bc

Guru Dingin itu Suamiku

book_age18+
13.8K
FOLLOW
113.1K
READ
teacherxstudent
love after marriage
age gap
arranged marriage
drama
twisted
sweet
bxg
childhood crush
first love
like
intro-logo
Blurb

Pria yang baru kau temui adalah suami dan juga dosenmu?!

Kejutan tak berakhir di sana, pindah sekolah membuatnya bertemu si dingin yang manis layaknya bunny, Kuki.

Apa ia bisa tetap bisa menetapkan hati untuk sang suami? Sementara sikap dan perhatian Kuki membuatnya berdebar?

Ya malam ini bagai sebuah drama untuknya. Reya yang siang tadi masih membayangkan memiliki seorang pacar kakak kelas yang populer. Kini berubah status akan menjadi istri seorang Majendra Yogi Finanda. Laki-laki yang bahkan tak ia ketahui siapa. Laki-laki yang baru pertama kali Ia temui. Hmmph, Freya Anggun Kinanti, hidupmu memang penuh drama!

chap-preview
Free preview
1. Pertemuan
Bandung, Paris Van Java-nya Indonesia. Katanya Bandung itu memiliki udara sejuk seperti kota Paris. Aku tinggal di kota ini sejak kecil. Kota dengan segala keindahannya. Aku tinggal bersama ayah dan nenekku. Ayah yang tak lelah bekerja untuk memenuhi kebutuhan kami dan nenek yang juga masih bekerja meski usianya renta. Namaku adalah Freya Anggun Kinanti, usiaku kini hampir menginjak dua puluh satu tahun. Aku telah lulus SMU satu setengah tahun yang lalu. Ingin sekali kuliah entah jurusan apa. Hanya saja terhalang biaya. Padahal harapan yang aku inginkan. Terutama memiliki pacar, yuhuuu! Membayangkan masa jadi mahasiswi yang menggelora punya pacar mahasiswa populer yang tampan. Bukankah itu harapan hampir semua gadis? Entahlah, kenapa aku begitu bersemangat tentang pacaran. Apa aku terlalu banyak nonton t****k? Aku suka mendengarkan musik di mana pun dan kapanpun juga suka sekali tentang kebudayaan Korea. Tentang sejarah kerajaan Korea aku suka sekali membaca dan menonton drama bertema kerajaan atau disebut Saeguk. Bukan tak cinta Indonesia, atau kehilangan rasa nasionalisme. Hanya saja sejarah Korea disimpan dengan baik dan lengkap sekali. Ditambah dengan kisah romantis yang mengikuti di setiap masa pemerintahan. Yang paling menarik adalah ketika ada suatu rahasia dengan berbagai sudut pandang yang berbeda. Seolah mencari sebuah misteri ke mesin waktu. Menurutku itu mengasikkan seolah jadi detektif perkara masa lalu. Lalu berusaha menerka kisah mana yang benar. Di sini aku tinggal bersama ayah dan nenek. Ayah bekerja menawarkan aneka barang dari perusahaan tempat ia bekerja. Dulu sebenarnya ayah mempunyai garmen kecil-kecilan tapi, bangkrut karena terus saja merugi. Saat ini ia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kami sekeluarga. Ayah tak pernah memaksa atau berharap padaku untuk bisa membantu keluarga. Ayah hanya ingin aku jadi seorang gadis yang bahagia dan sukses. Namun itu adalah keinginanku bisa menjadi anak satu-satunya yang sukses. Aku harap bisa memenuhi keinginan ayah jadi orang sukses yang bisa membantu perekonomian keluarga. Kau ingin bisa membahagiakan keduanya tentu saja. Pulang bekerja sore ini seperti biasanya aku mampir ke pasar tempat di mana nenek berjualan. Aku akan menjemputnya dan kami akan pulang bersama. Ayah dan nenek adalah orang terpenting dalam hidupku. Tanpa mereka, tak mungkin akan ada Reya saat ini. Mereka berperan besar merawat ku yang tumbuh tanpa seorang ibu. Kini aku bekerja di sebuah kedai es Boba disebuah mall. Aku tak punya teman yang cukup dekat saat sekolah dulu. Bukan tak ingin bergaul hanya saja aku tak bisa mengikuti gaya hidup mereka. Jika punya uang aku lebih baik menabung untuk melanjutkan kuliah. Ingin menjadi pramugari, agar bisa keliling dunia dan mengajak ayah juga nenek keliling dunia. Aku ingin melihat seluas apa dunia ini? Juga keindahan di setiap negara semoga, semoga aku bisa mewujudkan cita-cita ku. Yang paling penting aku ingin ke Korea. Melihat langsung peninggalan sejarah juga mengunjungi Gyeongbokgung Palace juga menjadi tempat Nasional Folk Museum (Museum Rakyat Nasional) dan National Palace Museum of Korea (Musem Istana Nasional Korea) di mana kita bisa melihat secara dekat arsitektur, interior, adat istiadat, serta benda-benda peninggalan warisan Dinasti Joseon. Menyenangkan sekali membayangi itu semua. Setiap pulang bekerja, aku harus melewati jalanan yang cukup ramai yang tak aku sukai, untuk tiba di pasar. Aku tak suka keramaian, kadang malah membuat pusing dan penat. Berjalan seraya mendengarkan musik dari ponsel. Membuat aku tak terlalu memperhatikan jalan. Bruk. "Maafkan Om," ucapku tak sengaja menabrak paman yang berjalan berlawanan arah denganku. "Ini," paman itu memberikan earphone-ku yang terjatuh. "Hati-hati ya," katanya lembut. Aku membungkuk, sejujurnya ini salahku karena tak memperhatikan jalan dan sibuk mendengar lagu yang bergema di telinga. Sekita lima belas menit untuk sampai di pasar, aku menyapa para penjual di sana usianya kebanyakan seusia ayah. Mereka rasanya telah seperti keluarga kami. Menyenangkan dan aku cukup sering mendapat makanan gratis setiap datang kemari. "Reya, bawa ini buat Nenek ya," ucap Bibi Mariam salah satu penjual bubur sumsum terenak di sini. Seraya memberikan sebungkus dagangannya untuk nenekku. Aku menerima pemberian bibi Mariam. "Hatur nuhun ya, Bu," Ucapku. "Sami sami, bilang nenek buruan di makan mumpung masih anget." "Iya nanti Reya bilang nenek biar dimakan. Hatur nuhun ya Bu," ucapku sekali lagi sambil mengangguk lalu terus berjalan menuju kios milik nenek. Nenek berjualan aneka sayur segar. Nenekku telah merapikan dagangan miliknya. Meskipun ia lelah tak pernah senyuman hilang dari bibirnya. Wajahnya selalu ceria, aku harap nenek akan terus sehat sampai aku bisa membahagiakan ia dan ayah. Nenek berusia tujuh puluh tahun tahun. Tapi sebagian orang mengira nenek masih lima puluh tahunan. Nenek selalu bahagia dan berusaha bahagia, kata nenek itu obat awet muda, bahagia. "Ibu," sapaku. . Ya, aku memanggil. Nenek dengan sebutan ibu. Segera membantu merapikan sisanya. Kesal juga karena aku sudah mengatakan nenek jangan merapikan semua sendirian. "Aduh cucu nenek si cantik, ayo kita pulang. Ibu dapat banyak udang segar hari ini. Kita masak buat makan nanti." "Kan Reya udah bilang ibu jangan beberes sendiri. Kenapa masih bandel beberes sendiri?" ocehku seraya membantunya menutup meja jualan nenek dengan terpal. Aku menenteng tas milik nenek, kami berjalan seraya saling bergandeng. Nenek sesekali menepuk-nepuk tanganku lalu menatapku ia selalu mengatakan menatapku mengingatkannya akan rasa jatuh cinta. Itu terjadi karena ia terlalu sayang padaku. Suasana mulai dingin, nenek sesekali mengeratkan jaket lawas yang ia kenakan. "Ibu mau jaket baru?" tawarku. "Enggak ini aja cukup, masih bagus. Enggak usah beli macem-macem buat nenek. Apalagi pakai tabungan kamu. Nenek enggak mau." Nenek menolak selalu seperti itu, menyebalkan. Tak lama untuk kami tiba di rumah. Rumah kami adalah rumah lama milik nenek. Rumah sederhana dengan halaman yang cukup luas. Peninggalan keluarga kakek meski sudah reyot tapi, ini jadi tempat berlindung kami. Aku melihat sepatu ayah yang sudah berada di rak. Tapi, ada sepatu lain yang berada di sana. Aku dan nenek saling menatap tapi kemudian berjalan tanpa berkata apapun. Seorang pria terlihat akrab berbicara dengan ayah. Siapa dia? "Ayah," sapaku setelah masuk ke dalam rumah. "Eh Reya udah pulang?" salam ayah sambil tersenyum ke arahku. Aku mengangguk sementara paman yang duduk di hadapan ayah di menatap dengan senyum. Ayah memintaku mencium tangan teman ayah. Sepertinya, usianya sedikit lebih tua daripada ayah. Ia menatapku sejak aku tiba. "Ganti baju dulu ya Nak. Nanti setelah ganti baju kamu ke sini lagi. Kita ngobrol sebentar. Ayah sama Om Jun mau bicara sesuatu." "Iya Yah," ucapku lalu berjalan masuk ke dalam kamar. Saat itu aku melihat seorang lain masuk. Pria dengan kulit pucat. Sepertinya, tak asing? Ia tersenyum aku lalu mengangguk dan berjalan menghampiri mencium tangan paman itu. "Paman? Ah yang tadi enggak sengaja saya tabrak ya?" Paman berkulit putih itu mengangguk dengan wajahnya yang seolah tanpa ekspresi. Aku ingat betul ia yang aku tabrak tadi tapi, kenapa dari tatapannya seolah baru saja melihatku? "Nak," sapa ayah mengingatkan bahwa aku harus mandi dan berganti pakaian terlebih dahulu. "Eh iya, Yah." Aku akan bergegas segera mandi dan berganti pakaian, agar rasa penasaranku terjawab. ****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.6K
bc

My Secret Little Wife

read
85.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook