bc

DEAR UNCLE

book_age18+
5.3K
FOLLOW
50.5K
READ
love-triangle
family
love after marriage
age gap
arranged marriage
drama
first love
friendship
affair
like
intro-logo
Blurb

Maheswati rasanya ingin menangis. Di saat ia kehilangan orang tua satu-satunya yang tertinggal, ia juga kehilangan status lajangnya. Apalagi ia harus menikahi lelaki yang usianya terpaut lima belas tahun, yakni pamannya sendiri.

Aku masih muda, masih pengen seneng-seneng. Bukannya ngurus anak dan ngurus rumah tangga!

Sialnya, bencana itu sudah dimulai.

chap-preview
Free preview
Maheswati 1
Dering bel berbunyi nyaring. Pelajaran akhir telah usai. Hesa segera berbenah memasukkan buku beserta alat tulisnya ke dalam tas ransel, dan menyangklongnya. Lantas ia berlari keluar kelas setelah sang guru pergi lebih dulu. "Aduh!" Hesa mengaduh seraya menggosok tulang belikatnya samar. Sakit yang begitu menusuk. Saking terburu-burunya, gadis delapan belas tahun itu tak menduga akan tersandung kaki bangku yang memang disediakan di depan pintu satpam. Jikalau ada yang menunggu bisa duduk sambil beristirahat. Untung saja ia tak jadi tersungkur, karena keseimbangan yang patut ia acungi jempol sendiri. "Hati-hati, Hesa!" ujar seorang pria berpakaian resmi yang langsung menyongsong tubuhnya. "Aku nggak sabar, Om. Kangen sama Papa," sahutnya cepat. Tanpa aba Hesa langsung memasuki Jeep Rubicon yang terparkir tepat di samping pintu gerbang seraya memasang seat bealt. Kini Hesa sudah duduk manis di samping pengemudi. "Sabar dong, Sayang. Papamu pasti lebih kangen." Pria itu mengacak rambut Hesa hingga membuat poni rapinya berantakan. "Iiih ... om Hakim! Jangan berantakin rambutku. Susah tahu ngaturnya." Cebik Hesa membetulkan letak poninya. Hakim hanya tersenyum dan sesekali menimpali celotehan gadis berseragam putih abu-abu ini. Maheswati Primaningtyas Baskoro. Anak dari kolega bisnis dan juga orang yang sudah dianggap kakak oleh Hakim. Ayah Hesa menitipkan gadis ini pada keluarganya sejak masih umur 10 tahun. Meskipun kadang sifatnya masih kekanak-kanakan, Hesa sudah seperti kakak bagi Jinan dan Jihan, putri kembar Hakim yang hanya berselisih enam tahun. Perasaan sayang itu menelusup ke d**a Hakim, menganggap gadis ini seperti putrinya. Meski bukan darah dagingnya sendiri, tapi ia begitu menyanyangi Hesa. Selama ini Hesa hanya memiliki seorang ayah, Baskoro. Sedangkan ibunya telah lama pergi, tepatnya saat proses lahirnya Hesa ke dunia. Pekerjaan bisnis yang sering pulang pergi keluar negeri membuat Baskoro rela meninggalkan anak semata wayangnya ini, dan menitipkannya pada orang. Dengan senang hati Hakim beserta istrinya, Prisa, menerima Hesa. Memberikan perhatian. Memenuhi kebutuhan. Mengambil alih tugas orang tua Hesa. Dan kini, setelah kepergian Prisa, gadis ini masih tinggal bersamanya. Ya, Prisa meninggal lima bulan yang lalu akibat kecelakaan. Rasa berkabung memenuhi hati Hakim dan kedua putri kembarnya. Kenyataan tentang istrinya yang telah tiada membuat jiwa Hakim terguncang, seakan ikut pergi hilang bersamanya. Namun demi si kembar, apapun akan Hakim lakukan, meski harus menembok tegar. Kehadiran Hesa cukup memberi pengaruh yang baik. Kesunyian rumah karena kepergian Prisa, tak cukup lama, kembali ramai dengan kepribadian gadis ini yang ceria. Jeritan, omelan, juga celotehan Hesa, yang kalau bercerita tak pernah ada ujungnya. "Pokoknya ya, Om. Aku besok nikah kudu sama cowok yang sifat dan sikapnya kek om Hakim." Hakim mengerut tak paham. "Kenapa gitu?" "Soalnya om Hakim tuh baik hati dan tidak sombong." Tawa Hakim pecah mendengar jawaban garing Hesa, tapi anehnya membuat pria berusia tiga puluh tiga tahun ini menarik sudut bibirnya lebih tinggi. "Dih, dibilangin nggak percaya." Rutuk Hesa manyun. "Manyun mulu, Hes!" "Om, sih!" Hesa melipat kedua tangannya di d**a dengan wajah masam. "Kok Om, sih?" "Iya! Soalnya om nggak percaya. Kalo besok aku udah gedhe, maunya nikah sama cowok kayak om Hakim." Tukas Hesa dengan nada judes tersamar. Hesa mana bisa ngambek sama paman kesayangannya ini. Bersama Hakim dan Prisa, Hesa merasa mempunyai orang tua lengkap. Mereka hanyalah orang asing, namun kasih sayang mereka tak sungkan-sungkan tercurah semuanya. Dan impian Hesa adalah menikahi lelaki dengan paras, sifat, dan sikap seperti Hakim Lazuardi Rahman. "Om! Ini kan bukan jalan pulang." Hesa memanjangkan lehernya, melongok ke arah jalan raya yang asing. "Iya. Mau ketemu papa kan?" . . . "Papa! Kenapa bisa kayak gini sih, Pa? Bangun, Pa! Bangun!" Raungan Hesa memenuhi ruang rawat inap yang sunyi. Air matanya menganak sungai di kedua belah pipinya. "Cup, cup. Sabar, Sayang." Hakim mendekap Hesa. Mencoba melakukan apapun yang bisa menghentikan tangisnya. "Kalau kamu nangis, papa akan ikut sedih. Jangan nangis, Hes. Ada om di sini." Baskoro mengidap penyakit komplikasi diabetes sejak lama, dan Hesa sama sekali tak mengetahui itu. Ayahnya ini menyembunyikan rapat-rapat penyakitnya, tidak memberi akses siapapun untuk tahu, meskipun kepada pamannya sekalipun. Selama itu, ternyata, ayahnya sudah melakukan banyak pengobatan demi kesembuhannya di rumah sakit di berbagai negara yang sempat ayahnya kunjungi. Tapi takdir tak bisa ditawar. Sekarang, Baskoro hanya bisa bernapas menggunakan alat bantu pernapasan dalam kondisi koma. "Mohon maaf, pak Hakim, mbak Hesa, ada pesan dari Bapak sebelum beliau koma. Bisa saya sampaikan sekarang?" Seorang pria paruh baya yang mereka kenal sebagai tangan kanan Baskoro menghampiri. Hakim mengangguk, mempersilakan. Mereka bertiga lalu duduk di sofa yang tersedia di sudut ruang vvip tersebut. Pria itu menyampaikan semua yang telah Baskoro amanahkan. Hakim terkesiap, begitu juga Hesa yang tidak percaya dengan apa yang sudah dikatakan pria di depannya itu. "Jangan ngacok ya, Pak!" sela Hesa marah. "Om Hakim ini om aku! Nggak mungkin papa jodohin kita!" Hesa beranjak dari tempat duduknya dengan perasaan murka, emosinya merangkak naik ke ubun-ubun. Ia ingin menyudahi pembicaraan konyol dengan orang itu. Namun, genggaman tangan besar pamannya lebih cepat mencegah. Menyimpan lengan Hesa dan menariknya untuk duduk kembali. "Om ...." "Kita dengarkan dulu sampai selesai, Hes! Ini pesan dari papamu loh." Kesabaran Hakim seakan ikut surut, membuat Hesa langsung menciut dan menurut. Pria paruh baya itu menyerahkan amplop pada Hakim. Untuk Hakim. Aku tak pandai berbasa-basi, jadi langsung saja. Aku ingin kamu menikahi putriku Hesa, sebagai balas budi atas pertolongan yang kuberikan padamu dulu. Meskipun aku melakukannya dengan ikhlas. Maaf. Seharusnya tak seperti ini, jujur saja aku tak tahu harus meminta tolong pada siapa selain padamu. Mungkin terdengar konyol, tapi kamu satu-satunya harapanku untuk melindungi Hesa juga menuntunnya menjadi wanita yang lebih baik. Terdengar naif, tapi aku percayakan putriku padamu. Hanya padamu, karena setelah pernikahanmu maka seluruh aset-asetku akan menjadi milikmu. Dengan kamu menikahi putriku, aku bisa pergi dengan tenang. Tertanda, Baskoro. Hakim meremas surat itu, lalu menggenggamnya erat-erat. Ini seperti mimpi. Bagaimana bisa seorang yang sudah ia anggap kakak menyuruhnya menikahi gadis yang juga ia anggap anak sendiri. Meskipun menurut hukum dan agama mereka sah melakukan pernikahan karena tidak memiliki hubungan darah, namun tetap saja hati nurani Hakim menolak keras. Kendati demikian, ia tidak bisa menghindar dari permintaan pria yang tengah melalui masa-masa hidup dan mati itu. Semua titahnya bagai firman suci yang harus Hakim jalankan. Di sisi lain, Hesa masih dengan ekspresi murka, tak terima dengan keputusan pamannya. Sekilas ingatan Hesa langsung terlempar pada ucapannya saat perjalanan menuju rumah sakit beberapa jam yang lalu. Demi apapun, Hesa ingin memotong lidahnya saat ini juga, karena sudah sembrono merapalkan harapan yang seperti mantra untuk mengutuk dirinya sendiri. Dengan kesadaran 100% ia berharap bisa menikahi laki-laki yang memiliki paras, sikap dan sifat seperti Hakim. Lantas, bila sekarang semesta benar-benar mengabulkan harapannya, bolehkah Hesa memberontak? OMG Hellow, tenggelamkan saja gue di samudra Arktik. Daripada menjadi istri seorang duda, batin Hesa menjerit. Ruang rawat inap menjadi semakin sunyi. Perasaan aneh tiba-tiba menelusup di hati keduanya. Yang awalnya baik Hakim maupun Hesa santai dalam bercanda sekarang jadi sama-sama canggung dan tak tahu harus membahas apa. Bahkan Hesa yang biasanya ceplas-ceplos juga lebih banyak diam. Hakim pun dirundung enggan hanya untuk memulai percakapan. Penolakan Hesa seolah mempengaruhi hatinya. Membuat moodnya anjlok ke tanah. Hakim tersinggung, dan merasa kesal? Sangat aneh sekali, bukan? Hakim tak paham sebab apa yang membuatnya seperti ini.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Yes Daddy?

read
797.0K
bc

CEO Mesum itu Suamiku

read
5.1M
bc

BILLION BUCKS SEASON 2 (COMPLETE)

read
334.5K
bc

T E A R S

read
312.4K
bc

Married with Single Daddy

read
6.1M
bc

I Love You Dad

read
282.4K
bc

Hubungan Terlarang

read
500.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook