bc

My Sweet Sasya

book_age18+
3.8K
FOLLOW
33.3K
READ
billionaire
possessive
love after marriage
age gap
badboy
goodgirl
CEO
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Hal terkonyol (dan mungkin orang lain akan menganggapnya gila) yang pernah Sasya lakukan ketika usianya menginjak angka delapan belas tahun adalah menjodohkan papanya sendiri dengan sahabatnya.

Lalu ketika sekarang usianya menginjak angka dua puluh satu tahun, sebuah keadaan memaksanya menikah dengan sahabat ayahnya sendiri.

chap-preview
Free preview
Bagian 01
"Bentar!!!" teriak seorang gadis dengan suara cemprengnya ketika mendengar beberapa kali bel rumahnya berbunyi. "Bik Mimin tolongin Sasya bukain pintu dong, Sasya lagi sibuk nih!" teriak gadis itu tanpa mengalihkan atensinya dari layar laptop yang tengah ia tekuni. "Bik?!" teriak gadis itu lagi saat tak mendengar respon apa pun dari seseorang yang dipanggilnya. "Bi—plak!!" Sasya menepuk keningnya keras-keras saat teringat bahwa di dalam rumahnya yang besar ini hanya ada dirinya sendiri. Bik Mimin pembantunya sedang izin pulang kampung, papa dan bundanya sedang berbulan madu entah untuk yang keberapa kalinya membawa serta adik laki-lakinya yang masih sangat kecil, begitu pun dengan kakek dan nenek tirinya. Sasya bangkit dari tengkurapnya dengan kesal setelah sebelumnya mengetik beberapa kata di laptopnya saat bel rumahnya ditekan-tekan tanpa henti menimbulkan suara yang amat sangat berisik dan mengganggu indra pendengarannya. "Sabar ngapa, gua lagi jalan ini!" gerutunya dengan wajah menekuk tak berbentuk. Begitu pintu rumahnya dibuka seorang laki-laki dengan punggung lebarnya tengah membelakanginya. "Cari siapa?!" tanya Sasya ketus tanpa basa-basi. Ia memang sedang tak mau berbasa-basi sekarang, hatinya sedang kesal ditinggal sendirian oleh keluarganya yang sedang berbulan madu berjamaah itu. Dengan gaya slow motion ala-ala sinetron yang membuat Sasya memutar kedua bola matanya jengah, laki-laki berkemeja putih polos itu berbalik. "Cari kamu," jawab laki-laki itu dengan seringaian mematikannya yang sayangnya bukan membuat Sasya terpesona malah membuat gadis itu berdecak kesal. Gadis itu bersedekap d**a. "Ngapain cari Sasya?!" "Mau saya nikahin!" laki-laki itu terkekeh ketika gadis kecil di depannya berdecak tak suka dengan ekspresi menggemaskannya. "Bercanda! Mana mau saya nikahin anak kecil kayak kamu yang tonjolannya aja enggak keliatan sama sekali." Sasya menyilangkan kedua tangan di dadanya sembari memelototi laki-laki di depannya. "Sasya juga enggak mau nikahin laki-laki tua kayak Om! To the point aja deh, Om Dimas mau ngapain ke sini? Mau minta sumbangan? Oke! Tunggu! Sasya ambil dulu ke dalam!" Gadis itu berbalik sembari mengibaskan rambut panjangnya sehingga sedikit menampar wajah laki-laki itu. Namun, tak ada selangkah tangannya sudah di tarik oleh seseorang. "Apa lagi?" tanya Sasya malas. "Saya ke sini bukan untuk nikahin kamu apalagi untuk minta sumbangan, saya ke sini diminta Rangga untuk jagain kamu!" ucap Dimas membuat mata Sasya yang tadinya menyipit malas menjadi membulat seketika. "Apa?!" pekik Sasya otaknya menjadi flashback pada kejadian beberapa jam yang lalu ketika satu persatu keluarganya pergi meninggalkannya. Sasya memandang dua orang di depannya dengan wajah memelas bak anak kucing yang baru saja tercebur got, sangat memperihatinkan. "Terus kalau kalian bulan madu Sasya sama siapa dong di rumah? Sendiri? Enggak mau!" ucap Sasya kala itu dengan berbagai ekspresi di wajahnya. Ia melongoskan wajahnya sembari bersedekap d**a, ia kesal sungguh sangat kesal apa-apaan mereka itu bulan madu kok dilakukan hampir setiap bulan. Memangnya enggak bosan apa? Mana enggak ngajak-ngajak lagi. "Kamukan udah besar! Umur kamu juga udah nyaris nginjek angka 21," ucap laki-laki di hadapannya, Rega, papanya. "Masa enggak berani tinggal sendiri di rumah? Lagiankan nenek dan kakek kamu setiap hari ke sini!" Sasya mengerucutkan bibirnya memandang Rega. "Tapikan ...," ucapnya menggantung tatkala papanya memandangnya tajam. "Fix, papa jahat! Kenapa pake melotot-melotot segala sih?" Sasya mengalihkan tatapan ke bundanya, bunda tirinya. Yang sedang memberikan ASI eksklusif kepada adiknya yang baru saja menginjak usia 20 bulan, Rendra namanya. "Bun ...," Rengek Sasya. Bundanya, Diandra. Memandang simpati Sasya kemudian memandang suaminya. "Bulan madunya dibatalin aja deh, kasian juga Sasya ditinggal sendiri di rumah," ucap Diandra kepada Rega yang dijawab gelengan keras laki-laki itu. "Tapi aku udah beli tiketnya, Sayang!" Mata Sasya berbinar seketika saat mendengar penuturan sang papa. "Kalau begitu beli aja satu lagi tiketnya biar Sasya ikut!" Rega menggeleng membuat Sasya kembali mengerucutkan bibirnya. "Kamukan lagi ujian semester!" ucap Rega membuat Sasya menepuk keningnya karena teringat bahwa ia sedang ujian di kampusnya. "Papa sengaja ya bulan madunya pas Sasya lagi ujian biar Sasya enggak ikut?!" Laki-laki yang Sasya panggil papa itu tertawa keras sembari mencondongkan tubuhnya untuk mengacak rambut Sasya. "Pinter anak Papa!" Sasya menepis pelan tangan Rega di kepalanya. "Tau ah Papa nyebelin!" "Sebagai permintaan maaf nanti Papa kasih tiket liburan ke Korea deh," ucap Rega mencoba bernegosiasi. Walaupun wajahnya muram dalam hati Sasya berteriak kesenangan. "Awas kalau bohong!" "Jadi kamu ngizinin papa sama bunda pergi?" Sasya menggedikan bahunya. "Sasya bisa apa?" Dan beberapa menit kemudian orangtua dan adiknya itu sudah raib entah ke mana meninggalkannya sendiri dengan setumpuk tugas kampus yang harus diselesaikan sebelum ujian semester dilaksanakan. Beberapa menit kemudian nenek dan kakenya —Rangga dan Diana— datang memberitahukan hal yang tak terduga, mereka akan berbulan madu juga! "Yaaah, terus Sasya sendirian dong di rumah?!" "Memang papa dan bundamu ke mana?" "Mereka bulan madu juga!" "Ya mau gimana lagi, kamu harus sendiri di rumah atau kamu nginep aja gitu di rumah temenmu?" "Enggak mau!" "Ya sudah kalau begitu nanti Papa Rangga datangkan baby sitter untuk kamu!" "Emangnya Sasya anak bayi apa?!" "Iya! Kamu itukan bayi besar yang manja mana cerewet lagi!" Rangga mengacak rambut Sasya kemudian menggandeng istrinya, Diana. "Ayo Sayang, sebentar lagi pesawat kita terbang, paypay bayi besar." Dimas menyentuh bahu Sasya saat Sasya terpaku di tempatnya membuatnya tersentak. "Hayo ngelamun! Mikirin saya ya? Mikirin bisa berdua-duaan sama saya?" "Jangan GR deh!" ucap Sasya ketus. "Sasya itu enggak perlu dijagain, emangnya Sasya anak bayi apa? Sana Om pulang aja!" Diamas mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Ya sudah kalau begitu saya pulang dulu lagi pula inikan sudah malam, saya mau istirahat." Dimas berbalik hendak melangkah namun diurungkannya saat teringat sesuatu, ia berbalik kembali memandang Sasya. "Oh iya saya lupa malam ini ada pemadaman listrik secara bergilir dan kali ini giliran daerah sini, kamu yakin nyuruh saya pergi kamu enggak takut?" Penuturan Dimas membuat Sasya membulatkan matanya, ia tertawa sumbang. "Om di rumah Sasya ini ada gensetnya, jadi enggak usah khawatir kalau mau mati lampu!" Sasya mendorong bahu Dimas hingga membuat Dimas mundur beberapa langkah ke belakang. "Sana mending Om pulang aj—KYAAAA!" Tiba-tiba saja seluruh pencahayaan hilang entah ke mana menciptakan gelap yang membutakan mata membuat Sasya berteriak ketakutan, ia meloncat memeluk Dimas hingga Dimas terhuyung. "Ya ampun ini kok gelap banget sih, huhuhu. Sasya enggak bisa ngeliat!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K
bc

LEO'S EX-SECRETARY

read
121.1K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.1K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Because Alana ( 21+)

read
360.3K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook