bc

Memikat Hasrat Sugar Daddy [BAHASA INDONESIA/ON GOING]

book_age18+
1.4K
FOLLOW
13.3K
READ
billionaire
love-triangle
possessive
sex
one-night stand
drama
bxg
single daddy
suger daddy
city
like
intro-logo
Blurb

Setelah memutuskan untuk bebas dari bisnis kupu-kupu malam yang sempat dilakoninya, Olivia Munia Hayden memberanikan diri untuk banting stir menjadi seorang sugar baby. Siapa sangka, Olivia yang awalnya pesimis saat kawannya mengenalkan bisnis ini padanya, lambat laun malah jadi semakin terbuai dan tenggelam dalam praktik dewasa tersebut.

Olivia merasa lebih nyaman menjadi seorang sugar baby. Terlebih-lebih lagi dirinya tidak usah berpapasan dengan lelaki hidung belang yang acap kali berlaku kasar padanya. Selain itu, tak jarang sugar daddy-nya menghadiahi Olivia tidak hanya dengan uang dan barang-barang mewah, tapi juga dengan perhatian dan kasih sayang.

Berbekal ilmu yang dia pelajari dari Tristan, lelaki yang mengenalkannya pada s*x, serta pelatihan dari Tante Sherly, mantan muncikarinya, Olivia mengubah dirinya menjadi sugar baby terbaik dan terseksi di kelompoknya. Banyak pejabat dan petinggi perusahaan yang tak segan-segan mengeluarkan biaya mahal hanya untuk berkencan dengan dirinya.

Hingga tanpa sengaja, Olivia dipertemukan dengan sugar daddy barunya, yaitu Dominic Arya Genio. Seorang direktur sekaligus duda beranak satu yang dulunya adalah mantan aktor terkenal. Tidak butuh waktu lama bagi Dominic untuk menggaet cinta Olivia. Namun di saat Dominic hendak meresmikan cintanya ke jenjang yang lebih serius, dia malah terlibat sebuah kasus pembunuhan yang korbannya adalah Olivia sendiri.

Mampukah Dominic mengungkap kasus tersebut dan mempertahankan hubungan asmaranya dengan Olivia? Ataukah Olivia lebih memilih untuk kabur dan menjalani hidupnya kembali sebagai seorang kupu-kupu malam?

chap-preview
Free preview
Chapter 1 - Belajar Menyelami Dunia Malam
Riuhnya suara musik disko mengisi setiap sudut ruangan Fortuna Diskotek & Night Club. Tempat hiburan malam orang dewasa itu sedang ramai didatangi pengunjung. Bermandikan cahaya lampu yang agak temaram, beberapa tamu yang sudah separo mabuk itu asik b******u. Ada juga yang sedang meliukkan tubuhnya dengan sensual di atas lantai dansa. Tak peduli meskipun harus jadi tontonan mata banyak orang. Seorang perempuan muda berusia dua puluh dua tahun, Olivia Munia Hayden namanya, mengikuti jejak seorang lelaki yang usianya cuma lebih tua tiga tahun darinya. Olivia akan diajak ke salah satu hotel terdekat oleh Tristan Palmer. Dialah anak buah Tante Sherly, munciikari Olivia, yang akan mengajari Olivia bagaimana caranya berhubungan badan yang baik dan benar untuk pertama kali. Hidup Olivia boleh dibilang lumayan membuat miris hati. Dia tidak pernah tahu siapa orangtua kandungnya. Dia ditelantarkan begitu saja. Akta lahirnya pun tidak ada. Untungnya, dia ditemukan oleh Seruni, seorang wanita paruh baya bertutur kata lembut, di depan gerbang rumah asuhnya. Sejak bayi Olivia dirawat oleh ibu Seruni. Ibu Seruni juga yang memberikannya nama, membesarkannya, serta menyekolahkannya hingga tamat SMA. Tapi kehidupan Olivia di rumah asuh kurang mengenakkan. Karena anak asuh ibu Seruni jumlahnya banyak, tak jarang mereka jadi kekurangan makan. Ibu Seruni hanya mengandalkan bantuan pemerintah setempat dan rasa kasihan dari masyarakat untuk membesarkan seluruh anak asuhnya. Selain itu, karena fisiknya yang nyaris sempurna bak seorang model papan atas itu, sering membuat Olivia jadi bahan utama pergunjingan teman-teman satu rumah asuh yang merasa iri padanya. Sebenarnya sudah beberapa kali pula pasangan yang tak kunjung dikaruniai anak mencoba untuk mengadopsinya. Namun Olivia selalu menolak. Baginya, sosok ayah dan ibu cuma lambang kesedihan. Dan kini tekad Olivia sudah bulat. Dia merasa sudah saatnya berdiri di atas kaki sendiri dan tidak lagi membebani ibu Seruni. Setelah memilih untuk lepas dari rumah asuh ibu Seruni, Olivia memutuskan untuk menjajal dunia kupu-kupu malam. Tante Sherly memang sudah ‘jatuh hati’ pada Olivia semenjak pertama kali tidak sengaja melihatnya membeli dua kaleng beer di supermarket yang letaknya tak jauh dari diskoteknya. Tidak hanya cantik, proporsi tubuh Olivia juga pas. Kakinya jenjang. Gundukan kembar dan bokongnya kencang. Pinggangnya kecil. Bentuk tubuhnya mirip seperti jam pasir. Kulitnya mulus. Rambutnya tebal dan halus. Tatapan matanya yang sayu itu seolah-olah bisa menyihir siapapun untuk mau diajak ‘tidur’ dengannya. Bagi Tante Sherly, Olivia bisa jadi lahan pundi-pundi uang baru untuk memenuhi rekening banknya. Sifatnya yang keibuan dan tidak memaksa itu juga berhasil menggaet hati Olivia. Apalagi Tante Sherly juga punya kemampuan bak seorang salesman. Dia bisa dengan cepat mempengaruhi Olivia untuk ikut terjun bersama dirinya ke dalam ‘bisnis dewasa’ dengan iming-iming uang yang melimpah. Dan Olivia yang cuma lulusan sekolah menengah atas itu tentu saja tidak menolak. Dia memang pintar dan punya skill yang bagus. Tapi sayangnya, setiap kali dirinya melamar kerjaan, yang ditanyai pertama kali adalah perihal gelarnya. Otak dan kemampuannya seolah-olah kalah dengan selembar ijazah. Dan usai menemukan pekerjaan yang cocok dengan kualifikasi dirinya, lantas apa lagi yang harus Olivia tunggu? Ditambah lagi, dia tidak menyangka kalau yang akan diutus oleh Tante Sherly untuk ‘merobek’ perisai keperawanannya adalah Tristan. Tak bisa dipungkiri, Tristan Palmer memang tampan dan sexy. Dia dianugerahi fisik yang diinginkan semua laki-laki. Tinggi badan semampai, wajah tampan nan bebas jerawat, badan berotot dengan perut kotak-kotak, hidung mancung bak perosotan, garis rahang yang terpahat tajam—plus batang keperkasaan yang besar, gagah dan tahan lama. Matanya yang berwarna biru dengan ring warna hijau di bagian luarnya itu juga seketika menghipnotis Olivia. Keduanya check in di salah satu hotel bintang tiga pukul sembilan malam. Dalam ransel hitamnya, Tristan sudah menyiapkan dua buah ‘alat pengaman’ serta sebotol pelumas. Begitu tiba di dalam kamar hotel, dia langsung menanggalkan satu per satu pakaiannya di hadapan Olivia, lalu membantu Olivia melepas seluruh pakaiannya. Tristan menelan salivanya dengan kasar. Dia tidak bisa berhenti mengagumi akan betapa menggiurkannya tubuh perempuan yang kini sedang ditindihnya di atas ranjang itu. “Kamu yakin mau melakukan ini?” tanya Tristan ragu-ragu. Olivia mengangguk, “Seratus persen yakin.” Dia menyeringai lebar lalu mencium bibir Olivia sambil mengusap-usap keningnya. Diremasnya dua gundukan ranum itu dan disesapinya secara bergantian kedua puncaknya yang sedikit menegang. “Mungkin akan terasa sakit saat baru pertama kali melakukannya, maka dari itu …,” gumam Tristan. Tubuhnya bergerak ke bawah dan berheti tepat di depan lipatan kenikmatan milik Olivia yang belum pernah terjamah oleh tangan siapapun itu. Dia menciumi paha mulus serta lipatan kenikmatan milik Olivia sejenak, lalu mendongakkan kepalanya dan lanjut bicara, “… kita harus melakukan ‘pemanasan’ terlebih dulu.” Tetapi sesi percintaan itu tidak bertahan lama. Olivia hanya tahan satu ronde, itupun tak sampai sepuluh menit. Padahal Tristan masih menginginkan lebih. Namun sebagai seorang laki-laki yang menjunjung tinggi hak perempuan, dia menghargai keputusan Olivia. Apalagi Olivia nampak begitu kesakitan dengan miliknya yang jumbo. Dia malah jadi merasa bersalah karena sudah menyakiti Olivia. “Maaf, harusnya kita coba pakai vibrator dulu,” ujar Tristan. “Tidak apa-apa,” gumam Olivia seraya menahan perih di daerah intimnya. Keduanya berbaring samping-sampingan di atas ranjang, berbekal selimut hotel yang menutupi tubuh polosnya. Tristan terdiam sejenak sebelum lanjut bicara. “Kamu yakin mau jadi seorang kupu-kupu malam?” tanyanya. Raut wajahnya berubah risau. “Belum ada kata terlambat. Kalau kamu berubah pikiran, Tante Sherly pasti akan mengizinkanmu untuk cari pekerjaan lain,” timpalnya. “Keputusanku sudah tidak bisa diganggu-gugat,” tutur Olivia mantab. Dia tersenyum tipis. “Memangnya apa alasanmu menyuruhku untuk berhenti?” tanyanya penasaran. Tristan beranjak separo menindih tubuh Olivia. Dia menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi dahi dan pipi Olivia. “Kamu terlalu cantik …,” jawabnya. Dipandanginya Olivia dengan sorot serius. “… dan tubuhmu ini terlalu berharga untuk dicicipi banyak lelaki,” sambungnya. Ada sedikit mimik kekecewaan yang tergambar di wajahnya. Namun Olivia tetap mempertahankan argumennya. “Aku tidak punya pilihan lain,” tutupnya. ***** Keesokan harinya, Tristan kembali menemui Tante Sherly di diskoteknya. “Bagaimana?” tanya Tante Sherly sambil memegangi sebatang rokok menggunakan tangan kanannya. Tristan menghela nafas panjang. “Aku sudah mengajarinya beberapa hal, termasuk soal ‘pemanasan’, pentingnya menggunakan ‘alat pengaman’ dan pil pencegah kehamilan,” jawabnya. Dia tersenyum kecut. “Sepertinya dia akan jadi primadona barumu, Tante,” imbuhnya. Tante Sherly tersenyum lebar. “Nah, bagus itu! Terima kasih atas kerjasamanya, ya?” soraknya seraya menepuk pelan pipi mulus Tristan sebanyak tiga kali. Lawan bicaranya hanya terdiam seribu bahasa. Wajahnya sedikit berubah jadi gusar. Bibirnya terlihat agak mencibir. Padahal tidak ada yang memaksa Olivia untuk melakoni profesi dewasa ini. Dia juga bukan siapa-siapa bagi Tristan, tapi kenapa dia malah merasa dongkol? Senyum di wajah Tante Sherly melebar. “Terus, kenapa mukamu masam begitu?” tanyanya. “Hei, bukannya harusnya kamu merasa bangga karena jadi orang pertama yang ‘membelah’ goanya?” ujarnya separo bergurau. “Satu pesanku, jangan berlaku kasar pada Olivia,” pinta Tristan seraya menatap tajam ke arah mata Tante Sherly yang dibingkai garis eyeliner warna hitam itu. Tante Sherly menggeleng. “Aku tidak pernah berbuat semena-mena pada ‘anak-anakku’, sayang. Aku juga tidak pernah memaksa Olivia, kau tahu itu, kan? Dia bebas menentukan pilihannya sendiri,” tuturnya. Tristan kembali menghela nafas panjang. Dia berkacak pinggang. “Sebaiknya Olivia jangan ‘melayani’ tamu dulu. Tunggu kira-kira beberapa hari lagi sampai dia benar-benar siap,” sarannya. Tante Sherly hanya mengangguk seraya menghirup dalam-dalam batang nikotinnya. ***** Selang dua minggu kemudian, Olivia memberanikan dirinya untuk melayani ‘tamu’ pertamanya. Adalah seorang bapak-bapak berusia empat puluh tiga tahun. Namanya Jamal, manager di suatu perusahaan konstruksi yang diam-diam suka ‘jajan’ di luaran tanpa sepengetahuan istrinya. Jamal berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Tristan. Dia kasar dan memaksa. Karena Olivia tidak sudi melayani nafsunya, Jamal bahkan mengancamnya menggunakan sebilah pisau lipat. “Dasar wanita jalangg! Aku membayar mahal untukmu, dan kau memperlakukanku seperti ini?!” umpatnya. Olivia tidak pernah menyangka ternyata menjadi seorang kupu-kupu malam akan berisiko setinggi ini. Dengan penuh emosi dia mendorong Jamal, yang sudah mabuk berat itu, hingga jatuh ke atas lantai kamar diskotek. Diambilnya pisau lipat itu dari tangannya lalu dilemparnya ke salah satu botol minuman keras milik Jamal hingga isinya tumpah. Diludahinya wajah Jamal yang nampak teler itu, dan setelahnya buru-buru Olivia keluar dari kamar diskotek yang disiapkan khusus untuk ‘melayani’ tamu tersebut. Pada akhirnya, dia gagal ‘melayani’ tamu pertamanya. Dia bertemu kembali dengan Tristan, yang sedang duduk sendirian di meja bar dengan raut wajah murung. Tristan langsung menghampiri Olivia begitu melihat kedatangannya. Diperhatikannya sejenak lengan dan paha Olivia yang agak lecet karena sabetan ikat pinggang Jamal. “Tubuhmu kenapa?” tanyanya cemas sembari memegangi lengan Olivia. “Jamal … Dia mengancam mau menusukku dengan pisau lipat,” jawab Olivia. “Bangsatt!” Tanpa pikir panjang, Tristan langsung menghampiri Jamal, yang masih terlentang kaku di atas lantai kamar tidur diskotek. Dia membogem wajah dan perutnya secara membabi-buta. Tristan yang masih muda dan banyak tenaganya itu bukan tandingan yang pas untuk Jamal. Olivia dibuat makin kalang kabut. Dia takut Jamal malah meregang nyawa. “Sudah, Tristan!” bentak Olivia seraya melerai keduanya. Tante Sherly yang diberitahu ‘tamu’ lain perihal keributan itu, langsung datang untuk mengecek bersama seorang security. “Ada apa sih ribut-ribut?!” tanyanya dengan mata membeliak lebar. “Jamal, Tante! Dia mau menyelakai kami!” jawab Olivia. “Duh! Dasar kepala botak bikin masalah saja!” gerutu Tante Sherly. Dia menjewer telinga Jamal hingga memerah lalu menyuruh security untuk membawanya keluar dari diskoteknya setelah itu. Tristan begitu puas melihat kepergian Jamal. Dia lanjut bicara pada Olivia lagi. “Mau aku obati?” tawarnya seraya menangkupkan wajah Olivia dengan kedua tangannya. Namun Olivia tidak sempat menjawab. Tante Sherly keburu menghampirinya. “Kamu boleh istirahat,” perintahnya pada Olivia sambil memegangi pundaknya. Olivia hanya mengangguk, lalu pergi meninggalkan Tristan dan Tante Sherly seraya memegangi lengan kirinya. Usai menunggu hingga suasana benar-benar kondusif, barulah Tante Sherly bicara pada Tristan lagi. Dia memandang Tristan curiga. “Baru kali ini tante melihatmu sedekat itu dengan ‘anak’ tante,” tuturnya. “Kamu suka dengan Olivia?” ♥♥TO BE CONTINUED♥♥

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook