bc

Perfect Duda

book_age16+
5.0K
FOLLOW
46.0K
READ
others
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Januarta Prayoga adalah seorang dokter tampan yang terkenal dengan panggilan duda keren di rumah sakit tempatnya bekerja. Dia juga sering menjadi sasaran empuk para dokter dan perawat wanita untuk menjadi pengganti istrinya. Namun, sampai detik ini tak ada yang bisa mengusik hati Janu, karena sang anak begitu dingin dan tak suka dengan adanya wanita asing yang mendekati sosok sang ayah.

Hingga suatu hari, pertemuannya dengan seorang gadis amnesia membuat Janu kembali merasakan getaran cinta di hatinya. Apalagi kedekatan putranya dengan wanita itu, semakin membuat hatinya ada di jurang kebimbangan.

Lalu bagaimana kisah Dokter Janu dengan gadis Amnesia tersebut?

chap-preview
Free preview
Prolog
Mobil melaju dengan kecepatan sedang di tengah hujan yang cukup lebat. Sepasang suami istri tampak tak berhenti tersenyum setelah mengetahui jenis kelamin anak pertama mereka yang sudah begitu dinanti kehadirannya. "Mas, aku gak sabar untuk anak kita lahir," ucap Riana sambil mengusap perut besarnya. "Iya, Sayang. Aku juga gak sabar mau gendong dan ajak main jagoan kita," sahut Janu yang sedang fokus membawa mobilnya. Riana mengangguk setuju, ia terus saja mengusap perutnya yang semakin hari semakin membesar. Sedang asik mengusap perutnya, tiba tiba Riana merasakan sesuatu menendang perutnya dengan cukup kuat. "Aduh, Mas. Si dedek nendang kenceng banget," ujar Riana dengan senyuman yang mengembang di wajahnya. "Sungguh?" tanya Janu bersemangat. Riana mengangguk, dia membawa tangan Janu ke perutnya, membiarkan sang suami merasakan tendangan anak dalam kandungan nya. "Astaga! anak Papa," ucap Janu dengan nada bahagia ketika merasakan tendangan sang anak yang memang jarang sekali dirasakan oleh sang istri. "Terima kasih, Sayang," ungkap Janu dengan bahagia, ia berikan kecupan di kening istrinya dengan lembut. Terlalu fokus dengan kebahagiaannya, Janu dan Riana sama-sama lupa jika mereka masih dalam perjalanan pulang. Janu melupakan jika saat ini dirinya tengah membawa mobil dan ia melepas setir mobilnya begitu saja. Suara klakson mobil dan sinar lampu menyerang indra penglihatan menyadarkan keduanya, Riana dan Janu sama sama terkejut, suara teriakan terdengar sebelum sesaat hanya kegelapan yang terlihat. "Riana!" teriak Janu terbangun dari tidurnya. Mimpi itu lagi, mimpi yang selalu membuat Janu ingat akan kejadian na'as bersama sang istri. Kejadian empat tahun lalu yang merenggut nyawa Riana beserta kebahagiaan rumah tangga mereka.  "Riana." Tatapan matanya beralih pada foto yang terpajang di dinding kamar. Foto yang memperlihatkan bagaimana cantiknya Riana tersenyum, tubuh indahnya yang terbalut gaun pernikahan dan mahkota yang bertahta di kepalanya seperti seorang ratu kerajaan. "Papa," panggil seorang bocah dari luar kamar. Janu mengusap wajahnya, ia membuka pintu kamarnya. Senyuman bocah lelaki yang begitu manis selalu berhasil membalikkan suasana hati seorang Janu. "Papa kenapa?" tanya bocah itu dengan suara lucu dan wajah polosnya. "Papa gak apa apa, Zean," jawab Janu tersenyum hanya sekedar menutupi rasa sedihnya di hadapan sang putra. "Zean sudah sarapan?" tanya Janu menggendong putranya kemudian membawanya masuk ke dalam kamar. "Belum, tapi aku sudah mandi, tidak seperti Papa ." Jawab Zean membuat Janu terkekeh. "Baiklah, karena Zean sudah mandi, maka Papa juga akan mandi," timpal Janu menurunkan Zean dari gendongannya. "Zean tunggu Papa di bawah ya! minta siapkan sarapan dulu sama Bibi Nini, nanti Papa nyusul," lanjut Janu seraya mengusap rambut gelombang putranya. "Oke, Papa," balas Zean melambaikan tangan nya pada Janu kemudian pergi dari kamarnya. Setelah kepergian Zean, Janu kembali menghilangkan senyumannya. Semenjak kepergian Riana, Janu menjadi pria pendiam dan dingin, senyumannya hanya ia tunjukkan kepada Putranya saja. Meja makan panjang yang hanya diisi oleh dua orang, menu sarapan telah tersedia di atas meja. Janu duduk di ujung meja seraya menikmati sarapannya, sementara Zean duduk dua bangku dari sang Papa. "Pelan-pelan, Zean. Kamu bisa mengotori pakaianmu!" tegur Janu melihat putra nya yang terburu-buru. Zean mengangguk mengerti, ia melanjutkan makan nya dengan hati-hati agar tidak ditegur oleh sang papa. "Zean, Papa harus berangkat bekerja. Kamu baik-baik di rumah sama Bi Nini ya!" tutur Janu mengusap kepala putranya. "Papa ikut!" pinta Zean memeluk pergelangan tangan sang Papa. "Zean, kamu anak yang pintar, 'kan?" tanya Janu lembut. Zean mengangguk kecil. Janu melepas tangannya dari pelukan sang anak, ia tersenyum kemudian memberikan kecupan di pipi Zean. "Bi Nini, tolong ya," pinta Janu pada pengasuh sang anak. "Baik, Tuan," balas Bi Nini dengan sopan. Janu bergegas pergi meninggalkan rumah dan juga putranya yang tampak bersedih, sebagai seorang Ayah, tentu Janu merasa kasihan. Zean tumbuh menjadi anak yang tampan dan juga pendiam, ia hanya bicara pada sang Papa saja. "Zean, mau main sama Bibi?" tanya Bi Nini dengan lembut. Zean menggeleng, bocah itu beranjak dari tempat duduknya kemudian berlari menuju kamarnya. Seperti biasa setelah sang Papa pergi, Zean akan mengunci diri di dalam kamar sendiri sampai sang Papa pulang. "Den Zean," panggil Bi Nini mengejar anak majikannya namun tidak mendapat jawaban dari Zean. Pelayan perempuan itu segera berlalu dari kamar Zean, sejak bekerja di rumah ini ia tidak pernah melihat ada kebahagiaan. Tuannya yang selalu murung dan Zean yang hanya ingin bicara pada tuannya. To be Continued

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook