bc

Lone Vampire

book_age18+
106.5K
FOLLOW
152.1K
READ
possessive
contract marriage
dominant
goodgirl
single mother
drama
tragedy
bxg
vampire
female lead
like
intro-logo
Blurb

[TAMAT ]

Apa yang dilakukan oleh Florence Sorina, seorang manusia, ibu muda dan korban pemerkosaan, untuk menyelamatkan nyawa anaknya dari kematian?

Segalanya.

Termasuk merelakan dirinya untuk dijadikan sebuah mainan oleh seorang pria misterius bernama Alexander Oberon. Seeorang vampir dengan rahasia dan masa lalu yang kelam.

Cast: Florence Sorina , Alexander Oberon

Cover: canva

Font : Lemon Tuesday

chap-preview
Free preview
1. Florence Sorina
Florence Sorina memeluk erat anak dalam gendongannya yang terlihat terlelap. Kepala anak berumur 2 tahun itu bersandar pada bahu Florence, sementara tangan kecilnya tergantung di sisi badannya. Sudah beberapa hari ini Adam tidak bisa tidur dengan tenang. Setiap beberapa jam, anak itu menjerit dan menangis memegangi perutnya yang terlihat kembung. Awalnya Florence hanya mengira bahwa anak itu masuk angin atau salah makan, tapi setelah seminggu berlalu dan tidak ada perubahan dan malah makin parah, Florence memutuskan untuk membawa anak pertamanya ke menemui dokter yang sudah dikenalnya sejak lama. Disinilah akhirnya Florence menunggu hasil tes yang mereka lakukan pada Adam. Di ruangan dokter yang terang dan berbau pemutih. Pria yang duduk di hadapannya terlihat serius membaca kertas yang ada di tangannya, sambil sesekali mengelus dagunya yang licin tercukur rapi. Florence menatap wajah sang dokter dengan pandangan gamang. Robert berumur tidak lebih dari 30 an. Tegap, dan berwajah menenangkan. Pria baik. Salah satu alasan mengapa Florence mendatanginya setiap ia memerlukan bantuan. Robert berdeham sebelum kemudian menarik lepas kacamatanya dan mendongak menatap Florence. “Hasil tes membuktikan ketakutaku, Flo,” ucapnya dengan nada pelan seolah sedang bersiap untuk menyampaikan sesuatu yang buruk. Jantung Florence berdetak kencang menunggu pria itu meneruskan ucapannya. “Adam… menderita Thalassemia akut, yang bisa menjelaskan mengapa ia terlihat lebih kecil dibanding anak seusianya dan keterlambatannya dalam beberapa fase pertumbuhan seperti bicara dan motorik kasarnya. Yang juga menyebabkan mengapa perut Adam sekarang terlihat membesar dan bengkak. Bukan karena kembung biasa, tapi karenaadanya pembengkakan organ tubuhnya…hati dan limpa sebagai permulaan.” Florence mengerutkan keningnya kebingungan, tau apa dia soal Thalassemia? Tidak ada. Hanya lulusan SMA yang tidak sempat mengenyam bangku kuliah karena kehadiran Adam yang mendadak, hidupnya sehari-hari hanya dipenuhi oleh bekerja dan mencari uang untuk membiayai dirinya sendiri, neneknya, dan anak tunggalnya. “Thalassemia?” ulang Florence. Pria itu mengangguk, “Thalassemia adalah penyakit genetik, dan cukup langka yang menyebabkan kelainan pada sel darah merah. Biasanya penyakit ini diturunkan dari salah satu orang tua anak walau tidak ada gejala yang nampak dari mereka.Kita bisa melakukan pengecekan kepadamu atau ayah… um… maafkan…maksudku—“ Florence menggeleng memotong ucapan sang dokter. “Tidak perlu, Rob.” Sekuat tenaga Florence berusaha menghapus kilasan kejadian yang kini bermunculan di benaknya bak sebuah mimpi buruk ketika sang dokter menyebutkan tentang ayah Adam. Pria sudah memperkosanya hingga akhirnya lahirlah Adam. Seorang malaikat yang muncul ditengah nerakanya, dan menyelamatkannya dari kehancuran. Anak tidak berdosa dengan tatapan yang lembut dan pelukan paling hangat yang pernah di rasakan Florence. Yang kini didiagnosis dengan penyakit mematikan yang mungkin bisa merenggut nyawanya dari Florence. “Jadi, pengobatan apa yang kini bisa kita tempuh?” lanjut Florence tidak ingin terlarut dalam kesedihannya. Ia menarik nafas dan menahannya beberapa saat. Mengembangkan paru-parunya agar tidak makin menghimpit dadanya yang mulai sesak. Berharap bahwa jawaban yang di berikan Robert akan memberinya kelegaan. Tapi tatapan mata pria itu tidak berubah. Matanya yang teduh masih terlihat sendu walaupun ia tersenyum. “Satu-satunya yang bisa kita coba di tahap ini adalah transplantasi sumsum tulang belakang. Kita bisa mengecek apakah dirimu memiliki kecocokan dengan Adam, atau bila ada anggota keluarga lain?” Florence mengangguk, “Nenekku… Tapi… ia sudah berumur 75 tahun…” Sang dokter mengangguk, “Kita tes saja dulu dirimu, Flo, jika ternyata tidak cocok maka kita bisa masukkan Adam ke daftar penerima donor sumsum tulang belakang.” Transplanasi? Donor? “Be…berapa biayanya?” tanya Florence, tidak yakin simpanannya dari pekerjaannya yang hanyalah seorang pegawai administrasi akan cukup. “Memang tidak murah, Flo…Sekitar 800-1 miliyar.” Jantung Florence berhenti berbunyi dan terasa jatuh ke lantai mendengar jumlah yang disebutkan oleh Robert. “Apakah kau memiliki asuransi—“ Florence menggeleng cepat. Ia menggigit bibirnya berusaha menahan air matanya untuk berurai di ruangan asing itu. “Aku bisa membantumu dengan sedikit biayanya—“ “Tidak, Robert! Kau sudah cukup membantuku selama ini. Ditambah bukankah kau juga sedang mempersiapkan pernikahanmu? Aku akan pikirkan biayanya sendiri,” putus Florence. Robert terdiam sejenak sambil melirik ke arah Adam yang tertidur pulas dalam pangkuan ibunya. Mata bocah itu terlihat lebih cekung dari biasanya. Rambutnya yang ikal tampak kusut basah oleh keringat. Jenis rambut yang sama dengan milik ibunya. Gelap, tebal, ikal mengelilingi wajahnya yang cantik tapi terlihat kelelahan. Sudah beberapa kali Robert menyatakan cintanya pada Florence dan keinginannya untuk menikahi wanita itu, yang selalu di tolak oleh Florence dengan berbagai alasan. Sepertinya trauma yang di alami Florence membuatnya memiliki ketakutan tersendiri akan sebuah hubungan. Robertpun akhirnya menyerah akan usahanya memiliki Florence, dan memutuskan untuk menambatkan hatinya pada wanita lain. Yang akan dinikahinya sebentar lagi.  “Baiklah,” jawab Robert akhirnya. “Biar kujadwalkan saja dulu untuk dirimu melakukan pengecekan kecocokan sumsum tulang belakangmu dan Adam, besok jam 3 sore?” Florence mengangguk cepat. “Setelah itu kita bisa menentukan langkah berikutnya,” lanjut Robert. “Akua lampirkan beberapa informasi tentang penyakit Adam, untuk kau pelajari, dan jika kau masih bingung, kau bisa menghubungiku kapan saja. Nomor ku masih sama.” Florence tersenyum sambil berusaha meraih kertas dan brosur yang disodorkan Robert dengan tangan kanannya yang tidak tertindih Adam, dan memasukkannya ke dalam tas. “Terima kasih banyak, Rob. Akan kulakukan,” jawab Florence sambil bergegas berdiri. Robert tampak ragu-ragu sejenak sebelum kemudian melanjutkan. “Uhm… Flo….,” panggilnya menghentikan langkah Florence. “Ya?” “Ada beberapa kasus… Penderita Thalassemia yang berhasil diperlambat bahkan di sembuhkan dengan darah orang yang mengalami mutasi genetik menjadi berbeda dari manusia biasa.” “A… Apa maksudmu?” Florence mengerutkan dahinya kebingungan. Mutasi genetik? Pria itu kembali menggaruk dagunya ragu untuk menyebutkan siapa yang di maksudnya, tapi mengingat catatan medis bukan hanya milik Adam tapi juga milik Florence, yang ada diatas mejanya, mau tidak mau ia merasa harus melakukan sesuatu untuk membantu. Jika Florence menolak bantuan keuangan, maka mungkin ia bisa memberikan jalan keluar lainnya kepada wanita itu. Robert masih ingat betul bagaimana kondisi Florence ketika datang di ruang IGD hampir 3 tahun yang lalu. Babak belur dan dalam keadaan trauma, gadis itu diantar oleh orang yang menemukannya tergeletak ditengah jalan hampir dalam keadaan tidak berbusana. Seseorang rupanya telah memperkosanya hingga lahirlah anak yang ada dalam gendongannya ini. Robert menarik secarik kertas dan menuliskan sebuah alamat di dalamnya sebelum kemudian menyerahkannya pada Florence yang langsung menerimanya dan membaca tulisan di dalamnya. Ia mengenali daerah yang dituliskan oleh pria itu sebagai kompleks perumahan elit yang ada di kotanya, tapi ia masih tidak paham apa maksud dari ucapan sang dokter. “Jangan bilang aku yang memberimu alamat itu. Tapi jika ia sedang berbaik hati, mungkin ia akan bersedia membantumu. Ia sudah pernah melakukannya kepada beberapa pasien ku.” Florence semakin kebingungan dengan ucapan Robert. “Ia siapa?” tanyanya. “Tuan Alexander Oberon.” “Siapa dia?” “Vampir.”  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
49.8K
bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
601.5K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.0K
bc

HOT AND DANGEROUS BILLIONAIRE

read
569.1K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
145.9K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.8K
bc

Mafia and Me

read
2.1M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook