bc

Wanted! Scandal

book_age18+
545
FOLLOW
2.1K
READ
dark
contract marriage
forced
arranged marriage
scandal
manipulative
twisted
bxg
city
actress
like
intro-logo
Blurb

Memiliki pasangan tidak berarti harus terikat dengan catatan sipil. Dalam satu atap, mereka terlihat begitu mesra dan tanpa masalah.

Tapi ...

Siapa sangka? Saat mereka ada dalam lingkup pekerjaan. Bahkan dengan mata yang saling menatap, tidak ada yang tahu jika mereka memiliki status pernikahan.

Frederick Paul adalah seorang Produser terkenal di Hollywood. Ia harus menolong seorang kerabat baiknya untuk menjaga gadis yang kini hidup sebatang kara. Bahkan saat itu Paul berjanji akan melindungi dan menjaga gadis itu dengan menikahinya, agar kerabatnya bisa pergi dengan tenang.

Valentina Zara adalah seorang gadis yang tidak pernah menyerah untuk mengikuti casting di beberapa stasiun televisi. Ia sangat ingin menjadi artis papan atas layaknya Angelina Jolie. Sayang, mimpinya harus terhenti untuk sementara karena kepergian sang ayah.

Paul membawa pulang Zara ke penthouse miliknya setelah melakukan ikrar pernikahan di hadapan jenazah ayah Zara. Sampai di tempat tinggal barunya, Zara di sodorkan dengan sebuah lembaran kertas berisi surat perjanjian.

“Kau bisa menikmati hartaku, tetapi kau tidak bisa mengganggu kehidupanku. Kau juga memiliki kebebasan di luar sana, tetapi di dalam rumah ini kau tetap istriku!” ujar Paul dengan tegas.

Mengerti dengan ucapan Paul, Zara mengajukan satu permintaan lagi pada suaminya.

“Aku akan mengikuti semua peraturan di rumah ini, asal … jadikan aku seorang bintang.”

Akankah Zara dan Paul berakhir bahagia? Di saat mereka saling memperlihatkan kemesraan dengan orang lain.

chap-preview
Free preview
1. Awal dari perjalanan ...
Hollywood adalah sebuah distrik di Los Angeles, California, Amerika Serikat. Daerah yang terkenal dengan industri perfilmannya ini, tengah menjadi saksi untuk seorang gadis yang ingin menjadi salah satu dari bagian di perindustrian film itu. Valentina Zara sedang mengadu nasib bersama dua temannya Jessie dan Olivia untuk melakukan casting. Hampir saja Zara mendengar namanya disebut, dering ponsel mengacaukan semua. Jessie menyuruh Zara untuk segera menerima panggilan telepon itu agar tidak mengganggu proses penjurian. “Halo?” “Nona Zara, Tuan Albert mengalami penurunan kesadaran. Apa kau bisa hadir di rumah sakit sekarang?” tanya seorang perawat dari seberang. “Apa? Papa kenapa?” Zara terlihat panic. Jessie mendekat dan mendengarkan pembicaraan Zara. Akhirnya sebuah tangisan terdengar dan membuat Jessie cemas. “Sekarang kita ke rumah sakit!” ujar Jessie sembari menarik tangan Zara. “Tapi … audisi-nya bagaimana?” tanya Zara. “Jangan pikirkan audisi! Kau harus segera menemui Papa-mu sebelum terlambat.” Jessie kembali menarik tangan Zara dan berlari ke area parkir. Mereka pergi dengan sebuah mobil sport milik Zara untuk bisa sampai di rumah sakit yang ada di Los Angeles. Sampai di rumah sakit, Zara berlari meninggalkan Jessie yang masih berada di area parkir mobil. Zara datang dengan napas tersenggal, dan ia melihat ada seorang pria asing di sana. “Dok, siapa dia?” tanya Zara “Katanya sahabat Papa-mu,” jelas dokter. Zara bisa melihat dari dinding kaca, mereka sedang berbicara. Lalu tatapan mata pria itu mengarah ke Zara, terlihat begitu tajam dan dingin. Zara bahkan merasa tidak nyaman dengan pria itu. “Zara, kau bisa masuk sekarang. Gunakan pakaian ini,” ujar dokter. Zara berjalan masuk ke dalam ruang ICU. Di sana ia bisa melihat dengan jelas, siapa pria yang sedang berbicara bersama sang ayah. Zara mendekati ayahnya, lalu mendapatkan sebuah kabar yang mengejutkan. “Kau akan menikah dengan Paul,” ujar pria dengan tubuh kurus dan terlihat tidak bertenaga. “Papa, apa yang kau bicarakan? Aku masih sangat muda untuk menikah,” ujar Zara membela diri. “Tidak, Sayang. Paul adalah orang yang baik … dia akan menjaga dirimu dan menggantikan aku. Kau akan tinggal bersamanya setelah aku tiada,” jelas Albert, ayah Zara. Zara menatap pria di sampingnya, lalu kembali menatap sang ayah. Zara hanya bisa mengangguk dan menurut pada pria itu. Sampai di mana seorang pendeta hadir, dan atas izin dokter juga pihak rumah sakit. Sebuah upacara sakral terjadi di dalam ICU. Paul, pria yang akan menjadi pendamping Zara merupakan seorang produser terkenal di Amerika Serikat. Dan tanpa Zara sadari, hari itu adalah hari yang begitu menyesakkan untuknya. Di tengah pemberkatan, Albert mengalami gagal jantung, hingga menghembuskan napas terakhir. Meski begitu, tidak menghentikan pemberkatan yang sedang berjalan. Hingga keduanya mengucapkan janji suci pernikahan, dan pendeta mengakhiri kalimatnya. Zara memeluk jasad Albert dengan erat, tangisannya tidak bisa terbendung lagi. Sedangkan Paul masih berdiri dengan wajah sedih. Ia pun menyuruh pihak rumah sakit mengurus pemakaman di hari yang sama. Karena tidak ingin berlama-lama, Paul juga memiliki kesibukan yang tidak Zara ketahui. Selama proses, tidak ada yang datang ke sana. Bahkan Jessie yang seharusnya ada di rumah sakit, ternyata kembali ke studio untuk mengambil kesempatan mendapatkan peran dalam film. Jasad Albert dikremasi, dan abunya di makamkan di pemakaman umum. Dengan mata yang masih sembab, Paul mengajak Zara untuk pulang ke penthouse miliknya yang ada di New York. Dengan penerbangan menggunakan pesawat pribadi, Paul masih diam dan tidak banyak bicara dengan Zara. “Nyonya, apa kau mau minum?” tanya seorang pramugari. “Tidak, terima kasih.” Setelah menempuh perjalanan selama lima jam. Akhirnya mereka sampai di Penthouse milik Paul. Ke duanya masuk ke dalam ruangan yang sangat besar dan memiliki beberapa ruang kamar. “Kamar kita ada di sana,” ujar Paul dengan melangkah menuju ke kamar. Zara hanya mengekor pada pria itu, hingga ia masuk dan duduk di tepi ranjang. Sedangkan Paul membuka brankas untuk mengambil sebuah kertas dan pena. Paul terlihat sibuk menulis, lalu ia memberikan lembaran kertas itu pada Zara setelah selesai. “Apa ini?” tanya Zara. “Kau bisa membacanya dengan perlahan hingga mengerti.” Paul meninggalkan Zara untuk beberapa saat. Sedangkan di dalam kamar, Zara terlihat terkejut. Sebuah perjanjian pernikahan tengah ada di hadapannya. Paul tidak banyak menuntut selain untuk tidak mengganggu kehidupannya. Ceklek … “Apa kau sudah selesai membaca?” tanya Paul dari pintu kamar, “Sudah.” “Bagus.” “Apa aku juga bisa mengajukan permintaan?” tanya Zara. Paul tersenyum lalu berjalan mendekati Zara. Pria itu memiringkan kepalanya dan bertanya apa yang diinginkannya. “Aku ingin menjadi seorang bintang, kau adalah produser … aku yakin, kau bisa melakukannya,” ujar Zara dengan yakin. “Kau memang sangat pintar, Sayang. Baiklah.” Zara nampak senang dengan ucapan Paul. Ia pun kembali bertanya di mana kamar Paul selama ia tinggal di sana. Dan jawaban pria itu membuat Zara tidak nyaman. Ia mengira jika Paul tidak akan menyentuhnya selama berada di sana. Akan tetapi, semua itu diluar perkiraannya. “Kau belum membaca dengan baik isi kontrak itu rupanya.” “Ma-maaf.” “Selama berada di dalam rumah ini, kau adalah istriku. Akan tetapi, satu langkah keluar dari rumah ini … anggap saja kita tidak saling mengenal. Bahkan jangan pernah mencoba menyapa aku diluar meski aku melihat ke arahmu,” jelas Paul. “A-apa?” “Kau mengerti, Sayang?” “I-iya.” “Mandilah, aku tahu kau sangat lelah hari ini. Aku ada di ruang kerja jika kau mencariku,” ujar Paul sembari melangkah ke luar dari kamar. Zara masih sedikit bingung dengan apa yang sedang terjadi dalam kehidupannya. Semua berjalan dengan sangat cepat, hingga ia tidak bisa berpikir dengan jernih. Tidak ingin terus memikirkan semua ini, Zara berjalan menuju ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sedangkan di dalam ruang kerja, Paul membaca ulang kontrak pernikahan itu. Senyum tipis tercetak jelas di wajah Paul. Dan pria itu menyimpan surat perjanjiannya di dalam brankas. Paul kembali meminum minuman yang kini ada di atas meja kerjanya. Ia menatap foto yang terpajang di dinding, lalu sebuah kalimat pun keluar dari mulutnya. “Aku tidak menyangka akan benar-benar melakukannya.” *** Malam ini, Zara sudah berbaring di atas ranjang. Namun, ia tidak bisa terlelap karena takut jika Paul akan melakukan sesuatu pada tubuhnya. Saat mendengar pintu kamar terbuka, Zara berpura-pura untuk tidur. Ia bisa mendengar dengan jelas derap langkah kaki Paul yang mulai mendekat. “Kau sudah tidur?” tanya Paul. Tidak ada jawaban dari Zara, Paul pun berjalan ke walk in closet untuk mengganti pakaiannya. Setelah itu, Paul berbaring tepat di samping Zara. Perlahan kesadarannya menghilang dan ia pun terlelap di dalam alam mimpinya. Sementara Zara merasakan jantungnya berdegup sangat kencang. Ia takut jika jantungnya akan meledak jika ada kontak fisik antara dirinya dengan Paul. Zara bergeser, hingga ke tepi ranjang. Dan saat tanpa sengaja Paul bergerak, tubuh Zara justru terjatuh dari atas ranjang. Bruk! Hal itu tentu membuat Paul terkejut, dan kembali membuka ke dua matanya. Paul melihat Zara ada di bawah ranjang dengan tangan yang menggosok area pinggang. “Ada apa?” tanya Paul. “Hanya mimpi buruk.” Paul membantu Zara untuk bangkit, lalu kembali ke atas ranjang dan tidur bersama. Saat ini, posisi mereka berbeda dari sebelumnya. Paul memeluk erat tubuh Zara dan membuatnya tidak nyaman. “Ehm … apa kau bisa melepaskan tubuhku? Aku merasa tidak nyaman dengan posisi ini,” ujar Zara. “Kau harus mulai terbiasa dengan sentuhan dariku. Apa kau ingin aku melakukannya saat ini juga?” “Melakukan apa?” tanya Zara. “Melakukan yang seharusnya dilakukan pasangan suami istri,” jelas Paul. “Apa? Tidak! Kumohon, jangan sekarang!” ujar Zara memohon. “Aku bukan pria yang seperti itu. Aku tidak akan memaksamu, Sayang. Sekarang tidurlah!” ujar Paul dengan tangan yang masih memeluk Zara. Pada akhirnya, Zara tidak bisa menahan rasa kantuk yang datang. Ia pun terlelap bersama sang suami yang setia memeluk tubuhnya hingga pagi. Keesokan paginya … Zara terbangun dan merasa ada sesuatu yang menyentuh bagian dadanya. Sontak hal itu membuat kesadarannya kembali seratus persen. Dan ia bergerak untuk menjauh dari Paul. “Astaga … hampir saja nyawaku melayang,” gumam Zara. Zara masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, ia berjalan ke dapur dan melihat seorang wanita paruh baya tengah menyiapkan makan pagi. “Selamat pagi, Nyonya,” sapa wanita itu, “Selamat pagi. Maaf, aku kira tidak ada asisten rumah di sini.” “Aku ada di kamar yang di sana, jika kau membutuhkan apapun … kau bisa memanggil aku,” ujarnya menjelaskan. “Baiklah, terima kasih banyak.” Kini Zara bisa duduk dan melihat wanita itu memasak. Zara tidak bisa berdiam diri begitu saja, ia berjalan ke arah lemari pendingin untuk mencari sesuatu. “Nyonya, apa yang sedang kau cari?” tanya wanita itu. “Hmm, aku ingin minum s**u* sebelum makan,” ujar Zara. Wanita itu mengambil gelas, dan membantu Zara untuk menyiapkan segelas s**u*. Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, Zara nampak terkejut saat melihat Paul sudah dalam kondisi siap bekerja. “Kau akan bekerja?” tanya Zara. “Ya. Ada apa?” “Tidak. Aku hanya merasa … masih sedikit lelah.” “Kau cukup di rumah jika kau mau. Jangan memaksakan diri untuk ikut bekerja. Karena kau sudah mendapatkan apapun yang kau inginkan,” jelas Paul. “Ya, aku mengerti. Terima kasih.” Paul menarik kursi yang ada di sana, lalu ia duduk dan menunggu hidangan disiapkan. “Duduk, kita makan bersama!” ujar Paul. Setelah duduk dan menikmati makan pagi ini. Paul berpamitan pada Zara dengan mencium keningnya, lalu berjalan keluar dari penthouse itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
100.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook