bc

HATE YOU MY EX HUSBAND

book_age18+
4.1K
FOLLOW
23.3K
READ
billionaire
revenge
love-triangle
sex
submissive
drama
comedy
bxg
city
betrayal
like
intro-logo
Blurb

18+ Bijaklah dalam memilih bahan bacaan.

Pernikahan yang tidak direstui oleh orang tua tak selamanya mulus. Karma di dunia tentu ada. Shavia Putri menikah dengan pria yang menyelamatkannya tanpa restu dari orang tuanya. Dia pun menikah diam-diam dan diusir dari rumah.

Ibu dan saudara tiri Shavia merasa senang bisa menguasai rumah megah dan kekayaan yang melimpah. Tak sia-sia usaha mereka untuk membuat Shavia keluar dari rumah ini.

Pernikahan Shavia pun mendapatkan gonjang-ganjing dan adanya pelakor membuat Shavia bercerai dari Andri.

Menjadi janda juga ternyata jadi aib, dia tak diterima dimana-mana dan hidup sendiri. Shavia dalam kesendiriannya tak sengaja bertemu dengan pria playboy yang sejak kecil hingga remaja mengejarnya.

Sayang pria ini dijodohkan dengan adik tirinya. Saat kebersamaan Shavia dan boy, mereka berhasil membongkar keburukan ibu dan saudara riri Shavia. Mereka berhasil memberikan hukuman.

Shavia tak sengaja mendapat penghinaan dari Andri dan istri barunya. Boy datang membela dan mempermalukan mereka balik.

Akankah Boy yang selalu ada itu membuat Shavia jatuh cinta dan menghilangkan traumanya terhadap pernikahan?

chap-preview
Free preview
"Selalu Dianggap Buruk"
“Saya terima nikah dan kawinnya Shavia Putri Candradinata binti Sutopo Candradinata dengan mas kawinnya yang tersebut, tunai!” ucap seorang pria dengan satu helaan napas. Andri Santoso, nama pria itu, sungguh percaya diri hari ini karena berhasil menikahi wanita cantik yang terlahir dari keturunan keluarga kaya raya. Shavia adalah putri dari kalangan konglomerat. Keluarganya Candradinata tersohor sebagai keluarga kelima paling kaya di Indonesia. Sayang sekali, kalimat itu tak diucapkan di hadapan orang tua sang gadis yang ia cintai melainkan di hadapan penghulu yang akan menikahkan mereka secara siri. Pasalnya, ayah Shavia menolak hadir dalam pernikahan putrinya. Mencari penghulu yang mau menikahkan siri tentu tidaklah mudah, membutuhkan usaha ekstra, tidak seperti di novel-novel dan sinetron. Di dunia nyata, kebanyakan penghulu tak mau karena kurang setuju menikah tidak direstui oleh orang tua atau tengah mengandung. Aturan dalam agama ada yang menyebutkan pernikahan harus mendapat restu orang tua. Bila si wanita tengah hamil, ia harus melahirkan dahulu baru boleh menikah. Setelah mendapatkan penghulu, mereka membutuh saksi pernikahan. Beruntung kedua orang tua mempelai pria mau datang meski mereka sebenarnya tidak memberikan restu. Ayah Shavia murka karena membenci calon suami putrinya yang miskin dan berasal dari kalangan bawah. Seorang ayah tentu menginginkan suami yang terbaik untuk anaknya, bukan? Demikian pula ayah Shavia, tak ingin sang putri menderita dan hidup susah. Sayang sungguh sayang, Shavia telanjur berkeras memilih Andri dan menentang sang ayah. Karena pernikahan ini pula, gadis manja itu diusir dari rumah. Kini, Shavia telah resmi menjadi istri Andri Santoso, pria yang sama sekali bukan dari kalangan berada, sukses, serta kaya raya. Ia hanyalah pria yang menolong Shavia saat mengalami musibah yang hampir merenggut nyawanya. Semua berawal saat Shavia hampir mati dan ditolong oleh Andri. Shavia sempat berucap akan menjadikan penolongnya suami jika seorang pria, dan akan menjadikan adik jika seorang perempuan. Ternyata yang menolongnya adalah seorang pria. Shavia pun berkenalan dan mulailah timbul rasa cinta. Omongan yang seperti sumpah itu tentu harus ia lakukan. Akhirnya, Shavia menikah dengan pria penolongnya. Malam ini adalah malam yang membuat dua insan bermandikan peluh dan memacu adrenalin. Pasalnya, ini adalah malam pertama yang menggairahkan dan diharapkan menghasilkan bayi. Tubuh Andri yang berkulit sawo matang tengah berada di atas tubuh sang istri yang berkulit putih. Kulit gadis ini begitu mulus dan halus, bagai berlian yang berharga dan kilaunya menyilaukan. Setelah mencapai puncak, dua insan yang terengah itu mengatur napas karena kelelahan. Pergumulan pertama yang merupakan permulaan saja sudah membuat mereka kehabisan tenaga, apalagi jika beradu ronde kedua atau ketiga.  Mereka menyudahi kegiatan itu karena tulang mereka terasa remuk. “Ini malam pertama kita yang indah, Sayang,” bisik Andri di telinga sang istri sambil mengecup bagian tengkuknya. Bagian itu biasanya menjadi kelemahan kaum hawa. “Mmmm ….” Shavia merasa geli jika sang suami memainkan area tengkuknya. “Kamu tak apa tidur disini?” tanya Andri lagi. Mereka tidur di rumah orang tua Andri yang bisa dibilang sangat sederhana, jauh jika dibandingkan dengan kediaman sang gadis yang sangat mewah dan memiliki fasilitas yang lengkap. “Tidak apa-apa,” jawab Shavia sambil menggelengkan kepala. Ini adalah hidup yang ia pilih. Sekarang hanya tinggal menjalani, mensyukuri, dan menikmatinya saja. Memang penyesalan selalu datang di akhir. Sekarang ia berani mengambil resiko, maka harus berani juga bertanggung jawab. “Kapan kita ke rumah kamu?” Sang suami pun bertanya sambil membayangkan jika tinggal di rumah yang sangat megah dan memiliki banyak pelayan. “Tidak tahu. Ada dua medusa dan ayah sudah mengusirku, kan?” Di rumah Shavia ada ibu tiri dan adik tiri. Sang ayah juga sudah mengusir dan hampir menghapus namanya dari daftar keluarga. Mana mungkin ia kembali ke sana? “Rayu ayahmu agar kita tidak terlalu hidup susah, Yank. Orang tua pasti akan memaafkan anaknya. Apalagi jika kita memberikan ayah cucu.” Sudah pasti, Andri ingin hidup enak dan tak capek-capek usaha atau menjadi karyawan. Percuma punya papa mertua kaya raya, tapi ia dan istrinya malah hidup susah. Awalnya, Andri berharap musibah ini akan bertahan sebentar dan mereka bisa hidup nyaman. Nyatanya, pintu hati ayah Shavia tak kunjung terbuka. Alih-alih memberi uang, ayah Shavia justru membuatnya kesusahan mendapatkan pekerjaan. Tak ada perusahaan yang mau memperkerjakannya karena takut keluarga besar Candradinata memusuhi mereka. “Belum juga dapat pekerjaan, Sayang?” tanya Shavia pada Andri yang sudah berbulan-bulan mendekam di rumah saja. Shavia sedikit kelelahan karena harus menghidupi keluarga suaminya. Ayah Andri hanya seorang pekerja di tukang ayam potong. Gajinya tidak cukup untuk hidup mereka berempat satu bulan. Ibu Andri tidak bekerja, hanya seorang ibu rumah tangga. Tadinya sang ibu menjual camilan keliling, tapi kakinya mengalami cedera dan membuat ia tak bisa berjalan jauh. “Belum. Kenapa susah sekali cari kerja? Padahal setelah lulus dulu, aku langsung diterima kerja. Papamu, sih,  bikin aku nganggur dan sulit dapat kerjaan.” Andri terkena insiden pengurangan pegawai. Kata orang, keuangan perusahaan tidak stabil dan nyaris bangkrut. Maka dari itu, untuk menstabilkan keuangan, banyak karyawan yang di-PHK. “Sabar, Mas. Nanti juga dapat. Untuk sementara, kebutuhan dapur bisa pakai uang dari hasil jualanku saja,” ujar Sahvia dengan perasaan khawatir. Ia takut terus-terusan menanggung hidup suaminya. Andri seperti keenakan karena Shavia yang bekerja dan Andri tak lagi jadi tulang punggung keluarga. Hanya Shavia seorang penjual underwear saja sudah membuat Andri bisa leha-leha. Apalagi jika Sahavia masih jadi anak konglomerat dan mereka diberikan perusahaan, Andri tak perlu bekerja dan tinggal memerintah pelayan saja. “Bagaimana keadaan di pasar, Sayang?” tanya Andri sambil memeluk istrinya. Ia menarik Shavia untuk duduk di pangkuannya. “Bagus, pembeli semakin ramai.” Shavia berjualan dari jam dua subuh sampai jam dua belas siang. Ia membuka lapak kecil-kecilan di Tanah Abang. Di akhir pekan, ia berjualan di jalanan, menarik pembeli dari orang-orang yang tengah melakukan car free day. “Maaf  aku belum bisa menafkahi, ya,” ujar Andri sambil mengecup tengkuk Shavia. Nama Shavia kini sudah berubah menjadi Julaeha. Di pasar, ia akrab dipanggil Leha. “Tak apa, Sayang.” Shavia menerima takdirnya. Mungkin ia harus merasakan yang namanya hidup prihatin karena sudah lama hidup nyaman. Terkadang perjalanan hidup yang pahit akan membuat seseorang menjadi lebih baik. Berbulan-bulan Shavia hidup dalam kesederhanaan, jauh berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kehidupannya dulu. “Kamu belum hamil juga?” tanya ibu mertuanya saat Shavia merapikan barang dagangan untuk esok. Badan Shavia terasa remuk karena hampir seharian berjualan, belum lagi di rumah harus mengerjakan pekerjaan rumah dan melayani suami. “Belum, Ma. Test pack masih negatif, padahal telat haid.” Entah mengapa, siklus haidnya menjadi tidak lancar. Mungkin efek stres dan kelelahan. “Jangan-jangan ada penyakit di rahim kamu.” Ibu mertuanya pun curiga. Sudah berbulan-bulan anaknya menikah, tapi menantunya tak kunjung memberikan cucu. “Astaga! Jangan sampai! Mungkin telat haid karena stres saja.” Shavia tak mau ikut berburuk sangka. Sejauh ini ia tak punya penyakit serius atau penyakit keturunan. “Periksakan lho. Mana mungkin kalo anak Mama yang tidak bisa menghamili kamu.” Mama Andri memang wanita bawel dan sering berburuk sangka. Pekerjaannya di rumah hanya membuat semuanya berantakan. Shavia-lah yang selama ini bersih-bersih dan memasak. “Nanti kalau sempat, ya, Ma.” Shavia menunduk sedih. Uangnya pas-pasan, sayang jika dipakai ke dokter. Selama ini, ia berusaha menahan sakit jika tubuhnya kelelahan atau mulai tumbang. Jika ingin membeli sesuatu pun ditahan-tahan karena lebih mementingkan kebutuhan bersama dibandingkan kesenangan pribadi. Kurang apa ia sebagai menantu? Mengapa ibu mertuanya selalu menganggapnya remeh? “Mmmm … jangan-jangan kamu mandul.”  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook