bc

MARSHA

book_age0+
1.8K
FOLLOW
24.8K
READ
fated
second chance
arrogant
goodgirl
doctor
drama
like
intro-logo
Blurb

Dia ramah

dia baik hati

hidupnya senang dan nyaman

tapi dia merasa bosan

setelah patah hati dengan seorang wanita dia ingin mendapatkan sebuah tantangan yang bisa membuat hidupnya makin berwarna...

dan tantangan itu ada di depan matanya..

sanggupkah dia menaklukan tantangan itu?

ikuti kisahnya di sini...

chap-preview
Free preview
PROLOG
Marsha mengamati ruangan tempat dia akan bekerja di sini. Ruangan dengan dinding bercat putih, bau obat itulah yang akan menjadi tempat kerjanya di sini. Pulang ke Indonesia harusnya bisa memberikannya mimpi yang sempurna. Harusnya dia bisa hidup bahagia dengan wanita yang dicintainya. Tapi takdir menuliskan lain. Dia hanya bisa berharap tapi semuanya ada di tangan Tuhan. Dia mencoba untuk menerima kenyataan pahit kalau dia tidak akan mendapatkan seorang Bintang. Wanita yang selama ini dicintainya secara diam-diam itu ternyata bukan jodohnya. Dan dia berusaha untuk berlapang d**a. Tapi tetap saja kenyataan itu membuatnya sedikit terpuruk. Hanya Bintang yang dicintainya selama ini. Hanya wanita lemah lembut itu yang telah mengisi hatinya dan menghangatkannya selama bertahun-tahun. Marsha tahu diri. Dan karena dia sudah memutuskan untuk menetap di sini, dan menemani sang papa dan mamanya. Marsha menerima tawaran sang papa untuk mengurusi salah satu rumah sakit milik keluarga. Orang tua Marsha memang mempunyai beberapa rumah sakit yang sudah turun temurun. Dulu, Marsha dipaksa menjadi seorang dokter. Tapi Marsha tidak ingin. Akhirnya dia mengambil manajemen, dan sekarang berguna. Marsha tersenyum puas saat mengamati ruangannya itu. Lalu perutnya tiba-tiba terasa lapar. Dia segera melangkah keluar dari kantornya. Sebenarnya sejak kemarin papanya sudah memperkenalkan kepada seluruh staf rumah sakit ini. Tapi baru kali ini Marsha akhirnya memulai pekerjaannya. Marsha membenarkan dasinya dan kini melangkah menuju kantin yang ada di rumah sakit itu. "Selamat pagi Pak Marsha." "Pagi Pak." Marsha hanya mengangguk. Dia sudah mengajak briefing tadi pagi kepada semua staf yang ada di sini, baik dari dokter, perawat dan semua karyawan yang shift lagi di rumah sakit ini. "Selamat pagi pak." Suara lembut itu membuat Marsha menoleh ke arah sampingnya. Dan mendapati seorang dokter muda yang namanya sangat diingat Marsha. Dokter Wina. Salah satu dokter anak yang ada di rumah sakit ini. Sosoknya yang lemah lembut dan juga cantik membuat Marsha tidak bisa lupa begitu saja kepada dokter cantik ini. Sejak diperkenalkan kemarin, Marsha memang memperhatikan dokter ini. "Owh dokter Wina ya? Pagi dok. Eh jangan panggil pak, saya belum ubanan loh." Dokter Wina tersenyum dengan begitu manis di sampingnya. Mereka masih melangkah bersamaan di koridor rumah sakit. Mereka melewati poliklinik yang langsung dekat dengan kantin. Pagi ini poliklinik begitu padat oleh pasien. Marsha langsung memiliki ide untuk memperluas poliklinik ini agar pasien merasa nyaman. "Ya enggak sopan kalau panggil nama. Bapak kan manajer di sini." Marsha tersenyum manis kali ini. Suka dengan suara Dokter Wina yang begitu lembut. "Ehm rupanya dokter anak itu lemah lembut ya? Saya suka." Celetukannya itu membuat Dokter Wina tersipu. Dan Marsha kali ini tersenyum lagi. Sungguh ini merupakan obat dari patah hatinya karena Bintang. Hidung yang mancung, kulit yang putih mulus dan rambut panjang tergerai sebahu membuat sosok Dokter Wina begitu mudah di sukai. "Pak Marsha jangan menggoda saya. Nanti ada yang marah loh." Ucapan Dokter Wina membuat Marsha menghentikan langkahnya. Mereka memang akhirnya sudah sampai di kantin. "Yang marah suami dokter?" Marsha mengerutkan keningnya. Berharap Dokter Wina memang belum bersuami. Dan kali ini Dokter Wina menatap Marsha dengan senyum yang tulus. "Saya masih muda dok dan masih memikirkan karir saya. Ingin mempunyai tempat praktek dulu baru nikah." Marsha tentu saja tertawa puas mendengar itu. Dia langsung menunjuk kursi yang ada di depannya. "Kalau begitu, maukah bergabung dengan saya untuk sarapan?" Dan anggukan Dokter Wina membuat Marsha kembali tersenyum puas. ***** "Dokter Wina, ini sudah jam berapa? Bukankah Anda harusnya visit ke bangsal anak?" Suara itu mengagetkan Marsha yang tengah berbincang akrab dengan Dokter Wina. Rupanya tidak salah Marsha tertarik dengan Dokter cantik di depannya ini. Dia cantik dan juga cerdas. Obrolan selama sarapan di kantin ini terasa begitu menyenangkan. "Owh maaf. Dokter Melani, ini bukan shift saya. Saya sudah habis shift pagi ini."   Marsha langsung menoleh ke arah sampingnya. Di sana sudah berdiri Dokter Melani. Dari yang diketahui Marsha dokter ini memang Dokter pengawas di bangsal anak. Dalam artian dia yang membawahi semua dokter yang ada di bangsal anak. Wajahnya yang cantik tapi licik bisa terlihat jelas. Marsha sejak pertama di kenalkan dengan Dokter Melani memang sudah tidak suka. Ada aura jahat dan mengancam di wajah cantiknya itu. "Dokter Melani. Selamat pagi?"Marsha menyapa dokter itu hanya sekedar basa basi. Dan Dokter Melani tersenyum kepadanya. "Selamat pagi Pak Marsha. Selamat datang di rumah sakit ini dan selamat bekerja." Senyum manis tersungging di bibir Dokter Melani. Tapi Marsha tidak suka melihat senyumnya. Terlalu kuat dan sepertinya tidak tulus. Tidak seperti senyumnya Dokter Wina. "Saya tidak melihat jadwal Anda berubah?"Dokter Melani sudah berbalik untuk menatap Dokter Wina lagi. "Owh maaf Dok. Saya semalam bertukar shift dengan Dokter Narto. Beliau ada keperluan semalam jadi saya yang menggantikannya." Marsha melihat Dokter Melani berdecak sebal. Lalu dengan cepat mengibaskan rambutnya yang panjang itu. "Saya sudah peringatkan kepada Anda kalau bertukar shift harus melalui ijin saya. Dan Anda tidak memberitahu saya semalam. Itu sudah melanggar aturan. Anda terkena sanksi untuk shift selanjutnya." Marsha merasa tidak suka dengan hardikan Dokter Melani ke Dokter Wina yang lemah lembut itu. Dokter cantik itu hanya mengangguk mengiyakan.   "Saya tidak mau itu terulang lagi. Camkan itu!" "Baik dok maafkan saya." Dokter Melani tidak mengangguk ke arah Dokter Wina. Tapi dia menoleh kepada Marsha dan berpamitan dengan sopan. Lalu setelah itu melangkah meninggalkan mereka. "Memangnya dia selalu galak seperti itu?" Dokter Wina tersenyum dan mengangguk. "Dia memang galak. Tapi memang disiplin. Tapi entahlah sejak saya masuk ke bangsal anak, dia selalu menghukum saya." Marsha mengangkat alisnya tapi lalu tersenyum. "Mungkin dia iri karena kamu cantik."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.0K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

Escape from Marriage - Kabur dari Derita Pernikahan Kontrak

read
256.4K
bc

MOVE ON

read
94.6K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.8K
bc

Mas DokterKu

read
238.5K
bc

Broken

read
6.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook