bc

Bitter Caramel

book_age18+
2.1K
FOLLOW
11.8K
READ
second chance
sensitive
powerful
student
single mother
drama
tragedy
bxg
city
first love
like
intro-logo
Blurb

Kenapa waktu mempermainkan?

Kalimat itu selalu bergema di pikiran Nay, seperti penyesalan yang tidak pernah bisa dimengertinya.

Setelah bercerai dengan Beni, Nay membawa pulang putri satu-satunya ke kota kelahirannya, meneruskan usaha bakery orang tuanya. Walaupun, di kota itu ada kenangan yang sebenarnya ingin dibuangnya jauh-jauh. Kenangan tentang sosok Nino, mantan pacarnya yang ditinggalkannya beberapa minggu setelah tanggal pernikahan mereka diumumkan, setelah kenyataan pahit yang membuatnya ingin mengakhiri hidupnya. Nino menghamili Karin.

Nay membenci setiap hal manis yang terjadi pada hidupnya, seperti kebenciannya pada rasa manis karamel yang berpadu dengan pahit yang melekat. Baginya tidak ada hal manis yang terjadi dalam hidupnya, hanya ada kepahitan.

-

-

Cover : kamubiruu

chap-preview
Free preview
1. Prolog
Aku menatap pintu kamarku yang terbuka dengan tatapan mata nyalang. Sudah pukul satu dini hari dan Beni belum juga pulang. Vio sudah terlelap di sebelahku. Beberapa jam lalu dia rewel menanyakan papanya yang menjanjikan akan membawakannya mainan baru. Perasaanku tidak enak. Sudah sebulan terakhir ini Beni tidak pernah pulang dari kantor tepat waktu. Minggu lalu dia beralasan ada meeting mendadak dengan para petinggi kantor, beberapa hari sebelumnya dia bilang banyak pekerjaan yang mengharuskannya lembur, dan hari ini tidak ada kabar sama sekali yang aku terima. Ponselnya aktif, tapi tidak ada respons setiap kali aku menelepon ataupun mengirimkan pesan padanya. Beni memang bukan tipe lelaki yang akan mengabarkan apa saja kegiatannya hari ini. Dia akan memberi tahu saat ditanya, tetapi akan diam jika kudiamkan juga. Kadang aku merasa keharusanku untuk menghubunginya semata-mata demi Vio, bukan karena keinginanku. Semenjak promosi kenaikan jabatannya, semua rutinitasnya berubah. Apakah memang sesibuk itu dia dengan jabatan barunya? Entahlah aku pun tidak bisa menerka-nerka. Sebelum menikah, Beni adalah rekan kerjaku. Kami bekerja di kantor yang sama selama beberapa tahun, saling bekerja sama untuk urusan kantor dan tidak pernah mengurusi masalah pribadi masing-masing. Sedikit yang kutahu tentang Beni hanya kepopulerannya di kalangan wanita. Dengan posisiku sebagai karyawan baru, aku tidak memiliki banyak teman dekat. Hal itu yang selalu membuatku seperti orang asing di saat ada acara kantor. Beni, selain sebagai seniorku, dia juga sering memposisikan dirinya sebagai temanku, walau lebih sering kuabaikan. Tidak ada yang memulai, yang kutahu sikap Beni masih seperti biasa padaku. Aku pun seperti itu kepadanya. Hanya intensitas pertemuan kami menjadi lebih sering karena kebetulan dia pindah ke ruangan yang sama denganku. Aku tidak pernah menganggap lebih terhadap perhatian-perhatian kecil yang mulai sering diberikannya kepadaku. Bagiku sama saja yang dilakukannya kepada teman-teman kerjaku yang lain. Puncaknya saat dia mengajakku menikah karena merasa memiliki kesamaan denganku. Lelaki aneh, tidak pernah ada kedekatan apa pun di antara kami, mendadak mengajak menikah. Katanya kami akan saling melengkapi dengan masa lalu kami masing-masing. Beni, playboy yang sudah lelah dengan dunianya dan aku yang melarikan diri dari masa lalu. Padahal dia tidak tahu apa-apa tentangku. Hanya cerita dari segelintir orang tentang kenapa aku bisa sampai bekerja di Jakarta. Beberapa kali aku menolaknya karena merasa apa yang dilakukannya sungguh tidak masuk akal. Apalagi saat itu aku sedang menutup rapat-rapat hatiku untuk lelaki. Sekuat apa pun aku menutup hatiku, Beni lebih kuat lagi berusaha. Beni menyakinkanku kalau dia sosok yang tepat untukku yang sedang berusaha melupakan masa lalu. Begitu terus yang dilakukannya, sampai aku pun menyerah. Katanya kami cocok, tetapi nyatanya tidak begitu yang kurasakan. Terlalu banyak hal yang harus kutoleransi, malah membuatku merasa tertekan. Sampai Vio lahir, perasaan tertekan itu tak kunjung hilang. Setelah menikah dengannya, aku memang tidak diizinkan bekerja lagi. Tidak ada yang aku kerjakan di rumah selain menunggu kepulangannya dari kantor, begitu terus sampai Vio lahir dan aku memiliki kesibukan lain dengan mengurus Vio. Vio seperti oase di tengah pernikahanku dan Beni yang terasa kering. Beni tidak pernah mengatakan mencintaiku, aku pun demikian. Aku rasa, pernikahan hanya sekadar simbol keegoisanku dan Beni. Memikirkan tentang Beni membuatku tidak bisa memejamkan mata. Aku menarik napas panjang sambil mengelus rambut Vio. Di saat yang bersamaan ponselku berkedip-kedip menampilkan panggilan dari nomor asing. Aku memicingkan mata sambil menekan tombol menjawab panggilan dengan ragu. Panggilan berakhir saat tanganku baru menyentuh tombol jawab. Siapa yang menelepon di jam seperti ini? Beni? Layar ponselku kembali berkedip-kedip. Masih panggilan dari nomor asing, sepertinya nomor yang sama dengan yang barusan meneleponku. Keningku berkerut, lelucon apa ini?! Tak butuh waktu lama, aku menyentuh tombol menolak panggilan dan mematikan ponsel. Beni mungkin sedang sibuk dengan pekerjaannya, begitu yang terus kuucapkan di dalam hati sampai kantukku tak bisa ditahan lagi. "Ma!" Aku membuka mata perlahan, Vio duduk di sebelahku sambil menarik-narik tanganku. Rasanya aku baru terlelap beberapa menit. "Papa mana?" tanyaku padanya. Vio menggeleng dengan wajah khas baru bangun tidur. Dengan tergesa, aku meraba-raba tempat tidur, mencari ponselku. Saat ponsel menyala, ada beberapa pesan masuk. Jam di ponsel menunjukan pukul tujuh pagi. Apa memang benar Beni belum juga pulang? Pandanganku menjangkau seluruh sudut kamarku, tidak ada tanda kepulangan Beni, bahkan pintu kamarku masih dalam posisi setengah terbuka seperti semalam. Aku menekan nomor Beni dengan tergesa, kali ini nada di luar jangkauan yang menyambut panggilanku. Biasanya aku tidak pernah sekhawatir ini jika Beni tidak memberiku kabar, tapi kali ini berbeda. "Ma...," Vio merengek lagi. "Sebentar ya, Sayang," kataku sambil mengelus kepalanya. Aku membuka aplikasi w******p dan mencari nama teman kantor Beni yang juga merupakan mantan teman kantorku. Namun,Tapi pandanganku teralihkan oleh salah satu pesan dari nomor tidak dikenal, sebuah pesan video. Seharusnya aku mengabaikan pesan itu, tapi entah kenapa aku malah memutar videonya. Sebuah adegan sepasang lelaki dan wanita berciuman dengan panas. Aku memicingkan mata saat adegan yang yang terpampang di mataku semakin tidak pantas. Tidak! Mataku pasti salah melihat! Lelaki di video itu ... Beni!!! (*)

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook