bc

Ice Man in Love

book_age18+
16.5K
FOLLOW
126.4K
READ
possessive
arrogant
dominant
badboy
CEO
sweet
bxg
office/work place
first love
assistant
like
intro-logo
Blurb

Hazel Dewananda mengalami penghianatan dari kekasih sekaligus sahabatnya. Pria hangat itu berubah menjadi pria dingin tak tersentuh. Ia tidak lagi percaya dengan yang namanya cinta dan memutuskan untuk melajang seumur hidupnya. Sampai suatu hari, ia bertemu dengan sosok cantik Ariel Aruna, di ruang kerjanya.

"Buka seluruh pakaianmu dan jangan sisakan sehelai kain pun. Aku akan menjadikanmu sekretarisku, jika kau mau merangkap menjadi penghangat ranjangku."

Plak! Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Hazel.

"Saya datang ke sini untuk melamar pekerjaan sebagai sekretaris dan bukan untuk menjadi pelacurmu!"

Seperti apa kelanjutan kisah Hazel dan Ariel?

Akankah kehadiran Ariel mampu merubah pandangan Hazel tentang cinta?

Dan akankah kehadiran Ariel mampu merubah keputusan Hazel untuk melajang seumur hidupnya?

Follow Ig @Vhiaraya

Cover photo by pexels.com

Design by me

Novel ini dipublikasikan pada 23 Agustus 2021

chap-preview
Free preview
Apa Semurah Itu Tubuhmu?
Di sebuah hotel bintang lima. Terlihat tiga pria bersetelan jas mahal sedang membicarakan sesuatu yang sangat penting. Dapat dilihat dari ekspresi wajah mereka yang terlihat begitu serius. Salah satu dari mereka bernama Hazel Dewananda yang merupakan pemilik sekaligus pemimpin dari DN Company. Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa transportasi. Di mulai dari transportasi darat, laut, dan udara. Saat ini, Hazel sedang bertemu dengan klien penting yang datang dari Perancis. Hazel melihat kekasih dan sahabatnya berjalan dengan mesra menuju lift. "Sorry, I have to go to toilet for a while," pamit Hazel pada kliennya. Ia mengatakan bahwa ia ingin pergi ke toilet sebentar. "Oke, no problem," balas klien itu. Hazel bergegas mengejar mereka dengan langkah besarnya. Namun karena tidak keburu, ia hanya melihat angka tujuh di lift tujuan mereka. Akhirnya ia langsung masuk ke dalam lift lain dan memencet tombol angka yang sama. Ketika Hazel keluar dari lift. Ia mendapati kekasih dan sahabatnya sedang melakukan ciuman yang liar. Mereka berdua masuk ke dalam kamar tanpa melepaskan tautan bibir satu sama lain. Suara gebrakan Pintu cukup keras karena dibanting oleh seseorang. Sontak, Hazel mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding tepat di depan kamar itu. Ia berusaha menenangkan diri agar lebih tenang dan tidak berbuat nekat. Setelah beberapa menit kemudian, ia mengetuk pintu. Dalam hitungan menit, pintu terbuka. "Hazel!" Eden terkejut melihat sosok sahabatnya. Terpampang jelas wajah Eden di depan pintu dengan mengenakan handuk mandi. Dengan cepat, Hazel mendorong tubuh Eden dan menyelinap masuk ke dalam. Sementara di dalam, Binar dapat mendengar suara Eden menyebut nama Hazel. Ia bergegas melilitkan selimut dan bangkit turun dari atas ranjang. Hazel melihat sosok Binar yang berencana untuk bersembunyi. Kemudian, ia menarik selimut yang melekat di tubuh wanita itu dengan kasar dan melemparnya ke sembarang tempat. Hazel menatap jijik pada tubuh polos kekasihnya yang penuh dengan jejak-jejak kemerahan. Eden masuk ke dalam dengan tergesa-gesa. Ia bergegas menyambar selimut yang terjerambah di lantai dan menyelimuti kembali tubuh polos Binar. "Penghianat memang cocoknya sama penghianat!" seru Hazel tersenyum kecut menatap kekasih dan juga sahabatnya yang ketahuan sedang berada di sebuah kamar hotel. Dengan rahang yang mengeras, Hazel melipat kedua tangannya di d**a seraya berjalan mengelilingi sepasang penghianat itu. Manik mata keabuannya melirik ke arah Binar, kekasih yang selama tiga tahun ini mengisi hari-harinya. "Aku tidak menyangka kau akan menghianati kepercayaanku. Apa semurah itu tubuhmu? Hingga kau obral dengan laki-laki yang tidak lain adalah sahabatku," ujar Hazel membuat tubuh Binar bergetar hebat. Rasanya begitu menyakitkan seperti w************n yang menjajakan tubuhnya pada setiap lelaki hidung belang. Padahal wanita itu melakukannya karena butuh pelampiasan. Karena selama enam bulan terakhir, Hazel tidak pernah meluangkan waktu untuknya. Hingga pada akhirnya Eden datang dan selalu ada di sisinya. "Dan kau--" Hazel menjeda kata-katanya sebelum akhirnya melanjutkannya kembali. "Laki-laki macam apa yang berani tidur dengan kekasih sahabatnya?" "Ini salahmu sendiri yang jelas-jelas merebut Binar dariku. Dari awal aku sudah mengatakannya padamu, bahwa aku menyukainya. Tapi apa? Dengan mudahnya kau menyatakan cinta dan berkencan dengannya." Sejak pertama kali mereka bertemu dengan Binar. Eden langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia meminta Hazel agar membantunya mendekati Binar. Namun bukannya membantu, Hazel justru menyatakan perasaannya dan Binar pun menerimanya. Sejak saat itu, Eden bersumpah akan merebut Binar kembali dari pelukan Hazel. Sampai pada akhirnya datang kesempatan dan Eden pun berhasil memiliki Binar di belakang Hazel. "Kenapa harus aku yang disalahkan? Sedangkan Binar sendiri yang mau menerimaku. Tapi itu tidak ada gunanya lagi sekarang. Aku tidak butuh wanita kotor sepertinya. Karena dia lebih cocok dengan laki-laki kotor sepertimu." Hazel merasa jijik melihat Binar. Selama ini ia menjaga diri dengan baik agar tidak menyentuh dan merusak kekasihnya itu. Namun, Binar justru mengumbar tubuhnya pada Eden, sahabatnya. Setelah mengatakan hal itu, Hazel berbalik arah dan melangkah dengan pasti. Ia tidak ingin menyia-nyiakan waktu dengan hal yang tidak penting. Ia harus kembali dan menyelesaikan pertemuannya dengan Mr. Darington. Jangan sampai masalah pribadi merusak rencana kerjasama yang sangat menguntungkan bagi perusahaannya. Setelah kepergian Hazel, tubuh Binar meluruh seketika. Bulir-bulir bening mengalir begitu derasnya bagai anak sungai. Tatapan matanya yang mengabur, menyisakan luka yang begitu dalam. Menyesal? Tentu saja menyesal, karena sosok sempurna Hazel lah satu-satunya orang yang ia cintai. Sedangkan Eden, laki-laki itu hanya pelampiasannya saja. Bodoh! Binar memang bodoh karena berani menghianati kepercayaan dan kesetiaan cinta Hazel. Laki-laki sempurna yang hampir tidak memiliki celah sedikit pun. Hazel memiliki tinggi badan sekitar seratus delapan puluh tujuh centimeter dengan delapan roti sobek yang menghiasi perutnya. Ia memiliki alis tebal, rahang yang tegas, dan hidung mancung. Tidak hanya fisik saja yang sempurna, tetapi juga kelembutan hatinya. Sisi hangatnya yang mampu membuat seorang Binar terpesona. "Bangunlah Binar. Lupakan Hazel dan lihatlah aku! Bukankah keputusanmu untuk bersamaku karena kau sudah tidak mencintainya lagi?" Ucapan Eden mendapat balasan gelengan kepala dari Binar. Bukan, bukan seperti itu kenyataannya. Binar masih sangat mencintai Hazel. Hanya karena Hazel sibuk dengan pekerjaannya, lalu dengan mudahnya Binar menyerahkan segalanya pada Eden. "Aku masih sangat mencintainya Eden, sangat," balas Binar sambil terisak. "Kau tenang saja. Aku akan membantumu melupakannya. Apapun itu, aku akan melakukannya." *** "Kerjaanmu selama ini apa?! Suruh nyari sekretaris saja tidak becus! Saya bilang saya butuh sekretaris laki-laki bukan sekretaris perempuan!" bentak Hazel pada Indra, Manajer personalia di perusahaannya. Selama satu tahun terakhir, Hazel sudah lebih dari lima puluh kali ganti sekretaris. Ia tidak menerima sekretaris seorang wanita. Namun, semua sekretaris yang Indra berikan, tidak ada satu pun dari mereka yang berjenis kelamin laki-laki. Dari lima puluh sekretaris itu, semuanya memiliki paras yang cantik. Ada yang berpakaian kurang bahan dan ada pula yang lumayan tertutup. Namun di antara mereka, semuanya menatap lapar pada Hazel. Itu yang membuatnya muak dan memberi mereka satu ujian. Semua sekretaris menerima ujian itu yang pastinya membuat mereka dipecat di hari pertama mereka bekerja. "Besok akan saya coba carikan lagi, Pak. Tapi hari ini masih ada satu kandidat lagi yang harus Bapak wawancarai," sahut Indra tegas. "Tidak perlu, kau usir saja dia!" perintah Hazel dengan nada yang terdengar sangat dingin. "Tapi, Pak ... baiklah." Meskipun enggan, tapi Indra tetap mengiyakannya. Karena ia tahu bagaimana sifat atasannya yang tidak suka dibantah. Indra membungkukkan badannya dan keluar dari ruangan atasannya. Ia langsung menghampiri kandidat terakhir untuk melaksanakan perintah atasannya. "Maaf, dengan Nona Ariel?" "Iya Pak, saya sendiri." Ariel langsung bangkit berdiri dan merapikan pakaiannya. "Wawancara hari ini sudah selesai. Atasan kami tidak lagi menerima sekretaris berjenis kelamin perempuan."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook