bc

Istri Sementara

book_age18+
24.1K
FOLLOW
277.0K
READ
sweet
like
intro-logo
Blurb

Mela adalah seorang gadis desa yang merantau ke Ibukota untuk mengadu nasib. Siapa sangka takdir mempertemukannya dengan Kevin Prayoga. Seorang pengusaha tampan yang dingin. Bukan pekerjaaan yang didapat, tetapi gadis itu ditawari menjadi istri sementara. Demi membiayai sekolah adik-adiknya, Mela akhirnya menerima tawaran itu.

Kevin yang awalnya acuh tidak acuh kepada Mela, akhirnya terbawa perasaan. Ketika tanpa disengaja ia melihat tubuh polos isrtinya. Sebagai lelaki normal, gairahnya pun bergejolak melihat kemolekan wanita itu.

Akhirnya Kevin dan Mela melakukan malam pertama. Namun, tanpa disangka. Tubuh Mela membuat pria itu kecanduan. Kevin pun mulai menikmati masa pengantin barunya. Mela yang awalnya tidak mempunyai perasaan apa-apa. Mulai terpikat oleh pesona Kevin. Akan tetapi, cintanya bertepuk sebelah tangan. Ternyata Kevin sudah mempunyai kekasih.

Kevin meminta Mela untuk mengandung dan melahirkan anaknya. setelah itu mereka akan berpisah. Sanggup kah Mela tetap bertahan sebagai seorang istri dan mengabulkan keinginan pria itu? Atau Mela punya keputusan sendiri.

chap-preview
Free preview
Bab. 1 Merantau
Mentari mulai menyingsing ke ufuk barat ketika para pemetik teh menyetorkan hasil kerja mereka. Sambil menunggu upah yang akan diberikan, mereka pun duduk beristirahat. Satu persatu buruh itu dipanggil untuk mendapatkan hak mereka. Terlihat semangat dan seulas senyum mengembang ketika pulang membawa sebuah amplop putih. Seorang gadis tampak bersuka cita sambil menggenggam hasil keringatnya dengan erat. Ada secercah asa yang membuat semangatnya kian membara. Sambil melangkah masuk ke rumah gadis itu pun berucap, "Assalamualaikum ...." "Waalaikumsalam ...," sahut orang-orang yang ada yang ada di dalam rumah secara bersamaan. Gadis itu tampak tertegun ketika melihat juragan Karta pemiliki perkebunan teh. Entah ada maksud apa lelaki paruh baya itu datang. Bi Darsih segera menyambut kedatangan keponakannya dengan seulas senyum mengambang. Ia kemudian merangkul gadis itu dan mengajaknya untuk duduk. "Melati, juragan Karta datang untuk melamar mu menjadi istri ke empatnya," ujar Bi Darsih memberitahu. Melati tampak terkejut dan menatap sekilas ke arah pria itu yang tampak menyeringai. Sehingga terlihat gigi emasnya yang membuat silau mata memandang. "Maaf juragan, saya belum siap untuk menikah," tolak Melati secara halus. "Kenapa Melati, kamu masih ingin cari uang buat menyekolahkan Bayu dan Jaka?" tanya Bi Darsih yang dijawab anggukan oleh gadis itu. Juragan Karta pun tersenyum dan menjanjikan, "Kamu tenang saja! Saya akan menyekolahkan mereka sampai kuliah." Mendengar itu Melati hanya menghela napas panjang. Jangan kan menyekolahkan kedua adiknya, anak-anak juragan Karta saja tidak ada yang mengenyam pendidikan tinggi. Menurut pria itu sekolah tidak penting karena dari hasil perkebunan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Melati yakin sekali ketika juragan Karta meninggal pasti anak-anaknya akan berebut warisan. Apalagi istri pertama pria itu sangat otoriter dalam mengatur keuangan keluarga. "Bagaimana Mela kamu setuju?" tanya Bi Darsih menegaskan. Melati menatap juragan Karta dan Bibinya secara bergantian. Kemudian menjawab dengan yakin, "Sekali lagi maaf, saya tidak bisa menikah dengan juragan." Brak ...! Juragan Karta menggebrak meja dan memaki, "Sudah miskin sombong! Mulai besok kamu tidak usah bekerja lagi di perkebunan saya!" pria itu tidak terima lamarannya ditolak oleh Melati. Bi Darsih segera mengejar, "Juragan maaf, tolong beri kesempatan Melati untuk berpikir!" pintanya kemudian. Tanpa menoleh pria paruh baya itu pun menyahuti, "Keponakanmu akan kubuat menjadi perawan tua." Ia kemudian pergi dengan kesalnya. "Hadeh ... Mela, lihat tuh juragan Karta marah. Besok kamu mau kerja di mana?" Bi Darsih memarahi keponakannya. Ia kesal sekali dengan keputusan Melati. Kedua adik Mela pun ke luar dan memberikan pendapat masing-masing. "Jaka tidak setuju, kalau Teh Mela menikah sama juragan Karta." "Bayu juga, lebih baik kami tidak usah sekolah dan cari uang saja jadi buruh tani." Mendengar itu Bi Darsih pun naik pitam dan menyahuti, "Terserah, asal kalian jangan merepotkan Bibi! Disuruh hidup enak saja tidak mau." Wanita paruh baya itu pun berlalu pergi. “Jaka, Bayu, kalian harus tetap sekolah. Teteh akan cari uang di tempat lain!” panggil Melati dengan suara yang lembut. Kedua adik laki-laki Melati pun segera menyahuti, “Baik Teh,” sahut mereka dengan serempak. “Teteh sudah gajian, besok kalian bayaran sekolah ya,” ujar Melati yeng membuat kedua adiknya tersenyum. “Alhamdulillah .., Oh ya Teh, sekalian beli buku ya. Soalnya aku banyak ketinggalan pelajaran,” ucap Jaka yang disambut anggukan oleh Melati. Bayu juga minta sesuatu, “Kalau saya mau beli tas dan sepatu Teh, sudah pada rusak semua.” “Semua Teteh belikan, tetapi kalian harus lebih rajin lagi belajarnya,” ujar Melati yang kemudian segera membagi uang itu untuk kebutuhan sekolah kedua adiknya yang masih duduk di kelas satu dan dua SLTA. Semenjak kedua orang tua mereka tiada, Melati menjadi tulang punggung keluarganya. Banyak lelaki yang datang melamar gadis itu, tetapi tidak ada satu orang pun yang diterima. Bukan terlalu memilih melainkan Melati ingin menyekolahkan kedua adiknya minimal sampai lulus SLTA. *** Malam mulai merambat, setelah menunaikan salat magrib dan isya Melati mulai memikirkan perkataan juragan Karta. Ia tidak menerima lamaran pria itu maka besok Melati tidak bekerja lagi. Dirinya sangat bingung karena mencari pekerjaan di kampung itu susah. Namun, ia juga tidak mau menikah dengan lelaki itu yang sudah beristri tiga, meskipun juragan Karta itu kaya. Tiba-tiba Melati teringat dengan sahabatnya yang kerja di Ibukota. Ia segera mengeluarkan ponsel jadulnya. Semoga saja Lia bisa membantunya dalam mencari pekerjaan. “Assalamualaikum … Lia, apa khabar?” ucap Melati ketika panggilannya tersambung. “Waalaikumsalam ... Mel, Alhamdulillah, saya baik-baik saja,” sahut Lia dengan ramah. “Lia, aku sedang bingung ….” Melati kemudian menceritakan masalah yang sedang dihadapinya. “Heleh … dasar bandot tua, sudah punya istri tiga masih doyan daun muda. Kamu ikut saya saja kerja jadi SPG di Jakarta. Lumayan besar gajinya sebulan bisa dapat lima juta,” ujar Lia memberikan pendapatnya sambil menawarkan solusi. Melati pun terlihat sangat berantusias sekali mendengar penawaran dari Lia. Ia segera bertanya lebih lanjut, “Syaratnya apa saja?” “Kamu bawa surat lamaran pekerjaan saja dan catat alamat tempat tinggalku! Maaf ya aku tidak bisa jemput karena sedang sif pagi dan sudah libur,” jawab Lia kembali. Sambil mengangguk kemudian Melati mengambil selembar kertas dan mencatat alamat yang disebutkan oleh Lia. “Terima kasih Lia, besok aku akan datang ke Jakarta,” ucap Melati dan panggilan itu pun berakhir. Melati segera menyiapkan apa saja yang harus dibawanya untuk merantau. Tekadnya sudah bulat untuk mencari keberuntungan di Jakarta. Siapa tahu dengan bekerja di Ibukota kehidupannya akan jauh lebih baik. Bukannya Allah tidak akan merubah nasih hambanya, jika orang itu tidak mau berusaha. *** Mentari tampak bersinar dengan terang membakar semangat insan untuk mencari rezeki di bawah teriknya. Seperti tekad Melati yang kian membara untuk mendapatkan pekerjaan di Ibukota. “Teteh berangkat ya, Jaka, Bayu kalian harus tetap rajin belajar. Nanti setiap bulan Teteh akan pulang,” pesan Melati kepada kedua adiknya. Sambil mengangguk Jaka kemudian menyahuti, “ Hati-hati di jalan ya Teh.” “Semoga Teteh cepat mendapat pekerjaan, Aaminn …,” doa Bayu dengan penuh harapan. Melati lalu memeluk kedua adiknya secara bergantian dengan haru. Kemudian ia berangkat ke terminal untuk menuju ke Ibukota. Setelah beberapa jam perjalanan dengan naik Bus, pada siang hari Melati sampai di salah satu terminal kota Jakarta. Melati kemudian mengeluarkan dompet dan menyiapkan ongkos buat naik ojek untuk ke rumah temannya. Namun, tiba-tiba seseorang menepuk punggung gadis itu. “Permisi Mbak, boleh minta waktunya sebentar?” tanya seorang ibu-ibu sambil menatap Melati dengan saksama. “Ada apa Bu?” tanya Melati yang tersenyum ramah. “Kalau alamat ini di mana ya?” wanita itu menanyakan sebuah tempat. Melati mulai tampak bingung kemudian menjawab dengan gelengan kepala. “Ya sudah, boleh saya pinjam ponsel?” pinta ibu-ibu itu kembali. Melati segera memberikan ponsel jadulnya. Bukan itu saja ia juga menuruti semua permintaan orang yang tidak dikenalnya itu. “Terima kasih Mbak,” ucap ibu-ibu itu sambil berlalu pergi. Gadis itu kemudian segera melanjutkan perjalanannya, tetapi ia terlihat seperti orang kebingungan. Setelah bersenggolan dengan orang lain baru lah dirinya sadar jika hanya berputar-putar saja. Melati segera mengecek ponsel dan dompetnya yang telah raib entah dibawa oleh siapa. “Ya Allah aku dihipnotis, bagaimana ini?” ratap Melati dengan lemas. Gadis itu kemudian melapor ke petugas keamanan, tetapi sia-sia belaka karena pelakunya sudah pergi entah ke mana. Melati kemudian mengingat-ingat alamat Lia dan hanya terekam tempat kerjanya yaitu Sarinah. Untung masih terselip selembar lima puluh ribuan di kantong celana. Akhirnya dengan bermodalkan uang yang tersisa, gadis itu naik bus jurusan Sarinah. Melati tampak terkagum ketika melihat gedung-gedung yang menjulang tinggi di Ibukota. Sempat terbesit perasaan takut, kalau semua tidak sesuai harapan. Namun, gadis itu tidak punya pilihan lagi. Kembali ke kampung tanpa membawa uang itu akan membuat hidupnya kian susah saja. “Sarinah!” seru kondektur meneriaki penumpang yang akan turun di kawasan itu. Para penumpang bus yang mau turun mulai bersiap-siap, termasuk Melati. Tidak lama kemudian Bus itu berhenti dan menurunkan penumpangnya. “Aku harus cari Lia ke mana ya?” lirih Melati sambil menengok-ke kanan dan ke kiri. “Aku coba masuk ke mall itu deh, semoga saja bisa ketemu dengan Lia." Melati kemudian masuk ke mall Sarinah untuk mencari temannya. Gadis itu tampak seperti customer sambil melihat SPG yang melayani. Ia berharap salah satu di antara mereka adalah Lia. Waktu terus bergulir, tidak terasa Melati sudah menjelajahi mall itu dan temannya tidak ditemukan juga. Padahal gadis itu sudah bertanya kepada SPG yang ada di sana dan mereka tidak mengenal yang namanya Lia. Melati kemudian keluar dari mall itu dan duduk di bangku halte sambil memikirkan rencana selanjutnya. Ia terlihat putus asa dan tidak tahu harus mencari Lia ke mana lagi. Sayang Melati tidak hapal nomor temannya itu. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk kembali ke Bogor. Biar lah dirinya akan menjadi buruh tani saja yang penting tidak menjadi istri Juragan Karta. Tiba-tiba terdengar azan ashar berkumandang, Melati segera mencari masjid terdekat untuk menjalankan kewajibannya. Langit yang tadi terlihat cerah berubah berselimut awan hitam, tidak lama kemudian hujan pun turun. Semakin lama kian deras sehingga membuat gadis itu yang baru selesai menjalankan ibadah harus berteduh sejenak. Hujan tidak kunjung juga reda sampai malam menjelang. Setelah melakukan salat magrib dan Isya, Melati pun bertanya di mana letak stasiun. Dirinya memilih naik kereta untuk menghemat uangnya yang tinggal dua puluh ribu. “Maaf Pak, kalau stasiun kereta api terdekat di mana ya?” tanya Melati kepada pengurus masjid. “Lurus saja Mbak, nanti ketemu pasar Tanah Abang di seberangnya ada stasiun kereta api,” jawab marbot itu menjelaskan. Sambil mengangguk Melati pun bertanya kembali, “Bisa jalan kaki atau harus naik angkot lagi Pak?” “Naik angkot cuma bayar lima ribu, kalau jalan kaki lumyan jauh,” jelas pria paruh baya itu kembali. “Terima kasih Pak,” ucap Melati sambil meninggalkan tempat itu. Gadis itu pun segera mengikuti petunjuk yang telah didapatkannya. Melati terlihat lega ketika turun dari angkot sudah melihat stasiun di seberang jalan. Ketika sedang berjalan ke tempat itu, tiba-tiba ia melihat Lia temannya berada di ujung jalan. "Lia, Lia!" panggil Melati sambil mengejar temannya itu. Di bawah rintikan air hujan, Melati terus mengejar Lia, tetapi dirinya kehilangan jejak. Ketika memasuki sebuah gang yang sepi. “Haduh … Lia ke mana sih cepat sekali jalannya?” tanya Melati sambil mencari. Melati akhirnya meninggalkan tempat itu sebelum hari semakin malam. Tiba-tiba seorang pria bertampang sangar menghadang jalannya dan menatap gadis itu dengan garang. “Orang mana Lu?” tanya pria itu sambil menatap dengan tajam. Melati mulai ketakutan melihat pria itu dan menjawab, “Bogor Bang.” “Serahin, dompet sama hape Lu ke gue!” seru orang itu dengan lantang. Dengan gemetar Melati pun menjawab, “Sa-saya habis kena hinotis Bang.” Pria itu tidak percaya begitu saja, kemudian merampas tas ransel Melati seraya berkata, “Gue kaga percaya!” Ia lalu mencari barang yang diingkan, tetapi tidak menemukannya. Orang itu kemudian melempar tas itu ke arah Melati sambil menyeringai, [Hem … ni cewek kayaknya baru pertama kali ke Jakarta. Lumayan bisa gue pake, habis itu jual deh ke om-om.] Menyadari pria itu mempunyai niat tidak baik, Melati segera mengambil langkah seribu. Tentu orang itu pun mengejarnya karena tidak mau kehilangan mangsa empuk yang sudah di depan mata. Gadis itu terus berlari ke sembarang arah sehingga tanpa sadar dirinya telah menjauh dari stasiun. Melati tidak tahu di mana kini berada. Ia hanya ingin bisa selamat dari kejaran pria itu. Gadis itu pun tampak mengatur napasnya di sebuah halte bus, tetapi ketika menengok ke samping ia kembali melihat pria itu semakin mendekat. Melati segera berlari kembali menuju untuk menyelamatkan diri. “Tolong ..,” ucap Melati sambil menggebrak kaca salah satu mobil yang sedang berhenti di depan lampu merah. Brak …! Brak …! Pengemudi mobil itu pun tampak terkejut dan melihat ke arah Melati yang tampak ketakutan. “Tolong … bawa saya dari sini!” pinta Melati sambil terisak sesekali pandangannya menengok ke belakang. “Jangan lari lu!” teriak pria itu yang semakin mendekat. Melati terus menggebrak pintu mobil itu dan semakin histeris, tetapi pengemudi itu tetap bergeming. Akhirnya gadis itu pun kembali berlari menyelusuri jalan, entah ke mana kakinya akan membawa pergi. BERSAMBUNG

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook