bc

Take Me Away

book_age18+
321
FOLLOW
1K
READ
revenge
family
fated
dominant
drama
twisted
bxg
ambitious
coming of age
first love
like
intro-logo
Blurb

Lily Parker, gadis 21 tahun yang selalu merasa memiliki hidup yang monoton, tak punya banyak teman, selalu disebut anak pembawa sial oleh ibunya, dan tak pernah bertemu dengan ayah kandungnya tiba-tiba menghadapi tantangan baru dalam hidupnya. Bertemu dengan pengusaha tenar Ashton Reagan Williams menjadikan kisah hidupnya seperti roller coaster. Berawal dari kesepakatan untuk membantu pria tampan itu menghancurkan reputasi pesaing bisnisnya, Lily terbawa permainan Sang Milyarder pada kisah yang tak pernah ia bayangkan.

"Kau tidak bisa lari. Seperti benda langit yang masuk ke dalam black hole dan tidak bisa keluar, maka kupastikan, kau akan bernasib sama."

cover by Riandra_27

chap-preview
Free preview
Ashton Reagan Williams
Malam di Manhattan begitu berbeda dengan Manhattan di Kansas yang jauh lebih tenang. Di sini seakan semua orang bisa menemukan arti keramaian yang sesungguhnya. Tentu saja, Manhattan adalah satu dari lima kota bagian (borough) dari Kota New York yang menjadi pusat bisnis dunia dengan gedung-gedung pencakar langit yang menjadi simbol megahnya kota ini. Waktu kecil aku sering melihat tayangan hiruk pikuknya Manhattan di televisi. Dalam benakku terangkai banyak pertanyaan, kenapa Manhattan di Kansas berbeda dengan Manhattan di New York? Aku punya impian bisa bekerja di perusahaan besar di tempat ini. Sebelum akhirnya aku kubur paksa impianku sejak ibuku berkata bahwa aku tak akan bisa mengenyam pendidikan di bangku kuliah karena ibuku tak punya uang. Ya, ibuku bekerja di restoran kecil sebagai tukang masak dan gajinya tidak begitu besar. Ibu bilang tak ada gunanya kuliah. Jika ingin kaya, carilah pria kaya yang bahkan ketika menginginkan pesawat jet pribadi sekalipun, hanya tinggal menjentikkan jari. Aku sadar, kami dua karakter yang bertolak belakang. Prinsip kami berbeda. Ibu melahirkanku di usianya yang ke-19. Dia hamil tanpa menikah dan ibu selalu berkata bahwa ayahku adalah seorang pengusaha terkenal di Manhattan. Aku tidak pernah bertemu dengannya. Namun, ibuku sering meneleponnya, mengancamnya jika ibuku akan berbicara di depan umum dan mengatakan pada siapa saja yang ia temui bahwa David Taylor memiliki anak dari wanita lain selain istrinya. Mulut ibuku akan bungkam ketika sejumlah uang mendarat sempurna di rekeningnya. Matanya berbinar, wajahnya berseri-seri, dan ia akan mengusap rambutku berulang kali lalu berkata aku adalah aset terbaik dalam hidupnya. Jika di banyak drama, seorang ibu bisa begitu dekat dengan putrinya, maka itu tidak terjadi pada kehidupanku. Ibu jarang memelukku dan bahkan aku terbiasa menyiapkan makananku sendiri sedari kecil. Jika ibu sedang marah maka ia akan menyebutku sebagai pembawa sial atau ia akan mengatakan jika ia menyesal melahirkanku. Kata-kata menyakitkan darinya sudah biasa aku dengar. Semua membentukku menjadi pribadi yang skeptis akan cinta karena aku tak percaya pernikahan yang bahagia itu benar-benar ada. Seorang seperti David Taylor yang memiliki banyak bisnis dan merajai New York pun punya skandal gelap di belakangnya. Orang hanya tak tahu, di balik image-nya sebagai suami dan ayah yang baik untuk anak-anaknya dari pernikahannya dengan mantan model terkenal Megan Smith, ia pernah terjatuh pada one night stand bersama wanita dan berakhir dengan kehamilan dan lahirlah aku. Aku, bayi yang tidak diharapkan. Hingga kini Ibu sering menyalahkan masa lalu, menyebutku sebagai anak yang tak seharusnya ada. Dan di sinilah aku sekarang. Menaiki mobil mewah sekelas Bentley Mulsanne bisa dipastikan itu hanya dalam mimpi, tapi sekarang semua ini benar-benar nyata. Aku yakin mobil ini hanya satu dari sekian banyak koleksi mobil mewah yang dimiliki Ashton Reagan Williams, pebisnis 30 tahun yang sukses dengan usaha real estate, fashion, kuliner, hotel, pusat perbelanjaan, dan masih banyak bisnis lainnya. Aku pernah membaca bahwa ia menjadi satu-satunya kandidat yang akan menggeser posisi David Taylor sebagai pengusaha terkaya. Apa peduliku? Entah apa yang merasuki pikiranku. Aku menurut saja saat Ibu memintaku menerima tawaran asisten Ashton untuk bekerja di rumah pebisnis kaya itu, sebagai tukang masak. Pendidikanku hanya sampai SMA, tetapi aku memiliki keterampilan memasak. Kemenanganku pada kontes memasak yang diadakan salah satu restoran besar di Kansas City terdengar hingga ke telinga Ashton. Dan hari ini, pengalaman baru akan dimulai. ****** Pandanganku beredar ke segala sudut. Tak henti kekaguman ini membuatku hatiku berdecak. Ya, aku tak berani bersuara. Hanya netra yang berkelana, mencermati barang-barang mewah yang terpajang di setiap sudut. Beberapa guci antik bergambar bunga dan naga memanjakan mataku. Aku tak banyak tahu tentang barang-barang mewah, tapi aku bisa menebak, mungkin harga satu guci ini sanggup membayar rumah sewa kami selama setahun. Dua laki-laki berjas membuka pintu ruangan dan mempersilakan aku masuk dengan tangan yang mereka bentangkan. Dengan ragu, aku melangkah. Mataku tak berhenti menelisik awas setiap sudut. Hingga akhirnya aku sadari ruangan ini adalah sebuah kamar dengan ranjang yang luasnya mungkin bisa ditempati tiga atau empat orang. Kamar yang sangat bagus, dihiasi tirai sutra dan lukisan bunga yang begitu artistik. Aku terkejut saat melihat seorang laki-laki duduk dan menatapku dingin. Lebih terperanjat lagi ketika dua pria berjas hitam itu keluar kamar dan menutup pintu rapat. Dadaku bergemuruh. Debaran seketika menguasai. Gadis 21 tahun sepertiku belum pernah berpengalaman dekat laki-laki dan aku memang belum tertarik untuk menjalin hubungan dengan pria. Masa lalu ibuku selalu menghambat langkahku. Mungkin jika pikiranku tentang pria yang sering kali menjadikan perempuan sebagai objek sudah mati, aku akan mempertimbangkan untuk mengenal mereka. Aku tak tahu kenapa aku dibawa ke kamar dan saat ini pria yang aku yakin adalah Ashton Reagan Williams menatapku penuh selidik. Wajahnya wara-wiri muncul di situs ekonomi dan bisnis. Harus kuakui, melihatnya secara langsung menerbitkan kesan yang berbeda. Ia jauh lebih tampan dengan garis rahang yang tegas, cambang tipis menghiasi rahang dengan sorot mata setajam elang. Tatapan yang begitu menghanyutkan. Mungkin itu juga yang membuat dirinya dijuluki pengusaha lajang yang paling digilai perempuan. Aku kembalikan kesadaranku, mencoba menetralkan rasa gugup dan takut yang bercampur-campur. Dia tidak akan melecehkanku bukan? Kenapa aku tidak dibawa ke dapur? Atau mengenalkan pada asisten rumah yang lain dan mulai menjelaskan pekerjaan apa saja yang harus aku lakukan. "Lily Parker, 21 tahun, sebelumnya bekerja di toko bunga, belum menikah, dan anak dari David Taylor, anak dari hubungan gelap." Satu seringai menambah aura arogansi pria kaya itu. Wajah tenangnya tak mengulas satu senyum pun. Pendar mata itu masih menghunjam dan seolah merasuk ke dalam, selami telaga di mata beningku. Dan yang membuatku bertanya, dari mana dia tahu aku adalah anak dari David Taylor? Anak yang terlahir dari hubungan gelap? Ketika fakta getir mengingatkanku sebagai anak dari hubungan gelap, ini benar-benar mencabik-cabik perasaanku. Ashton beranjak dengan satu senyum miring. Ia berjalan mendekat dan aku masih membisu, bertanya kembali pada keputusanku. Apakah menerima tawaran pekerjaan sebagai tukang masak di istana ini sudah tepat? Kenapa sekarang aku merasa akan ada sesuatu yang berbeda. Terlebih dia menyinggung statusku sebagai anak dari hubungan gelap. Setiap satu derap langkahnya mendekat, setiap kali itu juga degup jantungku berpacu lebih cepat. Sungguh ada rasa takut yang menjalar dibarengi kekaguman yang tercetus begitu saja kala kutelisik postur tubuhnya yang tinggi tegap dan wajah yang begitu tampan. "Kau tidak perlu mengerjakan tugasmu sebagai tukang masak. Kau sebenarnya seorang princess, anak pengusaha kaya raya yang hidup menderita di kota kecil. Jadi di sini aku berikan kamar mewah yang memang layak untukmu." Aku mendongakkan wajahku untuk bisa melihatnya. Tinggiku hanya sebatas dadanya. Aku masih belum mengerti akan maksud perkataannya. "Dari mana kau tahu tentang asal-usulku? Jangan katakan kalau ibuku yang mengatakannya." Kukernyitkan alisku. Sebenarnya aku begitu gugup. Aku merasa posisiku dalam bahaya. Aku hanya gadis rumahan yang menghabiskan hariku untuk bekerja dan mengisi liburku dengan menonton televisi dan makan sandwich. Temanku tak banyak, ya "tak banyak", atau tepatnya aku harus bilang bahwa temanku hanya satu saja. Ashton tersenyum, senyum sinis. Dia ternyata memiliki maksud lain. Ia masih intens menatapku dari ujung kepala hingga kaki. "Kau tidak perlu tahu aku tahu dari mana. Mudah bagiku untuk mengumpulkan informasi tentang David Taylor, serahasia apa pun informasi yang disembunyikan dari awak media." Aku mencium ada niat tak baik darinya. Tidak, aku tidak bisa berada di sini. "Antarkan aku kembali ke Kansas!" kutatap dia tajam. Tak kusangka niatku yang ingin mencoba sesuatu yang baru menjadi pelik begini. Dia seperti terperanjat mendengar kata-kataku. Aku mundur dan berbalik. Dengan sigap dia menarik tanganku dan menghempaskanku ke ranjang. Ashton mengunci tubuhku dengan tubuhnya yang menindihku dengan menyisakan satu celah. Dia masih punya hati untuk memberiku ruang agar bisa bernapas. Ashton menahan kedua pergelangan tanganku dengan kedua tangannya. Aku ketakutan. Aku berontak, tapi tenaga Ashton terlalu besar. Aku hanya bisa terengah-engah sementara dia memintaku diam. "Diam! Semakin kau melawan aku tidak bisa menjamin keselamatanmu!" Wajahku mungkin sudah pasi. Mataku sudah berembun, tapi aku tak mau menjatuhkan satu bulir pun di depannya. "Kau ingin membunuhku? Lakukan saja! Tidak akan ada yang menangisiku termasuk David Taylor. Aku bahkan belum pernah bertemu dengannya. Jika kau berpikir aku bisa dijadikan senjata untuk menyerang David Taylor, kau salah besar! Dia tak pernah peduli dan tak pernah menganggapku." Ashton masih menatapku dengan ekspresi wajah yang tak terbaca. Aku rasa aku harus melunak, bukan untuk menyelamatkan nyawaku, tapi harga diriku. Aku tidak mau dia menyentuhku. "Membunuh orang kecil sepertiku tidak akan pernah memberikan keuntungan. Aku akan berterima kasih jika kau membunuhku. Dulu aku pernah mencoba bunuh diri dan gagal." Aku bukan sedang mencari simpatinya. Berada dalam tekanan justru membuatku lepas meluapkan segala curahan hati yang selalu aku pendam. Aku tak punya teman bicara. Aku pernah mencoba menyayat nadiku hingga akhirnya Ibu menyelamatkanku. Aku pikir Ibu akan berhenti menyebutku anak pembawa sial. Nyatanya aku salah. Hingga detik ini aku tumbuh dengan penilaian buruk pada diri sendiri, bahwa aku memang tidak diinginkan. Cengkeraman Ashton mengendur. Ia masih menatapku penuh selidik. Sepertinya ia mencoba membaca raut wajahku dan mencari tahu apa ada jejak-jejak kebohongan di sana. Agak lama kami saling menatap. Hingga akhirnya ia membuka suara. "Aku punya rencana yang besar dan aku butuh bantuanmu. Jadi, tinggallah di sini. Akan ada penjagaan ketat untukmu. Aku juga akan menyita ponselmu. Kau tidak akan bisa lari!" Ashton bangun dari posisinya. Aku masih mematung dengan rasa takut dan cemas yang masih mendominasi. Aku berusaha untuk tenang. Pria itu menghilang dari balik pintu. Sesaat aku menertawakan kebodohanku. Kenapa aku harus terjebak di sini? Aku tidak takut mati. Aku hanya takut dia akan melecehkanku. Entah rencana besar apa yang membelenggu pikirannya hingga melibatkanku dalam masalahnya. ******

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook