bc

The Heirs

book_age18+
94
FOLLOW
1K
READ
possessive
goodgirl
drama
bxg
genius
city
first love
assistant
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

Freya Lewis (26th), satu-satunya ahli waris keluarga Lewis yang tersisa. Freya disembunyikan oleh tangan kanan orang tuanya yang sudah meninggal dan hidup dengan sederhana. Meskipun begitu semua aset keluarga dan juga perusahaan tetap berjalan dengan sangat pesat hingga membuat keluarga Lewis masuk deretan orang terkaya nomor lima di seluruh dunia.

Kehidupan Freya mulai tidak tenang saat keberadaannya diketahui oleh salah satu keluarga musuh, hampir setiap hari dirinya selalu mendapatkan ancaman hingga akhirnya tangan kanan keluarganya menghubungi seorang agen yang menyediakan pengawalan ketat. Namun, semua itu tidak cukup untuk melindungi dirinya. Hingga pada akhirnya seseorang laki-laki dewasa menjemputnya dan membawanya pergi meninggalkan tanah kelahirannya. Ilham, adalah laki-laki pertama yang berhasil membuat Freya merasa aman saat ada disekitarnya.

Lalu bagaimana kehidupan Freya selanjutnya? Dan siapa laki-laki bernama Ilham itu?

Baca kelanjutannya di Innovel/Dreame. Jangan lupa tap love dan follow.

chap-preview
Free preview
Pertemuan Pertama
"Karena keadaan yang tidak memungkinkan, nona harus segera meninggalkan negara ini dengan cepat." Suara Caterine yang terdengar membuat Freya yang sedang sibuk dengan dokumen yang ada di mejanya hanya bisa diam. Sudah hampir satu bulan dirinya tidak sekalipun keluar kamar karena ancaman yang diberikan oleh musuh keluarganya itu. Bahkan semua dinding kamarnya pun dilindungi dengan sangat ketat hingga cahaya matahari pun tidak sedikitpun menerobos masuk ke dalam kamarnya. Freya menutup dokumen yang ia baca dan berdiri untuk menghampiri Caterine yang tengah membereskan barang-barang miliknya itu. Freya terdiam sebentar dan berkata, "Caterine, serahkan saja aku pada mereka. Apa kamu bahkan tidak ingin mengurus keluargamu sendiri?" Caterine yang mendengarnya tentu saja ingin marah, sudah hampir sepuluh tahun nona mudanya itu sembunyi di dalam keluarganya, dan sekarang ingin menyerah? Apa itu masuk akal? "Nona jangan pikirkan tentang aku ataupun Deve, kita akan baik-baik saja. Hari ini nona akan pergi ke Indonesia bersama seseorang yang sudah di atur oleh agen yang disewa oleh suamiku. Nona harus selamat dan kembali ke sini setelah semuanya membaik nantinya." Jawab Caterine yang langsung saja menghampiri Freya dan memberikan tas kecil miliknya itu. Caterine menatap ke arah nonanya dengan tatapan sendu, tangannya terulur ingin menyentuh wajah Freya, namun gerakan tubuh Freya yang menghindar membuat Caterine terdiam dan tersenyum tipis. "Di dalam tas ini ada card milik Deve dan juga milikku, selama kamu melarikan diri kamu tidak boleh memakai apapun yang berhubungan dengan Lewis. Kartu identitas baru dan juga pasport baru sudah disiapkan di dalam sini. Jadi tolong hidup dengan nyaman di sana." Kata Caterine menjelaskan. Setelah itu Caterine membawa Freya keluar kamar dan berjalan ke arah pintu belakang untuk membawanya pergi. Bahkan Caterine tidak sedikitpun memberikan Freya kesempatan untuk bicara. "Caterine, ingat ini baik-baik. Aku tetap membencimu dan juga Deve karena telah mengirimku ke negara asing, sekalipun aku tahu kalau kalian melakukan ini untuk kebaikanku." Kata Freya yang tentu saja langsung membuat Caterine terdiam saat mendengarnya. Setelah itu Freya masuk ke dalam mobil dan meninggalkan rumah tangan kanan orang tuanya dengan hati yang tidak karuan. Sudah hampir sepuluh tahun Freya tinggal di rumah itu bersama Caterine dan Deve. Kedua orang itu selalu memperlakukan dirinya sebagai nona besar meskipun sudah menjadi wali sahnya. Tidak sekalipun dari mereka yang memanggilnya dengan nama atau panggilan yang lainnya. Hanya kata nona yang selalu keluar saat mereka bertemu dengan dirinya. Selama perjalanan ke arah bandara Freya terus terdiam dan memikirkan tentang keluarga Deve. Meskipun dirinya membenci keluarga itu, tetap saja dirinya tidak bisa melupakan kesetiaan yang diberikan oleh keduanya. Mereka diam-diam mengajari banyak hal padanya, meskipun prosesnya sangat tidak nyaman tetap saja dirinya berterima kasih karena pada akhirnya dirinya sudah memahami semua hal tentang bisnis keluarganya. Suara tembakan yang terdengar membuat Freya menjerit karena terkejut. Supir tiba-tiba saja menghentikan laju mobilnya dan membuat Freya menoleh ke arah pintu sampingnya yang terbuka. "Nona, saya Devon. Ini adalah serangan pengalihan. Jadi untuk keamanan, nona harus ikut kami." Kata laki-laki setengah tua itu. Freya terdiam sebentar dan menatap ke arah Devon yang sedang menunggunya itu. Pintu samping lainnya yang tiba-tiba terbuka membuat Freya menoleh. Menatap ke arah Daisy, putri tertua Deve dan Caterine yang masuk ke dalam mobil yang ia tumpangi itu. "Jangan lupa pakai rambut palsunya, kamu pergi dengan identitasku." Kata Daisy seraya memberikan rambut palsu pada Freya. Freya tertawa sebentar dan menatap ke arah Devon dengan tajam. "Deve dan Caterine benar-benar gila karena menggunakan nyawa anak mereka untuk melindungi diriku." Cibir Freya yang langsung saja membuat Daisy yang tengah sibuk memakai rambut palsu tentu saja menoleh. "Nona yang tidak tahu terima kasih." Balas Daisy yang langsung saja membuat Freya turun dari mobil dan menutup pintunya dengan keras. "Pastikan satu hal, jangan biarkan keluarga Deve meninggal satu orang pun. Jika tidak, aku akan membuat perhitungan saat kembali nanti." Kata Freya pada Devon yang tengah berdiri itu. "Saya tahu, nona Freya bisa berjalan ke arah gudang itu, tunggu dan bersembunyi, karena keponakan saya akan datang dan menjemput anda." Balas Devon yang tentu saja diikuti oleh Freya. Freya masuk ke dalam gudang yang sudah ditinggalkan itu. Suara langkah kakinya bahkan terdengar saat dirinya melangkah dengan ceroboh. Freya bersembunyi dengan cepat saat mendengar langkah kaki banyak orang yang juga masuk ke dalam gudang itu. "Karena kebanyakan sudah mengikuti mobil nona Freya, kita juga harus menghabisi nona Daisy yang bersembunyi di gudang ini." Suara yang terdengar dari salah satunya membuat Freya menutup bibirnya dengan cepat. Sekali saja, Freya tidak pernah sedikitpun membayangkan akan bertukar posisi dengan Daisy. Hubungannya dengan Daisy tidak terlalu baik karena wanita itu juga terpaksa meninggalkan masa-masa bermainnya untuk belajar bela diri. Tentu saja Deve dan Caterine meminta Daisy untuk melindunginya. Freya tahu Daisy sangat membencinya karena orang tuanya yang selalu ada di pihaknya, dan Freya juga tahu jika Daisy mau melindunginya karena paksaan dari orang tuanya. Freya terkejut saat tiba-tiba melihat seorang laki-laki yang ada disekitarnya. Freya pikir laki-laki itu adalah salah satu komplotan mereka jadi Freya berniat kabur. Namun pergerakannya yang ceroboh membuat orang-orang yang mencarinya itu kembali menghampirinya. "Berikan dia pada kami, jika tidak kamu akan mati di sini." Suara yang terdengar dari salah satu orang yang ada di depannya membuat Freya sadar jika laki-laki yang berdiri di belakangnya bukan komplotan dari orang-orang itu. "Apa nama anda Daisy?" Tanya laki-laki itu yang langsung saja membuat Freya terdiam dan mengangguk dengan cepat. Freya terkejut saat tiba-tiba laki-laki itu menarik tubuhnya ke belakang dan membuat punggungnya terbentur dadda bidang laki-laki itu dengan cukup keras. Saat tangan lebar laki-laki itu yang bergerak menutupi matanya, suara tembakan yang bersahut-sahutan pun mulai terdengar. Freya menutup matanya erat dan terdiam gemetaran. Freya tidak tahu apa yang sedang terjadi. Setelah beberapa menit berlalu, suara tembakan itu pun berhenti, laki-laki itu menurunkan tangannya dan membuat Freya bisa melihat dengan jelas beberapa orang yang tergeletak dilantai kotor dengan darah yang mengalir di mana-mana. "Ini bukan waktunya untuk diam, ayo kita pergi sebelum yang lainnya datang." Ajak laki-laki itu seraya menarik tangan Freya untuk berlari meninggalkan tempat itu. Freya masuk ke dalam mobil dengan cepat saat laki-laki itu membukakan pintu untuknya. Tentu saja gemetaran yang ada di dalam tubuhnya belum juga berhenti, karena selama hidupnya ini pertama kalinya Freya melihat pembunuhan dalam jarak yang sangat dekat. "Bersyukurlah karena anak buah paman berhasil menukar senjata mereka dengan senjata kosong." Kata laki-laki itu yang langsung saja melajukan mobilnya dengan kecepatan gila. Selama perjalanan, Freya terus menatap ke arah laki-laki yang baru saja menolongnya. Laki-laki dewasa yang masih terlihat tampan, bahkan auranya yang manis membuat Freya tidak percaya jika laki-laki itu baru saja membunuh orang untuk melindunginya. Mobil berhenti. Freya masih sibuk menatap ke arah wajah laki-laki yang membuatnya tertarik itu. "Paman, Ilham sudah membawanya ke bandara." Kata laki-laki itu pada seseorang yang ada di sebrang ponselnya. Laki-laki bernama Ilham itu benar-benar terlihat sangat mempesona saat menoleh ke arahnya. "Berikan pasport dan kartu identitas." Pinta Ilham dengan nada suara yang jauh dari kata ramah. Freya tidak menjawab apapun dan memberikan tas yang dibawanya ke arah Ilham. Tentu saja Ilham langsung membuka tasnya dan mengambil semua yang ia butuhkan. "Sebenarnya nama asliku Freya, Daisy adalah nama orang lain yang menggantikanku." Kata Freya yang langsung saja membuat Ilham menoleh saat mendengarnya. "Itu tidak penting, aku juga tidak berniat ikut campur setelah ini." Jawab Ilham yang langsung saja membuat Freya terkejut saat mendengarnya. "Kamu baru saja menolongku ...." Balas Freya dengan suara pelan. "Kamu pikir aku ingin menolongmu? Entah kamu faham bahasa yang aku pakai atau tidak, aku datang ke sini untuk membantu pamanku dan tidak berniat untuk menolong kamu atau bahkan berkenalan denganmu." Jawab Ilham lagi yang langsung saja membuat Freya tertawa saat mendengarnya. "Pesawat akan berangkat setengah jam lagi, ayo turun dan ikuti aku." Kata Ilham lagi yang langsung saja membuat Freya mengikutinya tanpa bertanya lagi. Ilham Adijaya, laki-laki lajang yang usianya hampir memasuki kepala empat. Selama ini Ilham mengabdikan hidupnya untuk keluarganya, terlebih-lebih mama dan juga kakaknya. Beberapa tahun sudah berlalu semenjak kakaknya menikah lagi dan tinggal bersama suaminya. Namun, Ilham tetap tidak bisa melirik wanita lain atau bahkan berpikir untuk menikah dengan wanita manapun. Karena kehidupannya selalu berpusat pada orang-orang yang ada disekitarnya. Mamanya dan juga kakaknya sudah sering membujuknya untuk menikah, hingga pada akhirnya mereka lelah dan tidak mempertanyakan hal itu lagi padanya. Ilham sudah sangat bahagia dengan selalu ada bersama keluarganya dan juga Riska, putri angkatnya yang tidak lain tidak bukan anak dari kakak perempuannya. Freya duduk di dalam pesawat dengan tenang, sedari tadi matanya terus melirik ke arah Ilham yang duduk disampingnya dengan majalah yang menutupi wajahnya. "Bagaimana aku harus memanggilmu?" Tanya Freya membuka suaranya. "Jangan pernah panggil." Jawab Ilham yang langsung saja membuat Freya terdiam saat mendengarnya. "Bagaimana kalau aku panggil paman?" Tanya Freya tidak ingin menyerah. Laki-laki itu sudah melindunginya dan juga membuat hatinya berdebar tanpa henti saat memikirkannya, tapi bisa-bisanya dirinya diabaikan begitu saja. "Jadi paman, apa kamu sudah punya pacar?" Tanya Freya sangat penasaran. Ilham menggerakkan tangannya untuk mengambil majalah yang menutupi wajahnya. Matanya melirik ke arah Freya yang tengah menatapnya dengan berani itu. Freya tersenyum lebar ke arah Ilham dan berkata, "Jika paman belum mempunyai pacar, bagaimana jika berpacaran denganku? Aku cantik dan juga masih bersih." Ilham yang mendengarnya tentu saja hanya tertawa pelan, bisa-bisanya anak kecil sepertinya mengatakan hal seperti itu padanya. "Apa kamu bodoh?" Tanya Ilham yang langsung saja membuat Freya menghilangkan senyuman yang ada di bibirnya. Matanya menatap kesal ke arah Ilham yang tengah mengejek ke arahnya itu. "Bagaimana bisa kamu mengajak pacaran orang yang kamu panggil paman. Bahkan kita baru saja bertemu, benar-benar orang tidak tahu malu." Lanjut Ilham mencibir Freya dengan kejam. Ilham mengambil majalahnya dan menutupi wajahnya lagi dengan majalah itu. Tentu saja Ilham ingin tidur dengan tenang. Freya yang mendengarnya tentu saja kesal. Memangnya kenapa? Toh salah laki-laki itu sendiri yang membuatnya terpesona. Selama dirinya terkurung, Freya tidak pernah bertemu dengan laki-laki yang seumuran dengannya atau lebih muda darinya. Setiap hari yang Freya lihat adalah laki-laki dewasa yang berjaga sebagai pengawalnya dan juga Deve laki-laki cukup tua yang selalu ribut padanya itu. Anak kedua Deve yang bernama Taran tidak pernah muncul di depannya. Rumah Deve yang cukup besar itu hanya dihuni pengawal dan juga pelayan untuk dirinya. Anak-anak Deve sendiri tinggal ditempat berbeda dengan dirinya dan Deve. Freya membuka tasnya dan melihat ponsel baru yang ada di dalam tasnya. Bahkan di dalam ponsel miliknya itu tidak ada apa-apanya kecuali nomor Deve dan Caterine. Beberapa jam berlalu, Freya membuka matanya dan sudah berada di dalam mobil. Dengan gerakan perlahan Freya bangun dan menatap ke arah Ilham yang duduk di belakang kemudi dengan ponsel yang menempel di telinganya. "Ilham tidak menyediakan tempat untuk orang lain." Kata Ilham pada pamannya yang sedari tadi memintanya untuk membawa wanita itu tinggal di apartemennya agar lebih aman. "Paman, Ilham sudah membantu paman untuk membawanya ke sini jadi jangan menyusahkan Ilham untuk tempat tinggalnya juga. Lagipula Ilham juga tidak berniat membawa wanita itu ke rumah." Kata Ilham lagi yang terlihat sangat kesal pada pamannya itu. Freya hanya mendengarkan, tidak tahu apa yang dikatakan oleh seseorang yang ada di sebrang telpon, tapi yang pasti Freya tahu jika Ilham terus menolak untuk memberikan tempat tinggal untuknya. Ilham yang masih mendengarkan apa yang dikatakan oleh pamannya melirik ke arah kaca yang ada ditengah-tengah itu. Matanya bertemu dengan mata Freya yang juga melihat ke arahnya itu. Setelah pamannya selesai bicara, Ilham pun menutup panggilan telponnya dan menoleh ke belakang untuk melihat ke arah Freya yang masih terdiam itu. "Kamu bisa tinggal di hotel sendirian bukan?" Tanya Ilham yang langsung saja dijawabi gelengan oleh Freya. "Aku tidak pernah tinggal di luar sendirian, tapi jika tidak ada jalan keluar aku tidak masalah untuk mencobanya." Jawab Freya pada akhirnya. "Kamu bisa masak? Membersihkan baju?" Tanya Ilham yang lagi-lagi dijawabi gelengan oleh Freya. "Apa kamu bahkan seorang wanita? Benar-benar merepotkan." Cibir Ilham pada akhirnya. Ilham pun kembali fokus pada kemudinya dan melajukan mobilnya tanpa bicara apa-apa lagi. Di dalam hati Ilham benar-benar kesal karena harus membawa wanita yang bahkan tidak ia kenal ke dalam apartemennya. Apa yang akan dikatakan oleh mama dan juga kakaknya jika mereka tahu jika dirinya membawa seorang wanita ke dalam kawasannya? "Aku terbiasa menerima pelayanan dari orang lain jadi tidak sempat mempelajarinya sendiri. Aku akan belajar dengan cepat jika ada yang mau mengajari." Kata Freya dengan suara pelan. Suara ponsel yang berbunyi membuat Freya terdiam dan membiarkan Ilham mengangkat panggilan telponnya sambil mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata. "Halo sayang," Suara yang terdengar berbeda membuat Freya menatap ke arah Ilham dengan tidak percaya. Mata Freya fokus pada ponsel milik laki-laki itu yang diletakkan. Freya bisa melihat jelas seorang anak kecil yang terlihat di layar ponsel laki-laki itu. "Ayah, apa ayah sibuk? Riska sudah pulang dan mama belum datang menjemput." Suara anak kecil yang terdengar manja dan cantik itu membuat Freya mengetahui jika laki-laki yang berhasil membuatnya berdebar itu sudah memiliki keluarganya sendiri. Ilham yang mendengarnya tentu saja langsung melirik ke arah jam tangan yang melingkar di lengannya. "Ayah akan sampai dalam sepuluh menit, jadi kamu tunggu sebentar ya." Jawab Ilham dengan suara lembutnya. "Terima kasih ayah, Riska akan menunggu dengan tenang dan juga menghubungi mama untuk memberitahu jika ayah akan menjemput Riska." Balas Riska yang langsung saja membuat Ilham tersenyum lebar saat mendengarnya. Sambungan telepon video pun terputus, Ilham kembali fokus pada kemudinya dan tidak mengatakan apa-apa lagi. "Kita akan menjemput putriku dulu di sekolahnya." Kata Ilham membuka suaranya. "Hem," balas Freya dengan suara pelan. Freya hanya sedikit terkejut dan menyayangkan jika laki-laki yang ia sukai itu sudah memiliki keluarga. Bahkan Freya juga bisa melihat jika laki-laki itu sangat menyayangi keluarganya. Seperti yang dijanjikan, Ilham menghentikan mobilnya di depan sekolah Riska dan turun dengan cepat untuk mencari putri kesayangannya itu. Freya hanya diam di dalam mobil dan memperhatikan setiap gerakan laki-laki itu saat menghampiri putrinya. Bahkan jika dilihat-lihat, putrinya sudah besar tapi masih diperlakukan dengan sangat manja. Tiba-tiba saja Freya kesal saat melihat Ilham menggendong putrinya dan membawanya ke arah mobil. "Duduklah dengan tenang dan pakai sabuk pengamannya." Kata Ilham setelah menurunkan Riska di kursi penumpang depan. Riska menoleh ke belakang dan menatap ke arah Freya yang menatapnya tak suka itu. Riska sudah berusia lebih dari 8th, jadi dirinya cukup mengerti kenapa wanita itu memusuhinya. "Apa dia pacar ayah?" Tanya Riska saat melihat Ilham masuk ke dalam mobil. Ilham menatap ke arah Freya dan kembali menatap ke arah putrinya dengan tersenyum tipis. "Apakah mungkin bagi ayah menjadikan dia pacar?" Balas Ilham yang hanya dijawabi gelengan oleh Riska. "Apa dia putrimu? Kamu sudah menikah?" Tanya Freya tidak lagi sabar. Ilham memilih diam dan tidak menjawabnya. Tentu saja berbeda dengan Riska yang peduli dan menatap ke arah Freya yang duduk di kursi belakang itu. Bagaimanapun juga mamanya pernah mengatakan jika ayahnya itu tidak ingin menikah dan selalu menjadikan dirinya alasan untuk mengusir wanita yang dekat dengannya. Tapi melihat wanita itu, Riska sedikit tidak suka. Lagi pula ayahnya tidak menyukainya jadi tidak masalah bukan jika dirinya membantu ayahnya untuk membuat wanita itu menjauh? "Apakah kamu putrinya? Bagaimana rupa mamamu? Apa dia lebih cantik dari aku?" Tanya Freya pada Riska. Riska yang mendengarnya tentu saja hanya menoleh ke arah Ilham dan kembali menatap ke arah Freya dengan berani. Riska membuka ponselnya dan memperlihatkan foto mamanya pada Freya. "Kamu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan mamaku." Jawab Riska yang langsung saja membuat Freya kesal saat mendengarnya. Dibandingkan itu, Freya juga tidak memungkiri jika istri dari laki-laki yang ia sukai itu benar-benar sangat cantik. Bahkan wania yang ada di dalam foto itu masih terlihat awet muda meskipun sudah memiliki seorang anak yang sudah besar itu. "Kalau begitu aku tidak masalah jika jadi istri keduanya, dan ibu tiri untukmu." Kata Freya lagi. Ilham yang mendengarnya tentu saja tertawa pelan. Ini pertama kalinya Ilham bertemu wanita yang sangat gigih seperti Freya. Dibandingkan memikirkan tentang keluarganya yang ada ditempat lain, wanita itu malah sibuk ingin menjadi istri keduanya. Benar-benar wanita yang tidak masuk akal. "Itu bukan sesuatu yang bisa aku jawab, jika kamu bisa maka aku tidak keberatan." Jawab Riska yang langsung saja menarik ponselnya dan menatap ke arah depan. Biasanya wanita-wanita yang ada disekitar ayahnya akan menyerah, tapi wanita ini terlihat sangat tertarik pada ayahnya. "Ayah, apa aku boleh menceritakan dia pada mama?" Tanya Riska yang langsung saja dijawabi gelengan oleh Ilham. "Jangan ceritakan apapun pada mama." Jawab Ilham dengan tegas. "Baiklah, sebagai gantinya bawa aku ke mall untuk jajan." Kata Riska lagi yang tentu saja tidak ditolak oleh Ilham. Sudah bertahun-tahun Ilham melihat Riska tumbuh dengan mata kepalanya sendiri, Ilham juga suka memanjakan Riska jadi Ilham benar-benar tidak bisa menolak permintaan yang dikatakan oleh putrinya itu. Memangnya kenapa jika bukan anak kandung? Toh dirinya sudah sangat bahagia karena hal itu. Jadi Ilham tidak perlu pusing menghadapi wanita-wanita yang hanya sibuk mengurusi dirinya dan juga cemburu padanya itu. Daripada nanti dirinya menyakiti mereka seperti apa yang pernah diterima oleh kakaknya, lebih baik Ilham sendiri dan fokus pada mama dan juga putrinya ini. "Kita akan ke mall, sebaiknya kamu juga beli beberapa baju untuk kamu pakai." Kata Ilham memberitahu Freya. "Aku tahu." Balas Freya sedikit kesal. Riska menguap lebar dan memejamkan matanya perlahan. "Ayah, tolong bangunkan Riska jika sudah sampai." Pinta Riska yang tentu saja dijawabi anggukan oleh Ilham. Ilham menggerakkan tangannya untuk mengusap kepala Riska dengan pelan. "Tidurlah dulu, ayah akan mengemudikan mobilnya dengan pelan agar kamu bisa tidur dengan nyenyak." Kata Ilham yang tentu saja membuat Riska tersenyum lebar saat mendengarnya. Mobil pun melaju sedikit lambat, Freya benar-benar tidak menyangka jika laki-laki itu benar-benar melambatkan laju mobilnya hanya karena putrinya. "Ilham, ayo menikah! Aku akan berikan semua yang aku miliki untukmu, dan tentu saja kamu harus meninggalkan keluargamu." Ajak Freya yang tidak lagi memanggil Ilham dengan sebutan paman. "Kamu pikir kamu lebih berharga dari anak ini? Kamu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dia." Jawab Ilham yang tentu saja membuat Freya kesal saat mendengarnya. "Lebih baik kamu duduk diam dan pikirkan keluargamu di sana. Bisa saja mereka mati untuk menyelamatkanmu." Lanjut Ilham membicarakan tentang keluarga Freya yang ia tinggalkan. "Aku tidak peduli tentang mereka, mereka yang membuangku ke sini jadi untuk apa aku mengkhawatirkan mereka?" Balas Freya yang langsung saja membuat Ilham tidak percaya saat mendengarnya. "Seharusnya kamu mati saja." Cibir Ilham dengan suara dinginnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
93.5K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
101.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook