bc

Addiction

book_age16+
1.8K
FOLLOW
16.4K
READ
playboy
badboy
drama
bxg
like
intro-logo
Blurb

Emma Haynsworth, 22 tahun, wanita Inggris sederhana yang bekerja sebagai pengawal pribadi orang-orang penting di negaranya, suatu hari mendapatkan tugas baru untuk menjadi pengawal pribadi Nicholas Wood.

Nicholas Wood, 23 tahun, putra tunggal presiden Amerika yang baru saja terpilih. Pemilik bisnis restoran terkenal yang tersebar di Eropa, tampan, cerdas, dan heartbreaker sejati.

Emma diharuskan melindungi Nicholas dari seorang wanita, mantan kekasih satu malam Nicholas, yang berencana membunuh pria itu. Tiada hari tanpa mengikuti Nicholas ke mana pun pria itu pergi, dan itu membuatnya menghabiskan banyak waktu dengan Nicholas, termasuk menjadi teman tidur pria itu.

chap-preview
Free preview
Addiction: 1
            “Baiklah... lelaki macam apa yang membutuhkan lebih dari 15 orang algojo, hanya untuk melindungi diri dari seorang wanita?” seru Emma, dengan nada tidak percaya bercampur sarkas yang ditujukan pada pria tampan bermata cokelat, yang sedang duduk menyilangkan kaki.             “Dan pekerja macam apa yang berani merendahkan atasannya, Ms. Haynsworth?” Pria itu menaikkan kedua kakinya ke atas meja kerja ayahnya, dan nyaris menyenggol miniatur bendera Amerika yang diletakkan di dekat telepon.             “Turunkan kedua kakimu dari sana, Nicholas,” perintah Emma. Dia sama sekali tidak terdengar takut untuk seorang warga Inggris biasa, yang sedang berbicara dengan anak satu-satunya presiden Amerika. Padahal, pria itu jelas-kelas bisa menendang dirinya kapanpun ia berkenan. Emma bahkan memanggil nama pria itu tanpa embel-embel Tuan.             Nicholas tertawa. Baru kali ini ada seseorang yang berani memerintahnya; seorang wanita yang 2 tahun lebih muda darinya, yang terlalu cantik untuk dijadikan pengawal pribadinya selama berlibur di Inggris untuk 2 bulan ke depan. Demi mendapatkan liburan yang menyenangkan, dia sengaja mempekerjakan Emma untuk menjamin keamanannya dari sesuatu—ralat—seseorang. Orang itu adalah salah satu mantan kekasih satu malamnya yang ia temui di Los Angeles bulan lalu. Tadinya ia berniat mengabaikan wanita itu, kalau bukan karena lebih dari 5 pengawal setianya telah masuk rumah sakit karena melindungi dirinya dari berbagai tindakan mengerikan yang dilakukan wanita itu.             Sejak teror yang dilancarkan wanita – yang – ia – lupa- siapa – namanya – itu, ia jadi mengurangi jadwal kencannya dengan banyak wanita. Termasuk beberapa aktris papan atas Hollywood.             “Sepertinya dilindungi olehmu akan sangat menyenangkan, Ms. Haynsworth,” katanya. “Biarkan aku memanggilmu Emma.” Nicholas menurunkan kedua kakinya dari meja sekaligus berdiri, lalu berjalan menuju Emma yang berdiri di tengah-tengah ruangan. “Pelayanku akan menunjukkan di mana kamarmu. Enjoy your time, Emma. Banyak wanita di luar sana yang akan sangat rela menukar posisi mereka denganmu untuk tinggal bersama denganku di mansion ini,” bisik Nicholas, tepat di telinga Emma.             “Selamat malam, Nicholas.” Emma memutar tubuhnya kasar, rambut hitam panjangnya yang dikucir kuda menghempas wajah Nicholas dengan telak. Bagi wanita itu, hari ini sudah membuktikkan lebih dari cukup siapa Nicholas sesungguhnya.             Sebelum hari ini, Nicholas adalah salah satu dari sekian orang terkenal yang mendapatkan respect dari Emma. Pria yang menonjol bukan hanya dari penampilannya, tapi juga otaknya yang cerdas. Di usia muda, Nicholas bisa membuktikan kesuksesannya di luar pengaruh kekuasaan ayahnya yang seorang politikus cemerlang di Amerika, dan baru saja terpilih menjadi presiden 3 bulan yang lalu.             Emma benar-benar menganggap pria itu sempurna sampai tiba hari ini; ketika ia mengetahui bahwa kecerdasan Nicholas memang sangat brilian. Pria itu mampu menutupi semua kebenaran dari khalayak tanpa celah sedikitpun. Hanya keluarga serta para pekerja pribadi Nicholas yang mengetahuinya, dan sekarang Emma termasuk di dalamnya. Sanjungan terhadap Nicholas telah hilang begitu saja, ketika asisten pribadinya menjelaskan alasan Emma dipekerjakan di sini. Sekarang, wanita itu bertanya-tanya dalam benaknya. Jika semua wanita itu mengetahui sosok Nicholas yang sebenarnya apakah mereka akan tetap rela menukar posisi mereka dengan Emma?             Dan Emma tidak cukup bodoh untuk tidak mengetahui jawaban atas pertanyaannya sendiri, tentu saja iya, bukan? Mereka bahkan rela separuh nyawa mereka dicabut untuk bisa menghabiskan waktu bersama Nicholas. For God’s sake! It’s Nicholas Wood: the sexiest man alive who is so f*****g rich, and don’t forget that he got the title as the most handsome bachelor from People Magazine. ***             “Jadi, kau mau ke mana hari ini?” tanya Emma, wanita itu sudah siap dengan setelan kerjanya yang tidak jauh berbeda dengan baju yang kemarin ia kenakan; celana panjang hitam, dan blazer hitam, serta sepatu but dengan ukuran hak 4 sentimeter.             Nicholas mengamati penampilan Emma sepintas, sebelum kembali menaruh perhatian penuh pada layar laptopnya. “Ada perubahan rencana, Em. Aku harus menyelesaikan beberapa laporan untuk dikirimkan pada pegawaiku di Amerika.”             Pikiran Emma melayang pada bisnis restoran yang dimiliki pria tengil itu. “Oke, kau bisa menghubungiku jika pekerjaanmu sudah selesai.” Emma melontarkan senyumnya yang terlihat tidak tulus.             “Kau mau ke mana?” tanya Nicholas. “Temani aku di sini.”             “Menemanimu? Di sini?” Emma mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar Nicholas. Ia tidak menemukan sofa atau kursi untuk ia duduk di atasnya. Pria ini hanya memiliki kasur ukuran king size; dengan empat tiang dan kelambu merah yang menyelimuti tiang dan sudah diikat ke ke-empat tiangnya seperti gorden, serta TV flat yang dipasangkan di dinding searah dengan kasur. Kamar Nicholas sebenarnya tidak luas, ini adalah ruangan dengan luas terkecil dibandingkan ruangan lain. Bahkan kamar Emma lebih luas dari ini. Jarak antara kasur dan TV di dinding hanya terkait 4 meter saja. Bagian terbaiknya, kamar Nicholas memiliki teras yang menghadap langsung ke sungai Thames.             “Kau bisa duduk di sebelahku, Em.” Nicholas berkata, tanpa mengalihkan pandangannya dari deretan kata di layar laptopnya.             “Aku lebih tertarik menunggu di terasmu daripada di atas kasurmu,” timpal Emma, sambil berlalu menuju teras.             Pemandangan hijau yang terbentang di hadapannya tidak akan bisa ia dapat di hari-hari biasanya di apartemen kecil di pusat kota London tempat ia tinggal. Setidaknya, Tuhan masih berbaik hati padanya karena memberikan udara segar yang berhembus di sekitar mansion milik keluarga Wood, yang tidak pantas disebut mansion. Semua orang mengenal bangunan ini dengan nama Henley Mansion. Sebelum Wood membelinya, tadinya mansion ini milik seorang miliarder asal Rusia. Mansion ini merupakan bekas salah satu kastil milik kerajaan Inggris, dan bangunan temboknya diperkirakan sudah berumur 300 tahun. Emma dengar, keluarga Wood tidak melakukan banyak perubahan pada mansion ini sejak mereka membelinya. Salah satu pelayan, Prita, seorang wanita muda asal India yang baru saja berkenalan dengannya saat mengantarkan sarapan ke kamarnya tadi pagi berceloteh, keluarga Wood sudah sangat puas dengan dua lapangan golf yang ada di dalam mansion ini, dan mereka memutuskan untuk tidak mengubah apapun.             “Apa kau mendapatkan udara yang cukup, Emma?” suara Nicholas terdengar tepat dari balik punggung Emma.             Emma berbalik, mendapati pria itu tengah tersenyum santai padanya dengan bertelanjang kaki berjalan santai ke sampingnya, lalu meletakkan kedua tangan di pinggiran tembok beranda. Emma baru menyadari pria itu memakai sweter oranye tua dengan kerah berbentuk V ketat, dan kerah kemeja abu-abu terangnya menjulang dari balik kerah V sweternya. Sesaat, Emma nyaris tidak bisa melepaskan pandangannya dari Nicholas. Ia baru tersadar saat Nicholas tiba-tiba menatapnya penuh tanya.             “Kau sedang mengagumiku, atau ada sesuatu yang menganggu pikiranmu tentang aku?” tanya Nicholas, dengan senyum nakalnya yang khas. Emma sering melihatnya dari halaman majalah-majalah tenar.             Tentu saja Emma tidak akan berterus-terang kalau ia sedang mengagumi Nicholas. Jadi, ia mengajukan pertanyaan asal. “Wanita macam apa yang kau cari sebenarnya? Maksudku, kau terlibat dengan banyak wanita, bahkan sekarang ada salah satu wanita gila yang berniat mencelakaimu karena sifatmu itu. Kau terlihat seperti tidak pernah puas di mataku.”             Nicholas tertegun. Ia sering mendapatkan pertanyaan seputar wanita, tapi ia tidak pernah menyangka kalau Emma lebih dari berani untuk bertanya seperti itu padanya dalam waktu perkenalan mereka yang belum genap dua hari.             “Menurutku....” Nicholas mulai berbicara, “waktu sangat berharga bagiku. Satu jam bisa menghasilkan beratus-ratus dollar untukku, dan meluangkan waktu kencan dengan wanita itu tidak cukup hanya dengan satu atau dua jam saja. Aku menghargai wanita, semahal aku menghargai satu detik waktuku yang berharga gaji satu bulanmu, Em.”             Nicholas berbalik, menyandarkan punggungnya pada tembok beranda lalu melanjutkan, “jadi, ketika aku menemukan bahwa mereka membosankan untukku, untuk apa aku membuang waktuku yang berharga? Dan selama ini, belum ada wanita yang berhasil membuatku melakukan kencan kedua.”             Emma ternganga mendengar ucapan angkuh itu. Nicholas berbicara santai tanpa terselip rasa penyesalan saat mengatakan hal barusan di hadapan Emma yang juga seorang wanita. Dia tidak bisa membayangkan, berapa banyak wanita yang harus merasakan sakit saat terjatuh dari harapan tertinggi mereka untuk mendapatkan Nicholas. Emma menyadari, menghilangkan sanjungannya terhadap Nicholas adalah pilihan yang tepat.             “Karena filosofi bodohmu itu, kau jadi sasaran pembunuhan seorang wanita yang sebenarnya bisa kau lawan sendirian.”             Nicholas terkekeh. “Emma, justru karena dia seorang wanita maka aku tidak bisa melawannya. Itu melanggar prinsipku. Kau pikir, apa penyebab para pengawalku masuk ke rumah sakit? Aku melarang mereka untuk bertindak kasar pada wanita sialan itu. Nah, sekarang, seharusnya kau lebih memahami apa yang menjadi alasan terkuatku merekrut seorang wanita sebagai pengawal pribadiku, kan?”             Emma menghembuskan napas berat. Sekarang ia tahu makna kalimat mendiang ibunya dulu, pintar dan licik itu beda tipis.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

I Love You Dad

read
282.8K
bc

Perfect Marriage Partner

read
809.9K
bc

Undesirable Baby (Tamat)

read
1.1M
bc

Bukan Ibu Pengganti

read
526.0K
bc

Istri Muda

read
392.0K
bc

The Unwanted Bride

read
111.0K
bc

Bridesmaid on Duty

read
162.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook