bc

You'll Be Mine (Indonesia)

book_age12+
20.0K
FOLLOW
219.5K
READ
love after marriage
badboy
goodgirl
independent
brave
confident
inspirational
affair
like
intro-logo
Blurb

"ELSA! Lo serius nikah sama Devan? Devan, Sa? Devan yang super tajir itu? Lo pake pelet apa sampe dia mau nikah sama lo?"

Elsa sendiri tidak tahu entah malapetaka atau keberuntungan yang menimpa dirinya. Karena kesalahpahaman yang terjadi ketika KKN, ia terpaksa menikah dengan Devano Widjaja.

Laki-laki itu bahkan sangat dingin dan seolah membencinya. Akan tetapi, Elsa justru terjebak dan harus menjadi istri lelaki itu.

Sayangnya semua berubah semenjak Elsa menikah dengan Devan. Sikap lelaki itu benar-benar berbeda. Devan tidak lagi seperti Devan yang Elsa kenal.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Elsa melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia berdecak sebal karena lampu yang berwarna merah tidak kunjung berganti menjadi hijau. Dirinya sedang benar-benar terburu-buru saat ini untuk menuju ke bioskop. Menurut jadwal, film yang harus ia tonton akan mulai sebentar lagi dan dirinya justru masih berada di perjalanan. Dia sudah sangat telat karena macet dan sekarang terjebak lampu merah. Bukan tanpa alasan ia menonton bioskop. Dirinya melakukan hal itu karena dipaksa oleh siswa SMA yang merupakan murid les privatnya. Muridnya itu memiliki tugas untuk menonton sebuah film kemudian menuliskan resensinya. Berhubung jenis film yang harus ditonton tidak disukai oleh muridnya, maka Elsa yang diminta untuk melakukan hal itu. Ia diberikan bonus bayaran karena murid les privatnya sangat kaya raya. Elsa tidak ingin dirinya berhenti bekerja menjadi guru les privat di rumah itu karena uang yang diterimanya sangat besar. Itu sebabnya ia selalu berusaha menuruti keinginan sang murid yang sebenarnya tidak baik jika dilakukan. Lampu berganti warna menjadi hijau, ia pun segera melesatkan motornya secepat mungkin namun tetap aman. Motor yang ia kendarai saat ini adalah motor milik muridnya itu. Dirinya terlalu miskin untuk memiliki sebuah motor. Bahkan untuk menonton di bioskop pun sebenarnya ia tidak memiliki uang. Jadi kesempatan ini bisa manfaatkan untuk mengobati rasa rindunya yang sudah sangat lama tidak menonton di bioskop. “Halo, San. Iya ini kakak udah nyampe di mall. Lagi naik eskalator. Oke, aman kok.” Setelah itu ia mematikan sambungan telepon dan mempercepat langkah memasuki area bioskop. Santi, muridnya sudah memesankan tiket secara online jadi ia hanya tinggal mengambilnya di tempat khusus bagi yang memesan tiket secara online. Berkat bantuan security, Elsa bisa mendapatkan tiketnya. Dengan segera ia pun menuju studio 2 tempat film yang akan ditontonnya. Dirinya sudah terlambat enam menit dari jadwal film yang ditentukan. Ketika masuk, ia mendapatkan posisi duduk paling pojok dan terbelakang. Sepertinya Santi memesan ketika bangku bioskop sudah penuh sehingga dirinya mendapatkan kursi di posisi seperti itu. Ketika baru duduk disana, ia melirik kursi sebelah kirinya yang kosong sementara sebelah kanannya adalah dinding. Di sebelah kursi kosongnya itu terdapat seorang lelaki paruh baya. Elsa diam-diam menghela napas lega karena sepertinya di sebelahnya tidak ada orang. Layar bioskop masih menampilkan iklan film-film yang akan segera tayang. Elsa seketika merasakan bahwa dirinya ingin buang air kecil. Ini karena ia langsung menuju rumah Santi setelah terburu-buru dari kampus. Belum lagi perjalanan selama satu jam. Hal itu membuatnya ingin ke kamar mandi sekarang. Berhubung layar besar di hadapannya masih menayangkan iklan, Elsa pun memilih untuk pergi ke toilet terlebih dahulu.     Sepuluh menit kemudian Elsa kembali ke kursinya. Kursi sebelahnya masih kosong itu artinya dugaannya benar bahwa bangku sebelahnya kosong. Ia jadi bisa menonton dengan tenang karena di sebelahnya tidak ada orang. Ini pertama kalinya ia menonton di bioskop sendirian. Meski Elsa tidak memiliki cukup uang untuk bersenang-senang dan menikmati masa muda. Setidaknya ia pernah menonton di bioskop bersama teman-temannya karena sedang ditraktir. Baru saja ia bersandar dengan tenang dan menonton film yang sedang dimulai, seseorang tiba-tiba datang dan duduk di kursi kosongnya. Tangan yang tadinya bertumpu pada lengan kursi sebelah kirinya itu pun kini ia singkirkan. ‘Kenapa sekarang malah yang duduk disitu cowok, sih?’ gerutunya dalam hati. Pasalnya lelaki itu datang begitu terlambat. Padahal Elsa sudah merasa sangat tenang karena ia tidak perlu merasa canggung dan aneh menonton sendiri dan duduk di sebelah orang asing. Akan berbeda jika duduk di sebelah orang asing namun memiliki teman yang menonton bersama. Elsa menoleh ke arah lelaki itu. Suasana ruang bioskop yang gelap membuatnya tidak dapat melihat wajah lelaki itu dengan jelas. Hanya saja berdasarkan siluet yang ia lihat, lelaki di sebelahnya ini memiliki bentuk rahang yang tegas dan hidung yang sangat mancung. Dalam kegelapan seperti ini pun Elsa dapat mengetahui dengan jelas bahwa lelaki yang duduk di sebelahnya ini adalah lelaki yang sangat tampan. Dirinya pun menjadi salah tingkah sendiri. ‘Oke. Keep calm, Elsa. Jangan alay dan malu-maluin. Bersikaplah seolah lo udah biasa ketemu cogan.’ Elsa berusaha menenangkan dirinya. Rasanya sungguh canggung sekali di posisi ini. Ia dan lelaki itu bersebelahan dan dapat dikatakan bahwa jarak mereka sangat dekat. Belum lagi bentuk wajah lelaki itu yang terlihat sangat tampan di kegelapan, Elsa menjadi tidak fokus. Ia menghela napas kemudian berusaha fokus kepada film yang ditampilkan di layar. Film dengan tema mengenai keluarga itu pun sangat menarik dan membuat Elsa menjadi teringat dengan keluarganya sendiri. Meski sempat terbawa suasana pada setengah jam sejak ia menonton, dirinya lantas teringat bahwa harus menuliskan resensi mengenai film itu. Jika ia tidak segera mencatatnya sekarang, Elsa bisa saja melupakan hal-hal detail yang seharusnya ia tulis. Dirinya lantas berinisiatif untuk mencatatnya di ponsel. Elsa mulai membuka tasnya dan mencari ponselnya. Hanya saja ia tidak menemukan ponsel itu dimana pun. Elsa mulai merogoh segala saku yang ada pada pakaiannya namun ia tidak menemukan ponselnya dimana pun. Dalam keadaan gelap, ia mulai meraba sekitar kursinya namun tidak juga menemukannya. Pandangannya menuju ke bawa dan berusaha meneliti dalam gelap. Merasa tidak puas, ia lantas menggerakkan tangannya untuk meraba tempat kakinya berpijak. ‘Mampus, HP gue dimana?’ Elsa menggigit bibir bawahnya karena merasa panik. Seingatnya tadi ia masih menggenggam ponselnya di tangan ketika kembali kemari. Ia benar-benar mengingatnya dengan baik. Akan tetapi justru sekarang ponselnya entah kemana. Selama ini ia tidak pernah menjadi seseorang yang begitu pelupa. Bahkan ia tidak pernah melupakan dimana meletakkan ponselnya untuk terakhir kali. Itu sebabnya ia mengingat mengenai membawa ponsel setelah dari toilet. ‘Ketinggalan di toilet kali yah?’ pemikiran itu muncul karena ia tadi sempat pergi ke toilet. Meski ingatannya menyangkal hal itu namun ia memutuskan untuk memeriksa ponselnya di toilet. Bisa saja ingatannya salah. Mungkin ponselnya memang tertinggal di toilet. Tanpa pikir panjang, ia pun langsung bangkit dari duduknya. Elsa harus segera menuju toilet dan mencari ponselnya disana. Semoga saja ia bisa menemukannya di toilet meskipun hatinya membisikkan bahwa peluangnya sangatlah kecil. “Permisi,” ujarnya kepada lelaki tampan yang berada di sebelahnya. Lelaki itu begitu fokus menatap layar lebar kemudian mendongakkan kepalanya dan menatap Elsa yang berdiri tiba-tiba dan ingin lewat untuk keluar. Akses Elsa untuk lewat cukup sempit karena kaki lelaki itu, itu sebabnya ia berbicara agar si lelaki mau menggeser kakinya sehingga Elsa mendapatkan jarak yang sedikit lebih banyak untuk dapat melewati lelaki itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mengikat Mutiara

read
141.9K
bc

Fake Marriage

read
8.3K
bc

Marriage Agreement

read
590.3K
bc

Love Match (Indonesia)

read
172.4K
bc

The Prince Meet The Princess

read
181.5K
bc

Bridesmaid on Duty

read
161.8K
bc

Skylove (Indonesia)

read
108.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook