bc

Istri Satu Malam

book_age18+
45.7K
FOLLOW
453.2K
READ
sex
contract marriage
goodgirl
CEO
billionairess
drama
comedy
bxg
office/work place
like
intro-logo
Blurb

[ROMANCE-COMEDY]

.

Seumur hidup Artakendra Prawira tidak pernah berpikir hidupnya bakal serumit ini. Semua kisah bermula ketika sang kekasih, Viola Mauren yang berprofesi sebagai model kenamaan menolak untuk pulang ke Indonesia karena terbentur jadwal fashion show keliling benua Eropa.

.

Kendra yang sudah berjanji akan membawa calon istri ke pesta ulang tahun sang ibu tentu kelimpungan. Ia bersusah payah mencari alasan yang tepat tapi tak kunjung jua didapat. Hingga tanpa terduga, ide gila itu muncul. Atas saran sang asisten, Kendra meminta Luna Agnesia, gadis yang berprofesi sebagai sekretarisnya untuk menjadi pasangan sementara agar sang ibu tidak kecewa.

.

Celakanya, seluruh keluarga Prawira malah menyukai Luna. Mereka bahkan mendesak Kendra untuk segera mungkin mempersunting wanita cantik tersebut. Bukan hanya itu, pintarnya Luna menarik perhatian orang banyak membuat beberapa relasi bisnis Kendra bersedia menjalin kerja sama. Bahkan, tidak sedikit menawarkan diri untuk menjadi sponsor pernikahan mereka berdua.

.

"Luna, kalau saya beneran nikahin kamu gimana?"

(Artakendra Prawira)

.

"Memangnya Bapak berani bayar berapa? Di dunia ini, nggak ada yang gratis soalnya." (Luna Agnesia)

chap-preview
Free preview
1. Ide Gila
Kendra mengembuskan napas gusar. Di sebelahnya ada Viola yang tengah bergelayut mesra bahkan sesekali mendaratkan kecupan lembut pada pipi pria itu. Viola sengaja merayu. Melakukan hal ini agar emosi Kendra tidak kembali tersulut atas keputusan penting yang baru saja ia ambil. Artakendra Prawira atau Kendra sendiri adalah pria keturunan Tionghoa yang merupakan anak tunggal dari pasangan Argadana dan Liliana Prawira. Ia adalah seorang Arsitek yang baru setahun belakangan ini naik tahta menjadi pimpinan Palma Palace, sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang properti. Beberapa tahun belakangan, Kendra memang menjalin hubungan dengan Viola Mauren yang berprofesi sebagai model. Ironisnya, selama berpacaran, belum sekali pun Viola berhasil Kendra bawa untuk dikenalkan kepada kedua orang tuanya. "Ayolah, Kendra Sayang. Kamu tau sendiri kalau bulan depan itu memang jadwal aku untuk tour keliling Eropa," desah Viola dengan suara yang dibuat manja. Tangannya kemudian terulur, membelai lembut dadaa pria yang sudah lama menjadi kekasihnya tersebut. "Aku mana bisa batalin jadwal yang sudah tersusun rapi. Yang ada, aku bakal di cap sebagai model yang nggak profesional." "Yang jadi masalah, ini bukan pertama kalinya kamu nolak buat ketemu Mama, Vio." Kendra mendelik tidak terima. Kalau diingat-ingat, selama menjalin hubungan, belum sekali pun pernah Viola bertemu dengan kedua orang tuanya. "Lagi pula ... " lanjut Kendra. "Sebelumnya kamu sendiri yang berspekulasi mau menghadiri pesta ulang tahun Mama. Kenapa sekarang malah ingkar janji?" Pria itu menoleh lalu menepis pergelangan tangan Viola yang menempel di tubuhnya. "Bukannya aku nggak mau apalagi sampai ingkar janji." Viola dengan serta merta menggeleng. "Tapi emang timing-nya yang selalu nggak pas, Sayang. Bahkan, pesta ulang tahun Mamamu kali ini bertepatan dengan jadwal aku tampil di Paris. Kamu tau sendiri, dari dulu aku sudah punya impian besar untuk bisa tampil di atas panggung Saint Laurent, Dior, Chanel apalagi Hermes." Kendra berdecak. Raut kecewa semakin terlihat jelas di wajah tampannya. Harusnya ia sadar, memiliki kekasih seorang model kenamaan tentulah tidak mudah. Belum lagi jam terbang Viola yang semakin lama semakin banyak, membuat wanita itu sulit sekali untuk membagi waktu luangnya. "Terus gimana caranya aku jelasin ke Mama? Beliau pasti kecewa karena aku lagi-lagi gagal bawa kamu untuk bertemu dengan seluruh keluarga besar Prawira." "Sayang ... " Viola kembali membawa kedua tangannya untuk menangkup wajah Kendra. Mengusap lembut rahang pria itu yang ditumbuhi rambut-rambut halus. "Aku, mohon. Sekali ini aja. Aku janji, dipertemuan atau pesta berikutnya aku pasti akan datang untuk menemui kedua orang tuamu. Tapi kali ini, please. Kasih aku izin untuk melakukan apa yang sudah aku cita-citakan. Bukannya kamu sendiri yang janji akan selalu support semua kegiatanku?" Kendra bergeming. Menarik napas dalam, pria itu tak lama kemudian hanya bergumam kecil. "Semoga saja masih ada kesempatan untuk kamu bertemu Mama." Viola menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. Tanpa canggung langsung mendekati wajah sang kekasih, lalu melabuhkan kecupan dalam nan intens. Terus menggoda sampai Kendra luluh dan akhirnya turut membalas. *** Kendra memijat keningnya yang berdenyut nyeri. Pesta ulang tahun sang Ibu akan berlangsung dalam waktu dekat. Sayangnya, sampai detik ini ia belum juga menemukan satu pun alasan yang pas mengenai pasangan yang lagi-lagi tidak mungkin dibawa. Kendra sadar, orang tua terutama ibunya pasti akan kembali kecewa. Tapi mau bagaimana lagi. Ia sudah berusaha semaksimal mungkin bahkan memohon agar Viola mau pulang sebentar saja ke Indonesia. Sayang, usahanya itu tetap saja gagal. Melihat Kendra yang gamang, Bimo sang asisten merasa cemas. Pria itu bahkan memberanikan diri untuk menegur sosok yang sudah lama menjabat sebagai atasannya tersebut. "Keliatannya Pak Kendra kusut banget. Lagi mikirin hal penting apa?" tanya Bimo penuh hati-hati. Kendra mendongak. Pria itu menarik napas dalam-dalam, lalu tak lama mengembuskannya dengan perlahan. Berusaha sekali mengusir sesak yang tengah menghimpit rongga dadanya. "Ini soal Viola, Bim. Kayaknya saya gagal lagi bawa dia untuk ketemu Mama kali ini," keluhnya. "Jadi, Pak Kendra sebelumnya berencana untuk memperkenalkan bu Viola sama Ibu Liliana?" tanya Bimo memastikan. Kendra langsung mengangguk dengan lesu. Pembawaannya persis sekali seperti orang yang tidak bergairahh untuk hidup. Belum pernah Bimo melihat bosnya uring-uringan seperti sekarang. Selama ini, ia mengenal Kendra adalah sosok energik yang selalu bersemangat dalam menghadapi hal apa pun. Bahkan tekanan dalam pekerjaan saja tidak pernah membuatnya pusing apalagi sampai stress seperti sekarang. "Saya harus gimana, Bim? Pasti Mama sangat kecewa. Untuk kesekian kalinya saya gagal bawa pasangan ke acara penting keluarga. Mana jauh-jauh hari saya sudah dikasih peringatan. Beliau nggak mau kado mewah, tapi maunya saya bawa calon istri ke sana." Bimo merasakan bagaimana kegundahan yang tengah Kendra rasakan. Ia bahkan tanpa sadar ikut berpikir, jalan keluar seperti apa yang bisa membantu menyelesaikan masalah yang tengah mendera atasannya itu. Hingga tak berapa lama, sebuah ide gila muncul dari dalam otaknya. "Pak ... " panggil Bimo. "Kalau boleh saran, kenapa Pak Kendra nggak coba cari calon istri pengganti aja?" Kendra terkesiap mendengar ucapan Bimo. Hal berikutnya yang ia lakukan adalah melayangkan protes. "Saya cintanya sama Viola, Bim. Gimana caranya malah disuruh cari calon istri pengganti." "Ini bukan seperti yang bapak kira," cicit Bimo. Buru-buru pria itu memberikan klarifikasi sebelum Kendra salah paham. "Ya terus maksud kamu gimana? Kalau ngomong yang jelas, Bim. Biar saya nggak salah paham." Bimo yang tadinya berdiri langsung menarik kursi yang berada di depan meja kerja Kendra. Mendudukkan dirinya di sana, kemudian mulai memberikan penjelasan. "Gini, Pak. Maksud saya, kenapa Bapak nggak cari perempuan lain aja buat dijadikan calon istri satu malam? Ya, biar Bu Liliana nggak kecewa liat bapak datang ke pesta ulang tahun tanpa bawa satu pun pasangan." "Calon istri satu malam?" "Iya, Pak. Untuk semalam. Menemani Pak secara khusus untuk menemui bu Liliana." Kendra terdiam. Pikirannya langsung menerawang entah ke mana. Ikut menimbang apa yang baru saja Bimo sampaikan. Dalam hati ia bertanya, perlukah melakukan apa yang asistennya sarankan. "Tapi, ini sama aja saya bohongin orang tua sekaligus keluarga besar saya, Bim." Bimo langsung mengangguk. "Ya, dari pada buat mereka kecewa, sama aja dosanya, Pak. Lagian, ini cuma sementara. Nanti, di kemudian hari, bapak buat aja alasan kenapa tiba-tiba putus atau pisah. Yang pasti, sambil menunggu Bu Viola balik ke Indonesia, bapak bawa aja dulu pasangan pura-pura ini untuk menghadap bu Liliana." Kendra mengusap dagunya perlahan. Lagi-lagi mencerna saran yang Bimo usulkan kepadanya. Kalau dipikir, memang tidak ada lagi pilihan aman selain mengikuti apa yang asistennya itu katakan. "Ok, misal saya setuju, siapa menurutmu kandidat yang pas untuk saya jadikan calon istri sementara ini? Lalu di mana saya harus cari keberadaannya? Karena jujur, saya sudah nggak punya banyak waktu luang untuk cari sendiri," keluhnya. Bimo merotasi bola matanya. Berpikir dengan hati-hati, lalu tak berapa lama pria itu menjentikkan jarinya ke udara sambil berkata-kata penuh semangat. "Sepertinya, saya tau, siapa wanita yang pas untuk mendampingi Pak Kendra pergi ke pesta ulang tahun Bu Liliana." Kendra langsung mengangkat sebelah alis matanya kemudian bertanya dengan sangat penasaran, "Emangnya siapa?" "Luna Agnesia. Wanita yang baru saja diangkat jadi sekretaris pribadi Bapak," jawab Bimo penuh yakin.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
11.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.3K
bc

My Secret Little Wife

read
92.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook