bc

CRAZY GAME (IDN)

book_age18+
1.0K
FOLLOW
5.0K
READ
friends to lovers
playboy
CEO
boss
drama
comedy
sweet
humorous
campus
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Ini semua permainan sialan dari sahabat Deliana. Tengah berkumpul di kafe sembari membuang rasa bete seharian di kantor. Jika saja bukan karena permainan zaman sekolah Truth or Dare.

Andai saja Deliana tidak memilih "DARE" ia tidak akan pernah mendapat kesialan menyatakan kalimat terlontar dari mulutnya. Deliana telah salah sasaran menyatakan kepada seorang tak lain adalah mantan dosen yang pernah menyatakan perasaan kepadanya namun ditolak halus oleh Deliana sendiri.

Bagaimana nasib Deliana setelah bertemu kembali dengan mantan dosennya. Apa alasan Deliana menolak perasaan mantan dosen itu?

Yuk... Baca! Buat yang sudah menanti.

Publish : 30 Maret 2021

SELESAI : 30 JUNI 2021

chap-preview
Free preview
Crazy Game. 1.
"Dare or Truth!" "Dare!" "Ucapkan pada seseorang kalau kamu pengin kawin!" ucap Adila berikan tugas permainan pada Deliana. Deliana melotot, "APA?! Gak, yang lain?" tolaknya. "Gak bisa, ini sudah peraturan, setiap permainan harus melaksanakan perintah dari yang berikan tugas untuk muridnya. Ayo! Atau kamu mau nyatakan cinta pada seseorang kebelet hamil?!" ucap Adila. "Ogah! Permintaan kamu paling keselin, ya uda aku cari dulu korbannya," sengit Deliana beranjak dari tempatnya. Deliana tertuju pada seorang pria tengah bersantai ditemani oleh laptopnya dan juga koran di tangannya. Semoga saja Deliana tidak salah kaprah sama pria itu. "Ehem! Bapak mau kawin sama saya?" ucap Deliana penuh keberanian dan pria itu menoleh langsung. Deliana tak berkutik sama sekali orang yang ia ungkap adalah Agus - mantan dosen di kuliahnya. Pernah Deliana tolak mentah-mentah. "Boleh, langsung kunikahkan juga bisa?!" balas Agus seringai. "Ah, gak, Pak! Ini hanya permainan saja kok, saya gak serius, ka-kalau begitu saya pamit du--" "Mau ke mana? Katanya mau kawin? Saya sudah siap? Mau kapan? Hari ini? Atau malam?" cegahnya sambil menggenggam tangan Deliana. Deliana mencari akal dan ia benar-benar salah sasaran. "Eh ... gak Pak, ini hanya permainan anak SMA. Saya hanya di suruh oleh Adila saja untuk mengucapkan permintaan darinya. Saya belum siap untuk ...." "Hamil?" Agus tertawa. Deliana tercegah dan mengernyit. "Saya tau itu permainan, dari tadi sudah amati dari jauh. Untuk ucapanmu tetap saya pegang, saya tunggu kamu siap. Jika perlu saya lamar kamu hari ini juga bisa," lanjutnya mengedipkan sebelah matanya. Adila dan teman lainnya, masih menunggu sambil memperhatikan Deliana berbicara dengan seseorang. Sayangnya mereka tak dapat melihat siapa yang Deliana ajak bicara karena terhalang oleh badannya. "Sudah saya bilang, Pak. Saya belum siap untuk menikah, jadi ... maaf kalau saya menolak. Anggap saja yang saya ucap tadi salah bukan apa-apa," ucap Deliana kukuh. Agus smirk (senyum) ia menarik tangan Deliana sehingga menunduk sedikit dan jarak wajah mereka sangat dekat. Sehingga Deliana kesulitan untuk menghindar. "Seberapa kamu menolak, saya tetap akan mendapatkanmu. Jadi, tunggu tanggal main kita, persiapkan mentalmu mulai sekarang," ucapnya dan Deliana hanya bisa membisu. Setelah itu, Agus melepaskan genggamannya, dan Deliana kembali ke tempatnya dengan reaksi waswas. "Bagaimana?" Adila bertanya. "Kacau balau! Aku gak mau lagi ikut permainan konyol mu itu!" jawabnya bete. **** Pulang dari kafe, rasa bete Deliana tak hilang-hilang juga. Sampai di rumah, dengan sikap yang sangat tak semangat. Bagaimana harus semangat? Reputasinya hilang gara-gara permainan dari Adila. "Aku pulang," ucap Deliana melepaskan sepatu kemudian letakkan ke tempatnya. "Kamu sudah pulang, ayo ke sini ada tamu ingin bertemu denganmu," sambut Sarah menarik Deliana untuk menemui seseorang. Deliana memutar dua bola matanya malas, dan menuruti apa yang disambut oleh Sarah. Sang kakak menyebalkan, padahal Deliana benar-benar bete untuk hari ini. Di ruang tamu terdengar suara bercengkerama dan sambil tertawa-tawa. Deliana menghempaskan tangan dari Sarah. "Udah dong Kak, sakit di tarik-tarik. Aku bisa jalan sendiri kok, memang siapa sih tamu kita? Sampai heboh begini?" gerutunya. "Taraaahh?!" Sarah melompat dan melebarkan tangan berikan sambutan kepada Deliana orang yang akan ia temui. Agus dan Indra menoleh karena suara cempreng Sarah mengganggu perbincangan mereka berdua. Deliana membatu, Agus ada di rumah saudaranya. Ada hubungan apa Agus dengan Sarah dan Indra? "Bapak?" sebut Deliana kaget, "Hai, ketemu lagi, cinta!" balas Agus senyum menyambutnya. Sarah mendekati Deliana dan membisikan sesuatu padanya. "Katanya dia mau melamar mu." "APA?!" teriak Deliana, Deliana melirik tajam ke Agus. Agus senyum-senyum sembari mengedipkan sebelah matanya. Rasa bete Deliana bertambah, ia mengentak kakinya dan meninggalkan ruang tamu itu dan masuk ke kamarnya. Sarah memanggil Deliana tak disahuti. Kemudian Sarah kembali bergabung ke ruang tamu. Deliana menghempaskan tubuhnya di ranjang dan memukul bantal sebagai pelampiasan. "Iih, kok aku ketemu dia lagi sih! Pak Agus sialan?!" cicitnya sambil memukul hingga tangannya sakit sendiri. "Bete banget kayaknya," suara tak asing terdengar dan Deliana menoleh cepat. "Ngapain Bapak ke sini?" cegah Deliana turun dari ranjangnya menatap mata tajam Agus. Agus ke kamar Deliana hanya alasan kepada Sarah dan Indra ke kamar kecil, malahan Agus memilih memeriksa kamar mantan mahasiswinya itu. Ternyata pintu kamar Deliana tak di kunci, dan Agus bisa mendengar penuturan dari mantan mahasiswinya karena kesal. Tentu bagaimana tak bahagia Agus melihatnya. Apalagi posisi saat Deliana membelakangi keluar kamar tersebut. Agus dengan sigap menahan gejolak yang membuat bagiannya bangkit. "Saya hanya ingin melihat-lihat apakah murid saya baik-baik saja?" jawab Agus dan melangkah masuk kamar Deliana. Deliana waspada takut jika Agus macam-macam dengannya. Karena setelah menolak perasaan dari Agus-sang mantan dosen. Deliana yakin kalau Agus masih memilih perasaan padanya. Gosip-gosip hingga sekarang saja masih booming bagaimana tak was-was untuk Deliana sendiri meskipun ia mengacuhkan gosip tak bermutu itu. Agus melirik sekitar kamar Deliana, ia sudah lama tak kunjung kamar ini. Ya, walau hanya sebatas dosen dan murid. Bagi Agus, Deliana adalah cinta pertama hingga sekarang. Meskipun masih di tolak oleh si wanita di kamarnya sendiri. "Kamarmu sangat unik, dan tak ada hiasan khas perempuan. Masih sama seperti ketika kamu datang ke kampus dengan penampilan menyolok," ucap Agus berpaling menatap Deliana. Deliana sibuk dengan ponselnya tanpa menoleh, kemudian ia membalasnya, "Suka-suka saya, Bapak tak perlu mengatur hidup seseorang. Memang Bapak siapa? Sok urusin kehidupan saya, Bapak itu mantan dosen saya, jadi tak perlu banyak ikut campur privasi seseorang." Agus melangkah mendekati Deliana masih sibuk dengan gadget-nya. Kemudian dirampas oleh gadgetnya sontak Deliana terkejut. "Pak, apa yang Bapak lakukan, kembalikan, Pak!" Deliana mencoba merebut kembali ponsel miliknya dari tangan Agus. Agus menjauhkan ponselnya dan memeriksa isi dalam ponsel itu. Deliana menarik kaus baju Agus dan menjijit sebagai perwakilan sejajar tingginya Agus. "Pak!" sergah Deliana. Agus selayak paham maksud chat itu. Deliana benar-benar kesal atas sikap dari mantan dosennya ini. Kebetean itu tak kunjung menghilang hingga dia harus terjatuh bersamaan dengan postur badan seperti pria di depannya. "Tolong, Pak! Jangan bersikap kekanak-kanakan, gak ada isi apa pun di sana?!" Deliana masih berusaha untuk merebut kembali ponselnya dari tangan Agus. Entahlah kenapa Deliana masih kesal padanya. Padahal kejadian itu sudah lama banget, bahkan Deliana juga sudah lupa. **** Cerita baru saya. Horeee.... mari datang merapat untuk intip. hehehe.. moga kalian suka. jangan lupa tag love ??

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook