bc

My Hot Plate

book_age16+
186
FOLLOW
1K
READ
family
sensitive
confident
inspirational
gangster
drama
bxg
city
crime
like
intro-logo
Blurb

Sakane Iona, seorang gadis yang memiliki masalalu terlalu kelam. Dengan bakat yang dimiliki dalam dunia memasak. Iona mengikuti sebuah kompetisi untuk menunjukkan siapa dirinya di sana. Sayang, sebuah tragedy terjadi dalam hidupnya, dan mengubah segala sesuatu mengenai kehidupan Iona.

Fukuda Haru, seorang kepala chef di salah satu restoran terkenal di Jepang. Haru melihat peluang di dalam diri Iona saat melihatnya di pertandingan memasak. Haru berusaha memberikan semangat pada Iona, tetapi semua itu gagal.

Keduanya menikah dengan perjanjian, dan berpisah karena suatu kebodohan. Berawal dari latar belakang keluarga masing-masing, ke duanya berpisah dan saling membenci. Haru yang tahu jika Iona tengah hamil anak darinya, mencoba untuk merebut anak itu dan membawanya menjauh dari Iona.

Akankah mereka kembali bertemu dan hidup bersama lagi?

chap-preview
Free preview
1. Ichi
Derap langkah kaki seorang wanita terdengar begitu tergesa-gesa. Ya … ia adalah Sakane Iona, wanita yang sedang berusaha agar bisa sampai di rumah sakit dengan segera. Bukan untuk memeriksakan diri, tetapi untuk bertemu dengan sang ibu. Iona tidak pernah menyangka jika penyakit yang selama ini diderita ibu-nya akan semakin parah. Sudah satu minggu wanita itu terbaring di rumah sakit karena koma. Penyakit kanker otak yang diderita selama dua tahun ini, membuatnya tergeletak tidak berdaya. Ibu Iona ditemukan terbaring lemas di dalam kamar mandi oleh tetangganya. Dalam derasnya hujan, Iona terus berlari hingga sampai di lobby rumah sakit. Iona berjalan dengan tubuh basah kuyub karena kehujanan. Ia melangkah sampai di kamar pasien, dan menemukan kain putih sudah menutup wajah hingga kaki sang ibu. Isak tangis tidak bisa Iona hentikan, ia bersujud di depan pintu masuk dengan memanggil ibunya. Dokter dan perawat merasa kasihan pada Iona, mereka tahu jika Iona sangat menyayangi sang ibu, apalagi mereka hanya tinggal berdua saja selama ini. “Iona … kau harus tabah,” ucap seorang perawat. “Jelaskan padaku! Kenapa kalian tidak menyuruh Ibu untuk menunggu?” protes Iona pada dokter dan perawat di sana. “Iona, kami tidak bisa melakukannya. Semua atas kehendak takdir,” ucap perawat. Setelah itu, Iona mengganti pakaiannya, dan mengurus semua untuk pemakaman sang ibu. Iona langsung melakukan kremasi pada ibunya di rumah sakit itu, dan membawa pulang abunya ke rumah. Abu yang ada di dalam kendi kecil itu, kini diletakkan di atas perapian. Dengan foto sang ibu yang terpajang di dinding. Sakane Iona kini tinggal seorang diri di rumah itu. Ia tidak pernah tahu tentang keluarga lainnya. Bahkan ia hanya mengingat wajah ayahnya saat masih muda, dan sekarang mungkin wajah itu sudah berubah banyak. Iona berusia 25 tahun, dengan tinggi 165 cm, memiliki rambut hitam panjang dan berponi. Iona selalu menguncir rambutnya tinggi-tinggi. Tok Tok Tok Terdengar suara ketukan di pintu masuk rumahnya. Iona berjalan untuk membuka pintu dan melihat siapa yang datang. Ceklek “Sakane,” sapa seorang pria. “Kudo.” “Aku tahu kau masih tidak percaya dengan semua keyataan ini. Aku harap kau bisa melewatinya,” ujar Kudo. Minami Kudo adalah sahabat Iona selama ini, pria itu selalu ada untuk Iona. Tidak peduli ada banyak wanita yang mengejar Kudo, Iona selalu menempel pada pria itu seperti seorang adik dan kakak. Akhir-akhir ini Kudo tidak terlihat karena sudah bekerja di kota Tokyo. Ia kembali ke sana karena mendengar kabar kematian ibu Iona. “Hei, jangan bersedih! Kau terlihat jelek!” ucap Kudo yang ingin menghibur Iona. “Kudo, apa tidak ada kata lain selain jelek! Kau tahu jika aku ini cantik, tetapi kau selalu mengatakan jika aku jelek. Apa kau rabun?” tanya Iona kesal. “Hahaha, memang tidak ada kata lain selain itu. Karena aku tidak ingin kau terlalu percaya diri dengan wajah itu,” jawab Kudo. Iona memukul Kudo tepat di kepalanya, membuat pria itu mengaduh. Kedekatan mereka memang tidak sebentar, karena sudah sepuluh tahun saling mengenal, mereka terlihat seperti seorang kakak dan adik sampai saat ini. “Bagaimana jika kau ikut bersamaku ke Tokyo?” tanya Kudo. “Hmm, apa di sana aku akan mendapatkan pekerjaan langsung?” “Aku tidak berani memutuskan, karena semua itu tergantung dirimu.” “Baiklah, lalu bagaimana dengan rumah ini?” “Kau bisa kembali ke sini saat kau mau.” Iona sedikit tersenyum ia berpikir, untuk apa ia berada di sana jika hanya kesedihan yang didapatkan. Akhirnya Iona memutuskan untuk ikut bersama Kudo ke kota. Keesokan harinya, mereka sudah bersiap untuk berangkat ke Tokyo. Kota besar yang ada di Jepang, dan menjadi pusat kota yang memiliki banyak sekali lapangan pekerjaan. Kudo membawa Iona ke apartemen kecilnya yang ada di kota itu. “Untuk sementara kau bisa tinggal bersamaku, sampai kau memiliki tempat sendiri di sini.” “Baiklah.” “Kebetulan aku tidak memiliki apapun, kita makan saja di luar. Ada kedai ramen yang sangat enak, dan aku yakin kau akan menyukainya,” ujar Kudo dengan antusias. “Aku akan meletakkan tas di sini.” “Ya, ayo!” Mereka pun keluar dari apartemen kecil itu, dan berjalan beberapa meter dari sana. Letak kedai itu ada I sebuah jalan kecil yang masuk seperti sebuah lorong panjang. Kedai itu terlihat sepi dan seperti tidak ada yang mau makan di sana. “Kau yakin kedai ini memiliki ramen yang enak?” tanya Iona. “Ya, tentu saja.” Mereka pun masuk dan duduk di meja paling depan. Kudo memesan ramen yang biasa ia makan di sana. Seorang wanita tua keluar dengan membawa dua mangkuk ramen special. “Whoa … terlihat enak,” ucap Iona. “Selamat makan!” seru Kudo. Mereka mulai memasukkan ramen itu ke dalam mulut. Dan Iona terlihat sangat menyukai makanan yang kini sedang memanjakan lidahnya. “Hmm, enak sekali.” Iona ingin sekali menambah porsi makannya. Hanya saja, ia harus berhemat dengan uang yang ada saat ini. “Kau bisa pesan lagi! Aku akan mentraktir kali ini.” “Benarkah? Terima kasih, Kudo.” Akhirnya Iona kembali memesan semangkuk ramen yang memiliki kuah kental dan pedas itu. cita rasa yang sudah lama tidak Iona rasakan di dalam mulutnya. Kini ia bisa kembali merasakan kenikmatan makanan khas orang Jepang. “Benar apa kataku, bukan?” tanya Kudo. “Iya, kau benar.” Setelah mereka selesai dengan kegiatan makan itu, ke duanya kembali ke apartemen milik Kudo. “Ahh … aku sangat kenyang!” ucap Iona. “Baiklah … kau bisa mencari pekerjaan mulai besok, hari ini kita akan beristirahat.” “Ehm … kau mengatakan jika kau bekerja di sebuah restoran. Kenapa kau tidak terlihat bekerja saat ini?” tanya Iona. “Aku sedang mengambil hari libur, dan mulai bekerja esok.” “Ah, begitu … .” Kudo menyiapkan tempat tidur untuk Iona. Ia meletakkan selimut tebal dan juga bantalan untuk wanita itu. Sementara Kudo akan tidur di ruang tamu dengan beralaskan karpet tipis dan selimut tipis. Ya … apartemen itu hanya memiliki satu kamar, satu ruang tamu yang juga digunakan sebagai ruang makan, lalu satu kamar mandi, dan satu dapur kecil. “Apa kau sungguh tidak apa tidur di sana?” tanya Iona. “Sudahlah, jangan mengkhawatirkan aku. Kau bisa tidur dengan tenang mala mini,” ujar Kudo. “Baiklah, selamat malam.” “Selamat malam.” Mereka pun memejamkan mata dan terlelap setelah beberapa menit. Hanya saja, Iona kembali membuka mata. Ia melihat ke sekelilingnya dan berharap Kudo masih terjaga seperti dirinya saat ini. sialnya … Kudo bukanlah orang yang bisa menahan mata untuk tidak terpejam. “Aku harap esok bisa langsung mendapatkan pekerjaan,” gumam Iona.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
94.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook