bc

My Crazy Assistant

book_age18+
6.4K
FOLLOW
45.1K
READ
possessive
contract marriage
love after marriage
arrogant
dominant
badgirl
independent
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Helena diminta papanya menjadi CEO di Davis Company. Untuk membuat Helena bisa memimpin perusahan, Davis-papa Helena meminta Alex-asistennya untuk mengajari. Hari-hari Helena diwarnai dengan Alex-asisten yang begitu menyebalkan. Hingga akhirnya Helena selalu berusaha untuk dapat lari dari Alex.

"Deru nafasmu saja, aku bisa merasakannya. Jadi jangan coba-coba lari!" Alex tersenyum menyeringai.

"Dasar asisten gila!" Bagi Helena, Alex adalah asisten gila yang tak berhenti mengawasinya. Membuatnya tidak bisa berkutik sama sekali.

Dapatkah Helena lepas dari Alex? Atau justru semakin terjebak dengan asistennya itu?

Semua terangkum dalam kisah My Crazy Assistant.

cover by @Ay_graphic_

chap-preview
Free preview
Klub Malam
“Are you ready?” Seorang Dj melemparkan pertanyaan pada pengunjung. Tangannya bersiap bergerak membuat irama musik untuk menemani malam ini. “Ready,” teriak pengunjung klub yang sudah menunggu sang DJ beraksi. Dj mulai mengerakkan tangannya. Me-remix lagu dan membuat dentuman yang membuat semua pengunjung mengerakkan tubuhnya. Malam semakin larut. Di saat orang-orang sudah mulai terlelap. Beberapa orang lain masih terus terjaga. Beberapa dari mereka yang terjaga itu justru baru memulai aktivitasnya. Di mana lagi jika bukan klub malam. Tempat yang begitu ramai dikunjungi oleh mereka yang terjaga di malam hari. Menikmati alunan musik EDM (Electronic Dance Music) yang akan membuat mereka ingin menari dan berdansa setelah mendengar musik itu. Semua mulai menari. Pria dan wanita bercampur di atas lantai dansa. Meliuk-liuk mengikuti irama. Menikmati dentuman lagu disko yang tercipta. “Lena, apa kamu tidak mau menjajal pria di sini?” tanya seorang teman pada Helena yang sedang menikmati mengerakkan tubuhnya. “Apa?” Suara musik yang begitu kencang membuat suara teriakan terdengar seperti bisikan. “Cobalah pria di sini,” teriak teman Helena. Helena yang mendengar tersenyum mendengar permintaan temannya. “Cobalah dulu, jika dia memuaskanmu, aku akan mencobanya.” “Kamu selalu mengatakan itu berulang kali, tetapi setelah aku mencobanya kamu tidak pernah mencobanya,” keluh temannya. “Karena kamu sudah mengatakan jika dia tidak memuaskanmu. Jadi untuk apa aku mencobanya.” Helena tergelak kencang. Merasa puas sekali meminta temannya menjajal lebih dulu sebelum dirinya. Helena Davis-putri pemilik Davis Company yang selalu hidup dengan kebebasannya. Menikmati hidupnya yang bergelimang harta milik sang papa. Gadis dua pulih lima tahun itu selalu menghabiskan malamnya di klub malam. Niatnya satu mencari pria yang dapat memuaskannya di ranjang. Namun, semua itu hanya bualan, karena sejatinya dia hanya melihat mereka para pria dari luar. Tak berani benar-benar mencoba. Alih-alih mencoba menikmati ranjang berderit, dia justru meminta teman-temannya untuk mencobanya lebih dulu. Mendapatkan bekas? Mungkin sebagian orang akan berpikir tidak mau. Tapi, bagi Helena tak masalah. Lebih baik dari pada dia harus mencobanya dan menyesali saat tak mendapatkan kepuasan. “Aku haus,” teriak Helena pada teman-temannya dan mendapatkan anggukan dari sang teman. Membelah orang-orang yang sedang asyik menari, Helena keluar dari lantai dansa. Melangkah menuju ke meja di mana beberapa temannya yang lain ada di sana. Mata Helena menatap jengah saat melihat temannya asyik b******u dengan seorang pria. Walaupun itu hal biasa yang terjadi, baginya selalu terasa menyebalkan. “Pelayan,” panggil Helena pada pelayan yang baru saja melewati mejanya. “Bawakan aku whisky cola!” perintahnya. Helena duduk tepat di samping temannya. Mengabaikan sang teman yang asyik dengan dunianya sendiri. Tak mau terfokus dengan hal itu, dia memilih untuk memainkan ponselnya. Melihat pesan masuk di dalamnya. [Apa kamu tidak mau pulang?] Satu pesan masuk ke dalam ponselnya dan dia tahu siapa lagi jika bukan papanya yang memintanya untuk pulang. Sudah puluhan pesan seperti itu dikirim oleh papanya. Dan sudah puluhan kali juga Helena membalas jika dia akan pulang nanti. Selama ini Helena memang memilih untuk tinggal di sebuah apartemen. Meninggalkan papanya sendiri di rumah besar milik keluarga Davis. Sejak kuliah memang dia memilih untuk tinggal sendiri. Menikmati kebebasan yang selalu diagungkan. “Silakan.” Pelayan meletakkan segelas minuman. Tak butuh waktu lama, Helena beralih dari ponselnya ke gelas berisi minuman beralkohol itu. Meminumnya dan menikmati sensasi manis pahit yang tercipta. Baginya minuman itu meredakan sedikit rasa kesal, kecewa dan sedihnya. Walaupun dia sadar jika esok akan kembali seperti semula lagi. Di meja lain di dalam klub malam, ada seorang pria yang sibuk memerhatikan gerak Helena. Memerhatikan apa saja yang dilakukan oleh Helena. Tangannya pun mengarahkan gelas ke bibirnya. Menyesap minuman yang dipesannya. Hanya segelas mocktail yang dipesannya-sambil menunggui wanita yang sibuk menikmati malam itu. Satu pesan masuk ke dalam ponselnya, membuatnya beralih untuk membaca pesan tersebut. [Apa dia ada di sana] Bunyi pesan yang terdapat di ponselnya. [Ada Pak] balas pria itu. [Awasi dia terus] [Baik, Pak] Mendapati perintah itu, membuatnya memasang mata lebih tajam lagi. Tak mau sampai melepaskan begitu saja. Helena yang menghabiskan minumannya, kembali ke lantai dansa. Minuman beralkohol yang masuk ke dalam tubuhnya, membuatnya sedikit sempoyongan, tetapi kesadarannya belumlah habis sempurna. Helena mencari temannya yang berada di antara lautan manusia di lantai dansa. Namun, sayangnya terlalu sulit mencarinya. Karena di tempat dia meninggalkan tadi, temannya tidak ada. “Nona, apa kamu mencariku?" tanya seorang pria dengan badan tegap berdiri di depannya Helena. Menghadang Helena yang sedang berjalan mencari temannya. “Minggirlah.” Helena mendorong tubuh kekar itu. Sayangnya tenaganya tidak kuat. Hingga tak bisa membuat pria itu pergi. “Ayolah, kita bisa bersenang-senang.” Tangan pria asing itu melingkar di pinggang Helena membuat Helena sedikit kesal dan berusaha mendorong. Gerakan Helena tak berarti apa-apa. Justru membuat pria itu gemas. Dengan gerakan cepat pria asing itu menangkup pipi Helena. Sedari tadi dia sudah memerhatikan bibir merekah Helena. Tak sabar untuk menyesapnya. Tak membuang banyak waktu, pria itu mendaratkan bibirnya pada bibir Helena. Namun, belum sampai dia pada bibir manis yang sudah menggodanya sedari tadi, kaki Helena sudah bergerak menendangnya, tepat di tengah antara pahanya. “Au ....” Seketika pria itu kesakitan dan melepas tangannya yang sedari tadi menempel sempurna di pipi Helena. Merasakan perutnya yang mulas karena tendangannya tepat pada dua bola pingpong miliknya. “Jangan mimpi bisa mendaratkan bibirmu itu pada bibirku. Karena bibirku ini masih suci. Belum tersentuh oleh siapa pun. Jadi jangan macam-macam!” Walaupun dalam keadaan mabuk, Helena masih sadar apa yang pria tadi ingin lakukan. Jadi dengan gerakan cepat pun, dia memberikan perlawanan. Beberapa orang yang berada di lantai dansa hanya tertawa melihat aksi pria yang gagal mendapatkan kesenangan itu. Baginya mereka itu tontonan lucu. Helena yang kesal keluar dari lantai dansa. Matanya melihat ke sekeliling dan mendapati teman-temannya tidak ada. Dia sudah yakin jika pasti teman-temannya sudah pergi dengan pria-pria yang sedari tadi bersama mereka. Mau tak mau Helena harus pulang sendiri. Karena jelas dia tidak akan bisa menunggu temannya datang. Dalam keadaan mabuk, dia keluar dari klub. Dia sedikit menyesali karena telah menenggak minuman beralkohol dan membuatnya mabuk. “Jika bukan karena kesal pesan dari papa tadi. Aku pasti tidak akan meminum semua.” Seraya melangkahkan kakinya keluar menuju ke tempat parkir, dia terus saja menggerutu. Langkahnya semakin sempoyongan saat mencari mobilnya. Matanya juga sudah mulai berat, membuatnya susah mencari mobilnya berada. Benar saja, saat dia menemukan mobil dan memasukkan kunci, mobil itu malah berbunyi. Yang menandakan jika itu bukanlah mobilnya. “Nona, apa kamu mau mencuri?” tanya petugas keamanan yang menghampiri saat mendengar suara alarm mobil berbunyi. “Hai, apa kamu gila. Aku Helena Davis-anak pemilik Davis Company. Untuk apa aku mencuri? Aku bisa membeli sepuluh mobil,” ucap Helena seraya menunjukkan jarinya. Karena tangannya memegang kunci, dia melepaskan kunci dari genggaman tangannya. “Lihat sepuluh.” Dengan percaya dirinya dia menunjukkan sepuluh jarinya. Petugas keamanan itu pun menggeleng. Sudah menjadi hal biasa melihat tingkah aneh beberapa orang yang mabuk. “Baiklah, kalau begitu mana mobil, Nona?” tanyanya “Mobil?” Helena memegangi kepalanya. Melihat ke sekeliling mencari mobilnya. Namun, pandangannya yang mulai kabur membuatnya tak kuat. Hingga akhirnya, tubuhnya terkulai lemas.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook