bc

Secret Little Wife

book_age16+
6.3K
FOLLOW
39.6K
READ
love after marriage
age gap
forced
arrogant
badboy
drama
sweet
bxg
icy
like
intro-logo
Blurb

"Dulu ... aku sangat gak mengharapkan kamu! Tapi, mulai detik ini ... aku akan membayarnya dengan mencintai kamu selamanya!" Arkana merekatkan genggaman tangannya, Lanina menoleh lalu menatap Arkana dengan lekat. "Jadi, aku sudah bukan istri kecil rahasia kamu lagi, kan?" tanya Lanina dengan nada menggoda, Arkana menyambutnya dengan gummy smile ciri khasnya.

Ya, sejak malam ini, Lanina dan Arkana adalah pasangan suami istri yang sah dan tak ada status yang dirahasiakan lagi. Mereka akan memulainya lagi dengan cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya.

chap-preview
Free preview
Gadis Malang dan Tante Yang Picik
Siang hari di sekolah SMA Harapan Bangsa. Seluruh siswa siswi sedang menjalani kegiatan belajar. Jam pelajaran hanya tinggal beberapa menit lagi. TOK TOK TOK! Ada yang mengetuk pintu kelas 12 B, kelasnya Lanina. Gadis 16 tahun yang duduk di bangku paling depan. Sebenarnya sejak tadi Lanina tak konsentrasi, dia merasa tak enak hati, seperti ada kejadian tak mengenakkan yang akan menimpanya. Dan perasaannya semakin tak menentu kala yang mengetuk pintu kelas adalah Bu Tanti, kepala sekolah bersama dengan Tante Airin, tantenya Lanina. 'Lho, Tante Airin, ngapain dia kesini?' batinnya. Perasaannya semakin tak menentu. "Lanina ... kemasi tas kamu! Kamu harus pulang, kamu kerjakan sisa soalnya di rumah ya!" seru bu Tanti di ambang pintu kelas. Lanina semakin tak mengerti, ada apa sebenarnya? Apalagi Lanina melihat Tante Airin menangis perih di balik punggung Bu Tanti. "I-iya, Bu!" Dari pada penasaran, Lanina ikuti saja perintah bu Tanti. Dia kemasi buku dan pensilnya dengan perasaan yang semakin tak menentu. "Ada apa, Nin?" tanya Emily berbisik, Emily adalah sahabat sekaligus teman sebangku Lanina. "Gak tahu, Em!" tukas Lanina kebingungan. "Ya udah, semoga gak ada apa-apa ya!" kata Emily lalu menepuk pundak Lanina. "Semoga! Makasih ya Em, aku duluan, bye!" pamit Lanina lalu berjalan mendekat ke arah pintu. Setelahnya, ia mengikuti langkah bu Tanti dan berjalan sejajar dengan tante Airin di koridor kelas. "Ada apa, Tan?" tanya Lanina di tengah perjalanan. "Nanti Tante bicarakan di rumah ya, sekarang kamu ikut tante saja!" jawabnya di antara isak tangisnya. "Lanina ... kamu pulang saja! Kamu bisa kembali ke sekolah kapanpun kamu mau! Kamu harus kuat! Kamu adalah anak yang kuat!" kata bu Tanti yang mengantar Lanina dan tante Airin sampai ke halaman parkir sekolah. 'Sebenarnya ada apa?' tanya Lanina dalam hati. Kenapa Tante Airin menangis? Kenapa Bu Tanti mencoba menguatkan? Kenapa dia diperbolehkan pulang? Ada apa ini sebenarnya? "Terima kasih banyak Bu Kepala Sekolah, kalau begitu kami pamit undur diri!" kata tante Airin lalu mempersilakan Lanina masuk ke dalam mobil terlebih dulu. Lanina pun masuk dan tante Airin menyusul. Keduanya duduk di seat belakang sementara yang mengemudi adalah pak Diman, sopir pribadi keluarga Lanina. "Ada apa, Tante? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Lanina di tengah perjalanan. "Kamu yang tabah ya!" sahut Tante Airin dan itu sama sekali tak menjawab pertanyaan Lanina. "Tabah? Memangnya ada apa sih?" "Lanina ... aaah, Tante gak tahu harus menyampaikannya dengan cara seperti apa ...." Airin kembali mengulur rasa penasaran Lanina. "To the point! Gak usah berbelit-belit! Ada apa Tan, please jangan bersikap seperti ini, jangan buat aku penasaran!" tuntut Lanina. "Pesawat yang ditumpangi ayah dan ibumu, hilang kontak sekitar 35 menit setelah lepas landas dari Changi Airport!" Barulah Lanina mengerti. Seketika matanya berbinar-binar. Kabar itu serupa benda keras yang menghantam kepalanya. Apakah firasat buruk yang ia rasakan sepanjang hari ini adalah refleksi kejadian buruk yang menimpa kedua orang tuanya? "Berdo'a saja! Semoga ada keajaiban!" kata tante Airin lalu memeluk Lanina dengan erat. Seketika, detik itu juga tangis Lanina pecah, dia menangis histeris, dan bahkan pak Diman yang sedang mengemudi pun tak kuasa menahan kesedihannya. "Gak mungkin! Gak mungkin, sore ini ayah dan ibu akan segera pulang ke rumah! Mereka akan pulang kok!" Lanina meracau, emosinya tak terbendung. "Tenanglah! Kamu cuma perlu berdo'a Lanina, berharaplah kalau keajaiban itu ada!" tenangkan tante Airin. "Gak! Aku yakin kalau berita itu cuma hoax! Iya, kan? Itu cuma hoax, Tante?!" "Lanina ... Tante tahu ini berat untukmu, tapi ... sadarlah! Tak ada yang menginginkan ini terjadi, tapi ini adalah takdir!" "Pokoknya aku gak mau tahu! Pokoknya aku akan menunggu di rumah! Aku yakin nanti sore ayah dan ibu akan sampai di rumah dengan selamat!" Lanina masih meracau, hal itu bahkan membuat pak Diman benar-benar menangis sembari fokus mengemudi. Tante Airin mengeratkan pelukannya. Tapi itu sama sekali tak bisa mengganti pelukan hangat ibu Lanina. Apakah yang akan terjadi? *** Kecelakaan pesawat yang orang tua Lanina tumpangi ternyata bukan hoax. Kabarnya, kontak terakhir terdengar di sekitar selat Sunda, selat yang memisahkan antara pulau Sumatera dan pulau Jawa. Puing-puing sebagian sudah diketemukan. Tim Sar sudah melakukan evakuasi sejak dua hari yang lalu dan baru beberapa jasad saja yang sudah berhasil diidentifikasi. Dan Lanina hampir gila karena sore yang harusnya menjadi momen kumpul keluarga yang orang tuanya janjikan itu sudah lewat dua hari. Orang tua Lanina memang pebisnis yang sibuk. Mereka sudah biasa pulang pergi ke luar negeri. Dan sesungguhnya, Lanina merasa kesepian selama ini. Walau pun Lanina mendapatkan segala yang ia inginkan, tapi dia kehilangan waktu dan perhatian orang tuanya. Dan mulai sekarang, Lanina akan benar-benar kehilangannya, untuk selama-lamanya. Setiap hari, pihak sekolah dan teman-teman Lanina silih berganti mengunjungi rumahnya untuk berbela sungkawa. Deretan karangan bunga menghiasi halaman rumah Lanina yang luas nan megah. "Nin ... kamu yang tabah ya!" kata Emily, pada Emily saja Lanina mau berbicara. Sudah dua hari ini Lanina mogok bicara, dia mengurung diri di kamar walau para tamu berdatangan dan ingin menghiburnya. "Sebaiknya aku mati juga, Em!" gumamnya dengan air mata yang tak jua mengering. "Hus! Kamu gak boleh bicara begitu, Nin!" "Kalau di dunia ini waktu kami sangat terbatas ... mungkin di surga sana kami akan selalu bersama! Tak ada lagi urusan bisnis! Tapi kami akan benar-benar berkumpul sebagai keluarga!" lirihnya, Emily sampai belasan kali mengusap air mata yang juga memaksa turun dari matanya yang sudah sembap-sembap itu. Pasti Emily merasakan kegetiran yang Lanina rasakan saat ini. "Ya ampun, Nin! Kamu jangan bicara begitu dong! Kamu harus terima, ini takdir Tuhan! Walaupun saat ini raga mereka gak ada disini, tapi kasih sayang mereka tuh abadi buat kamu! Kamu harus bangkit! Masih banyak petualangan yang akan kita lalui, masih banyak hal yang akan kita raih! Ini bukan akhir dari segalanya!" "Aku gak tahu, Em! Apa aku bisa hidup sendiri tanpa mereka?" "Kamu gak sendirian!" Mereka kembali berpelukan, melepas duka yang tak jua enyah itu. Bagi Lanina saat ini yang paling bisa ia percaya adalah Emily. Kenapa Emily? Bukankah saat ini kerabat terdekat Lanina adalah tante Airin? Tante Airin adalah adik angkat mendiang ayahnya Lanina. Ya, sejak lama, sejak kecil, Lanina sudah mengetahui perangai asli tante Airin. Dia yakin kalau kepergian orang tuanya akan dimanfaatkan oleh tante Airin yang secara terang-terangan menginginkan harta dan aset yang ayah dan ibu Lanina bangun dari nol. Tapi untuk saat ini, itu bukan masalah untuk Lanina, Lanina masih sangat berduka, dia tak peduli dengan harta, dia hanya ingin ayah ibunya kembali, kalau masih mungkin. *** Seminggu kemudian, tim SAR masih juga belum mampu mengevakuasi seluruh korban kecelakaan yang berjumlah sekitar 230 orang itu. Kecelakaan pesawat memang hampir tak pernah menyisakan korban selamat. Lanina sudah mulai bisa mengendalikan dirinya. Dia hanya bisa menerima karena bagaimanapun juga ini adalah takdir Tuhan. Di rumah besar itu hanya ada dirinya dan beberapa pembantu. Dan belakangan, Tante Airin jadi lebih sering datang ke rumah. Bahkan meminta beberapa dokumen penting yang tersimpan di ruang kerja mendiang ayahnya Lanina. Karena Lanina adalah anak yang tak begitu tahu tentang peralihan nama atas aset-aset yang ditinggalkan, maka dia tak menyadari kalau tante Airin sedang mengalih namakan semua aset miliki orang tua Lanina menjadi atas namanya. Dan sialnya, kuasa hukum keluarga Lanina ternyata memang ada affair dengan tante Airin. Singkatnya, tante Airin mencaplok semua harta peninggalan orang tua Lanina. Tapi sungguh, Lanina benar-benar tak peduli. Dukanya saat kehilangan orang tuanya masih lebih penting dia tangisi dari pada harus mengurusi harta dan tahta. "Lanina ... kamu jangan salah faham dulu, ya! Tante lakukan ini semua demi kebaikan kamu! Nanti, kita akan membalikan lagi semua aset ini atas namamu saat kamu sudah dewasa!" kata tante Airin, mereka bertiga sedang duduk dan berbincang serius di ruang tamu. "Iya Lanina, untuk sementara, biarkan lah tantemu ini yang meneruskan bisnis mendiang ayahmu!" tambah pak Irawan, kuasa hukum keluarga Lanina. Sesekali pak Irawan berkedip ke arah tante Airin, 'menjijikan!' cibir Lanina. Dia sangat tak suka dengan tingkah genit kedua orang dewasa di hadapannya saat ini. "Saya serahkan semuanya pada kalian!" sahut Lanina lalu bangkit dan beranjak. Tante Airin terlihat begitu bahagia. Keputusan pasrah Lanina adalah celah yang sangat besar untuknya. Tante Airin memang gila harta, kalau dia tak bisa memutarkan roda bisnis almarhum orang tua Lanina, bukan tak mungkin, aset yang bernilai puluhan miliar itu akan habis dalam waktu beberapa bulan saja, secara tante Airin adalah seorang yang berprilaku hedon. "Bagaimana kalau kita liburan ke Eropa, sayang?" kata tante Airin pada pak Irawan sambil bersandar manja. "Wah, boleh tuh sayang! Kita bisa berlibur selama dua pekan disana! Harta Kakakmu kan banyak sekali, tak akan habis dalam setahun!" tukas pak Irawan. "Baiklah! Kita akan keliling Eropa!" Itu lah rencana terselubung yang sedang tante Airin dan pak Irawan rancang. Lanina sama sekali tak peduli. Untuknya saat ini, urusan harta bukanlah segalanya. Jika masih mungkin bisa untuk memutar waktu, Lanina ingin menghabiskan sisa waktunya bersama kedua orang tuanya

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook