bc

Undesirable Baby (Tamat)

book_age18+
85.4K
FOLLOW
1.1M
READ
love after marriage
pregnant
goodgirl
sensitive
boss
maid
drama
tragedy
like
intro-logo
Blurb

Sedikitpun tidak pernah terbayang di benak seorang Kinanthi Khairani. Keputusannya pindah kerja demi menghemat biaya hidup di Jakarta malah membuatnya tertimpa kemalangan. Hamil diluar nikah dan akhirnya harus putus kuliah. Di kota besar ini dia bukan apa-apa. Gadis itu putus asa tak tahu harus kemana.

"Nggak usah pakai acara resepsi segala. Nanti kalau anak itu udah lahir, aku akan gugat cerai dia!"

Ucapan Arya, pria yang sudah merusak hidupnya itu sangat menyakiti hatinya. Kinan gadis biasa yang pernah membayangkan akan menikah dengan orang yang dia cinta. Bukan dengan orang yang sejak awal sudah menggores luka.

"Aku sudah siap diceraikan. Nanti suratnya dikirim aja kesini, aku bakalan langsung tanda tangan. Tapi aku mohon sama kamu, Mas. Tolong jangan tes DNA. Kasihan Ara kalau dia sampai tahu."

- Kinanthi Khairani

chap-preview
Free preview
Part 01
"Kinan, tolong antarkan ini untuk Den Arya ya. Perut Bulek tiba-tiba sakit." kata seorang wanita paruh baya sambil meletakkan sebuah nampan berisi secangkir kopi hitam di atas meja dapur. Dia langsung berlari ke kamar kecil yang berada di belakang sebelum si gadis tadi menyetujui perintahnya. Gadis bernama Kinan itu meletakkan pulpennya dengan tidak ikhlas. Bibirnya mengerucut tanda protes, akan tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan selain menuruti perintah wanita tadi. Jika tidak, bisa-bisa ia langsung ditendang dari rumah ini. ××× Tok. Tok. Tok. Kinan mengetuk pintu kamar anak majikannya tiga kali sebelum melangkahkan kaki ke dalam ruangan besar itu. Gadis tersebut nampak meragu. Ada sedikit bagian hatinya yang merasa enggan. Namun, tak ada yang bisa ia lakukan lagi selain masuk dan menaruh kopi pesanan Tuan Muda. "Den, ini kopi anda." ujar Kinan sambil meletakkan nampan tadi di atas nakas dengan cepat. Diliriknya Sang Tuan Muda yang sudah tertidur dengan racauan tak jelas keluar dari mulutnya yang berbau alkohol. "Saya permisi, Den." Kinan berbalik, berjalan cepat menuju pintu keluar sambil memeluk nampan. Namun, napasnya langsung tercekat ketika lengannya ditarik dari belakang. Dia menoleh dan mendapati si anak majikan yang menatapnya dengan mata merah dan berkabut. Dengan kesadaran penuh Kinan meronta agar bisa lepas dari cengkeraman. PRANG! Nampan stainless di tangannya ia pukulkan ke arah kepala pria tinggi itu hingga terpental dan jatuh ke lantai. Menimbulkan bunyi gaduh di tengah malam pekat nan sunyi. "Tolo...mmhh." jeritnya sekuat tenaga, tapi mulutnya langsung dibekap oleh telapak tangan anak majikannya itu. Kinan meronta-ronta lagi saat tubuhnya diseret secara paksa. Sedetik kemudian dia merasa seperti terlempar. "Tolong... tol ...." Bibir Kinan terkatup rapat saat bibir rasa alkohol itu gantian membungkamnya. Dia menggeleng-geleng keras. Tetes demi tetes airmatanya menghambur keluar. Gadis itu berusaha tetap sadar meski kepalanya pening seperti habis dihantam batu. Satu gerakan cepat, ia menendang kaki pria yang berada di atas tubuhnya. "Ja-ngan!" SREEEETTTTT! Pria itu murka lalu merobek baju yang dikenakan Kinan hingga membuat dadanya terekspos. Bagian atas payudaranya yang menyembul membuat pria mabuk tadi semakin bernafsu. Akal sehatnya sudah hilang karena banyaknya alkohol yang melewati kerongkongan. "Den. Ja-ngan!" Kinan menangis, karena hanya itulah yang bisa ia lakukan. Seluruh tenaganya tidak mampu melawan tenaga kuat pria ini. Dia seorang perempuan dan yang saat ini ia hadapi adalah orang mabuk. Semuanya terjadi begitu cepat dan tak terelakkan. Sekeras apapun Kinan menolak, maka akan semakin banyak pula pukulan dari Arya untuk melumpuhkan gadis itu. Hingga semuanya telah hilang. Hal yang ia banggakan, yang pertama kali akan ia berikan untuk suaminya kelak sudah tidak ada. Semuanya sudah dicuri oleh pria tidak berperasaan ini. Kinan menangis tersedu-sedu meratapi nasibnya. Kepalanya terasa semakin pusing dan dunia seperti berputar. "Ya Allah ...." BUGH! Pria mabuk itu terjungkal ke lantai hingga tautan keduanya terlepas. Kinan lalu merasakan sebuah pelukan hangat seiring dengan selimut yang menutupi tubuh telanjangnya. Tangannya mencengkeram selimut di bagian d**a. Tangisnya semakin menjadi-jadi sebelum perlahan kesadarannya mulai menghilang. "Papa tidak pernah mengajarimu berbuat b***t!" Masih terduduk di lantai dengan pakaian yang tak utuh rapi, Pria mabuk itu mengusap lelehan darah kental di sudut bibirnya. Tidak ia risaukan sang ayah yang sedang menatapnya marah. "ARYA PRAMONO!" "Bukankah dia kemari memang untuk menawarkan diri ..." BUGH! "Papa jangan ketipu sama wajah polosnya. Hidup di Jakarta itu susah. Dia pasti udah...." BUGH! Satu pukulan keras kembali mengenai rahangnya. Arya, dia kembali tersungkur sampai kepalanya menyentuh lantai. Beruntung ada sang ibu yang menahan ayahnya yang sudah seperti kesetanan ingin menghabisi anak lelakinya sendiri itu. ××××× "Papa nggak mau tahu, pokoknya kamu harus menikahi Kinan! Kamu harus tanggung jawab!" putus Pak Hadi saat semua anggota keluarganya berkumpul untuk sarapan. Tunggu, di atas meja besar mereka memang terhidang berbagai makanan enak. Namun, tak ada satupun orang yang menyentuhnya. Arya memijit kepalanya yang masih terasa pening. Dia menggerakkan sudut bibirnya yang masih terasa kaku. "Dia nggak hamil, buat apa aku menikahinya?" Pak Hadi menggebrak meja makan hingga menimbulkan suara yang memekakkan telinga. "Kamu!" "Kekerasan tidak akan bisa menyelesaikan masalah ini." Bu Ratri menahan lengan suaminya yang sudah terayun. Tatapannya beralih kepada Arya. "Kamu harus menuruti apa kata Ayahmu." Arya mendongak menatap ibunya, tidak biasanya wanita yang sangat ia sayangi itu tidak menyebutkan namanya. Dia bisa melihat raut kekecewaan dari wajah teduh yang setiap hari selalu tersenyum padanya itu. "Aku akan melihat Mbak Kinan." ujar seorang gadis berkerudung biru yang sejak tadi memilih untuk diam. Gadis itu juga yang tadi malam memeluk Kinan dengan erat. ××× Adiknya Arya, Dian memasuki kamar Kinan yang ada di bagian belakang. Kinan memang hanya seorang asisten rumah tangga di kediaman besar keluarga Pramono. Sebenarnya Kinan baru dua bulan bekerja disana. Itu pun karena Bi Tatik, Bulek yang tadi malam menyuruhnya untuk mengantar kopi yang sudah mengajaknya. Kinan adalah tetangga Bi Tatik di desanya berasal. Kinan sampai di Jakarta karena ia sedang mengenyam pendidikan di sebuah perguruan tinggi di ibukota Indonesia. Dulu Kinan tinggal di rumah sewa yang harganya tidak sebanding dengan fasilitas yang diberikan dan dia juga bekerja paruh waktu di sebuah cafe dekat kampusnya. Namun, setelah bertemu Bi Tatik, wanita paruh baya itu mengajak Kinan untuk tinggal bersamanya di rumah keluarga Pramono. Tentu dengan persetujuan Pak Hadi dan Bu Ratri, serta menyarankan agar Kinan bekerja disana saja. Kinan setuju karena setelah dipikir-pikir waktunya untuk belajar menjadi lebih banyak daripada ia bekerja di cafe dan dia juga tidak perlu memikirkan uang sewa rumah. Jadi gajinya bisa ia gunakan untuk membiayai hidupnya dan sebagian dikirim kepada ibunya di kampung. "Mbak." Dian duduk di samping Kinan lalu memeluk tubuh gemetar wanita muda itu. Dian ikut menangis saat Kinan semakin terisak keras. Gadis itu bisa merasakan betapa pedihnya hidup Kinan sekarang. Kinan yang selalu tertawa riang ketika mengajarinya belajar itu sekarang bukanlah Kinan yang ingin ia lihat. Dia tidak mau Kinan bersedih. "Dian nggak akan membiarkan Mas Arya lari dari tanggung jawabnya. Maafkan Mas Arya ya, Mbak." "Aku akan pergi." lirih Kinan beberapa saat kemudian. Pernyataan singkat yang membuat Dian terkejut setengah mati. "Mbak nggak boleh pergi. Mbak harus tetap di sini, Mbak Kinan sekarang sudah menjadi bagian dari keluarga kami." Kinan menggeleng lemah dengan tangisan yang semakin deras. "Aku mau pergi. Aku harus pergi." Kemudian dengan langkah kebingungan Kinan membuka lemari pakaiannya dan mengambil sebuah tas ukuran besar. "MBAK! JANGAN BERTINDAK BODOH!" bentak Dian dan melemparkan tas Kinan tadi ke sembarang arah. Kinan tersenyum kecut sambil mengusap pipinya dari buliran airmata yang tidak mau berhenti. "Bodoh? Kamu bilang aku bodoh?" Ujung bibir Kinan bergetar. "Mbak." suara Dian melemah. Langkah kakinya mendekati Kinan dan ingin memeluknya lagi. "SEMUA INI GARA-GARA KAKAK KAMU! DIA YANG SUDAH MENGHANCURKAN HIDUPKU DAN SEKARANG KAMU BILANG AKU BODOH!" teriak Kinan sambil menepis lengan Dian dengan kasar. "Mbak." Dian kembali menangis tersedu-sedu. "AKU EMANG ORANG MISKIN, TAPI AKU PUNYA HARGA DIRI. APA KALIAN PIKIR AKU INI PENGEMIS! KALIAN PIKIR AKU p*****r!" Pintu kamar Kinan terbuka dan muncullah seorang wanita paruh baya yang juga sudah ikut menangis. Ibu Ratri sejak tadi memang sudah mendengar percakapan keduanya. "Mama." Dian menutup mulutnya saat ibunya itu tiba-tiba menekuk kakinya. Beliau berlutut di depan Kinan. "Kinan, Tolong jangan pergi dari sini dan tolong maafkan Arya. Ibu yang salah karena tidak bisa mendidiknya dengan benar. Kami akan bertanggung jawab." ×××××××××× 2 BULAN KEMUDIAN Sudah dua bulan sejak kejadian malam itu. Sudah dua bulan pula Kinan menghilang. Gadis itu memilih pergi dari kediaman keluarga Pramono tanpa membawa apapun kecuali barang-barang miliknya. Tentang Arya, dia lebih memilih tinggal di apartemen karena sikap ayah, ibu dan adiknya yang selalu menyudutkannya. Sekilas dia sadar jika dia bersalah, tapi menurutnya kesalahan lebih banyak ada pada Kinan. Gadis itu sendiri yang memilih pergi dan sok jual mahal menolak nominal yang beberapa kali ia tawarkan secara diam-diam tanpa sepengetahuan keluarganya. Bersambung.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Nur Cahaya Cinta

read
357.9K
bc

Hurt

read
1.1M
bc

Undesirable Baby 2 : With You

read
161.3K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Mengikat Mutiara

read
141.9K
bc

Dear Doctor, I LOVE YOU!

read
1.1M
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook