "Aku belum bisa menikahimu, tunggu sebentar lagi." Kalimat Roan membuatku terus menunggu. Berharap bahwa hari itu segera datang. Malam itu Paman bercerita banyak hal di meja makan, dari perusahaan sampai calon istri. Kami menghabiskan waktu bersama hingga jam sepuluh malam. "Paman sangat menyayangi kalian berdua," ucap Paman. Aku tahu paman menyayangi kami, tetapi malam itu dia tampak berbeda. Seperti punya firasat akan berpisah. Kematian sudah ditakdirkan oleh Allah, aku tahu benar hal itu. Rasa kehilangan dua tahun lalu masih menjadi luka bagi kami. Sekarang, paman menambah luka itu. Keesokan harinya paman ditemukan meninggal, tak jauh dari gedung perusahaan, dianiaya orang tak dikenal. Tubuhnya sudah terbujur kaku ketika aku sampai di lokasi. Ada garis polisi yang menghalangi. Aku hanya bisa melihat paman yang tergeletak dengan tubuh membiru di tanah dari kejauhan, janji paman tadi malam adalah dusta. Katanya akan menjadi waliku saat menikah nanti, katanya akan melihat Arjun memimpin perusahaan, katanya akan menjaga kami terus. Kenapa sekarang pergi? Kenapa meninggalkan kami? Aku benci dengan pembohong, semua orang berbohong padaku. Mereka pergi tanpa membawaku, mengingkari janji dan berdusta. Aku jatuh ke tanah, bunyi tongkat kruk menghantam batu. Air mataku mengalir deras, tidak peduli lututku yang nyeri. Rasa sesak di d**a melebihi segalanya. Tidak peduli juga terhadap orang-orang yang berkerumun di sekitar. Tiba-tiba punggungku disentuh seseorang, wanita paruh baya menunduk. Tante Fera. "Yua, kamu tidak perlu khawatir. Tante akan menjaga kamu dan Arjun." Beliau adalah orang jahat, aku tahu betul hal itu. Dari cerita orang sekitar, dulu tunangan Bunda direbut olehnya, apapun milik Bunda pasti berusaha direbut. Pernah menggoda Ayah juga padahal dia sendiri sudah punya anak dan suami. Tante selalu iri dengki terhadap keluarga kami. Saat aku kecil, dia sering memukul. Pasti dia sangat bahagia karena sekarang tidak ada lagi yang menghalanginya menguasai harta kami dan memiliki semua milik bunda. Aku, Yuaira Arshavin Candra. Berjanji akan melindungi Arjun dan perusahaan. Juga akan berusaha menghentikan Tante Fera menjadi wali kami.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.7K
bc

My Secret Little Wife

read
93.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook