Prolog
“Siapa suruh keluar tanpa ijin? Sudah kubilang untuk tidak pergi menemui teman-temanmu disaat aku akan pulang sore, kau memang tak pernah mendengarkanku! “ bentak Anthoni.
Devita hanya menangis, berkali-kali ia menyeka air mata yang jatuh tanpa permisi itu. Wanita itu tertekan secara mental, suaminya sangat posesif dan protektif. Anthoni tak pernah mengizinkan Devita untuk keluar dari rumah tanpa seizinnya.
Dibalik pintu kamar lain, seorang anak lelaki berusia tujuh tahun sedang duduk bersandar pada daun pintu. Ia mendengarkan kericuhan yang dibuat oleh orang tuanya. Tak hanya sekali itu ia mendengarkan ayahnya berteriak dan marah pada ibunya. Bahkan hampir setiap ayahnya pulang disore hari, ia akan mendengarkan kata-k********r keluar dari mulut ayahnya itu.
Jendra menutup telinganya, ia berusaha untuk tidak peduli pada kedua orang tuanya. Namun, saat malam semakin larut, Devita masuk kedalam kamar Jendra. Wanita itu membawa pergi anaknya dari rumah mewah milik Anthoni.
Mereka menuju sebuah rumah sederhana milik orang tua Devita. Letaknya tak begitu jauh dari rumah Anthoni. Hanya dalam satu kota, tetapi berbeda daerah.
Devita menangis dipelukan ibunya. Hal itu disaksikan oleh Jendra. Anak itu hanya terdiam tanpa ekspresi melihat ibunya yang terlihat sembab karena terlalu lama menangis.
“Jendra masuk kedalam kamar saja ya! “ ujar oma.
“Baik, oma. “
Jendra berlari kecil menuju kamarnya, ia kembali merebahkan diri diatas ranjang. Sembari memikirkan kejadian yang terjadi pada keluarganya. Anak itu tiba-tiba saja bergumam,”aku akan menunjukkan padamu, bahwa aku bisa sukses tanpa harus kau ajari! “.
Setelah itu, Jendra menutup matanya dan terlelap dalam mimpi.
***
"Jendra akan buktikan ke papa, kalo Jendra bisa sukses tanpa papa bantu!" gerutunya dikamar.
Ucapan seorang anak berusia tujuh tahun itu, membuat dirinya menjadi anak yang mandiri. Jendra kini tinggal bersama Devita, mereka menempati rumah orang tua Devita yang berada di kawasan Tropodo, Sidoarjo.
Setelah keergian Devita, Anthoni menjadi liar. Lelaki itu bahkan menanam benih pada wanita lain yang bahkan hanya dikenal dari sebuah club malam.
Hati Devita begitu hancur mendengar kabar suaminya yang memiliki anak dari wanita lain. Hanya saja, Anthoni tidak menikahi wanita itu.
Jendra hanya terdiam tak menanggapi kabar tentang ayahnya. Anak itu justru mendatangi rekan sekaligus sahabat ayahnya disebuah perusahaan milik Marcello Adelard. Jendra meminta bantuan Marcell untuk mengajarkannya tentang dunia bisnis. Awalnya Marcello menolak, karena ia tak enak hati pada Anthoni. Setelah memohon dan mendatangi kantor Marcell selama satu bulan penuh sepulang sekolah. Akhirnya Marcell membantu Jendra untuk belajar tentang dunia bisnis.
Jendra dengan tekun mempelajari setiap berkas yang Marcell tunjukkan. Bahkan setiap Marcell menemui klien, Jendra selalu ikut bersamanya.
"Om mau ketemu papamu, kamu mau ikut?" tanya Marcell.
"Boleh, om. Jendra mau lihat om kalo kerja sama papa gimana?" ujar Jendra.
"Ya sudah, sekalian makan malam. Kamu bilang mama-mu kalau pulang malam," ujar Marcell.
"Baik, om!"
Jendra menghubungi Devita, lalu ia memberitahu ibunya jika tidak akan pulang untuk makan malam. Devita mengizinkannya, karena hanya Marcell yang saat ini dapat membantu Jendra dekat dengan ayahnya.
Meski Anthoni menyakitinya, cinta Devita begitu besar hingga wanita itu tidak bisa membenci suaminya. Namun, semenjak kepergian Devita kerumah orang tuanya. Anthoni masih tetap menafkahi istrinya itu, hingga memberikan sejumlah uang untuk membantu Jendra menjalankan bisnis yang diinginkannya.
Beberapa tahun berlalu, Jendra kini tengah duduk dibangku SMP. Saat ini ia memiliki bisnis yang dijalankan oleh Marcell. Sebagai gantinya, Marcell menyerahkan Railo anaknya untuk dididik oleh Jendra. Karena Marcell sendiri sangat kuwalahan dengan anaknya itu.
Kehidupan mereka berlanjut, hingga Anthoni mengidap satu penyakit yang mengakhiri hidupnya di rumah sakit Singapura. Anthoni dikremasi secara langsung di Singapura, dan dimakamkan disana.
Anthoni mewariskan seluruh hartanya pada anak dan istrinya. Tentu anak dari wanita lain itu juga ikut mendapatkan harta Anthoni. Namun, Jendra memberikan setengahnya pada saudara tirinya dan sisanya diserahkan ke Devita. Jendra tidak mengambil sepeserpun harta itu. Ia terus mengembangkan bisnisnya bersama Marcell.
