bc

SADEWA (Indonesia)

book_age16+
2.3K
FOLLOW
16.1K
READ
badgirl
confident
boss
drama
tragedy
comedy
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Masa lalu yang kelam membuat Sadewa Anggara memilih untuk hidup sendiri. Hidup tanpa seorang teman dan hanya ditemani oleh secangkir kopi. Hingga pada akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri semuanya dan memulai hidup yang baru. Semuanya berubah ketika dia bertemu dengan tetangga lucunya, Aqilla Firdaus. Qilla mengubah hidupnya menjadi lebih berwarna dan sekarang Dewa sadar jika hidupnya benar-benar berarti.

Namun, kenyamanan itu sirna ketika masa lalu kembali datang. Satu-persatu orang yang dia hindari kembali muncul membuat pertahanannya mulai goyah.

Akankah Dewa bisa mengatasi rasa sakit itu?

Apakah Qilla dapat membantunya lepas dari rasa trauma?

"Kamu lihat pintu itu, pintu itu selalu terbuka buat kamu. Pintu apapun itu selama ada aku di dalamnya kamu bebas untuk masuk." - SADEWA

Status : Tamat

chap-preview
Free preview
Prolog
"Kata orang sih tak kenal maka tak sayang, tapi aku belum kenal kok udah sayang ya?”   Dua tahun yang lalu..   Terlihat seorang gadis tengah menghentikan motornya tepat di depan rumah. Dahinya berkerut melihat truk besar yang terparkir di depan rumah kosong samping rumahnya. Gadis itu semakin bingung ketika melihat banyak orang yang mengeluarkan barang-barang dari truk itu. Dengan masih menatap rumah tetangganya, Qilla berjalan masuk ke rumah sambil melepas helm. "Aduh!" Qilla berhenti melangkah begitu menabrak seseorang di depannya. "Aduh Ayah, sakit tau!" Qilla mengelus kepalanya yang dipukul  gulungan koran oleh Ayahnya. "Jalan kok nggak liat-liat." "Suruh siapa Ayah berdiri di situ?" ucap Qilla cemberut. "Eh, ngelawan kamu!" Dengan cepat Qilla berlari masuk ke dalam rumah sebelum Ayahnya memukul kepalanya lagi. "Aku pulang!" teriaknya sambil melepas sepatu. Qilla mulai masuk ke dalam rumah dan mendapati Ibunya yang tengah menata makan siang di meja makan. Dengan cepat ia duduk dan mulai mengambil piringnya. Saat akan menyendokkan nasi, tangannya terasa panas begitu merasakan cubitan dari Ibunya. "Ganti baju dulu sana, anak gadis kok jorok." "Nanggung, Buk. Udah pegang piring ini." Cemberut Qilla kembali meraih sendok nasi, “Truk di depan itu ngapain, Buk?" tanya Qilla sambil memakan makanannya. "Ada pindahan di sebelah rumah." Qilla hanya mengangguk dan kembali memakan makanannya. Sebuah pukulan koran kembali mendarat di kepala Qilla. Dia menatap Ayahnya dengan kesal. Kenapa pria itu hobi sekali untuk menyiksa dirinya? "Ayah! Suka banget sih nyiksa aku!" Qilla kembali mengelus kepalanya dengan kesal. "Enak banget kamu udah makan," ucap Ayah Qilla dan mengambil duduk tepat di sebelah anaknya. "Laper, Yah. Habis berjuang ngerjain UN tadi," jawab Qilla yang tidak diperdulikan oleh Ayahnya. Keluarga kecil itu mulai memakan makan siangnya. Sesekali diiringi oleh perdebatan konyol antara Qilla dengan Ayahnya. Bukan perdebatan yang besar, justru karena interaksi itulah keluarga Qilla menjadi keluarga yang berdeda dan unik. "Ayah udah ketemu belum sama tetangga baru sebelah?" tanya Ibu Qilla sambil menyiapkan makan siang untuk suaminya. "Belum, Buk. Nggak keliatan." "Emangnya Tante Nunik udah beneran jual rumahnya ya, Yah?" "Udah dari dulu kali, Qill. Orang Tante Nunik udah ikut suaminya," balas Ibu Qilla yang hanya dibalas dengan anggukan. Rumah kosong di sebelah rumahnya memang milik tante Nunik, tetangga Qilla dulu, tapi setelah wanita itu menikah lagi, Qilla tidak pernah melihatnya lagi. Ternyata wanita itu sudah bersama dengan suaminya di luar kota. Qilla mendadak jadi penasaran siapa tetangga barunya kali ini?   ***   Dengan semangat Qilla mengangkut semua buku-bukunya untuk ia bawa ke balkon. Malam ini dia ingin belajar di sana karena masih penasaran dengan penghuni rumah sebelah yang belum terlihat batang hidungnya sampai saat ini. Setelah meletakkan buku, Qilla berbalik untuk kembali ke kamar guna mengambil camilan, namun langkahnya terhenti begitu melihat sesuatu bayangan hitam yang mengejutkannya. "Aaa!" Qilla berteriak dan menutup matanya. Dia terkejut begitu mendapati seseorang pria yang berdiri di balkon samping kamarnya, tepatnya di rumah yang baru ditempati itu. "Kenapa kamu teriak?" tanya pria itu. Qilla masih menutup matanya dengan tangan, namun dia membuat sedikit cela pada jarinya agar dapat melihat orang yang di depannya itu. "Lo setan atau malaikat?" tanya Qilla konyol masih dengan rasa takutnya. "Saya manusia," jawab pria itu apa adanya. "Bohong! Lo pasti malaikat, iya kan?" ucap Qilla masih dengan menutup matanya. "Dasar aneh," gumam pria itu kemudian berlalu masuk ke kamarnya meninggalkan Qilla sendiri.   ***   Qilla menuruni anak tangga dengan bersenandung ria. Dia merasa senang sekarang karena hari ini adalah hari terakhir ujian nasionalnya sebelum libur panjang nanti. Langkah kaki kecil itu berjalan ke ruang makan, namun Qilla tidak mendapati siapapun di sana. Di mana ayah dan ibunya? "Ayah? Ibuk?" Panggil Qilla mulai duduk di kursi makan. "Qilla ke sini sebentar, Sayang!" Suara Ibunya terdengar dari ruang tamu dan dengan segera Qilla berlari menemui ibunya. "Ada apa, Buk?" tanya Qilla bingung. "Ini kenalin tetangga baru rumah sebelah, namanya Sadewa." Qilla terdiam menatap pria yang dikenalkan Ibunya tadi. Dia mengingat dengan jelas jika pria itu adalah pria yang dilihatnya semalam di balkon. Ternyata pria itu adalah tetangga barunya. "Jadi lo bukan malaikat?" tanya Qilla bodoh. Gulungan koran kembali mendarat di kepala Qilla, siapa lagi jika bukan Ayahnya. "Maaf, anak Bapak ini lagi stres karena ujian. Makanya ngawur gini," ucap Ayah Qilla tanpa perasaan. "Saya Sadewa. Saya manusia dan bukan setan ataupun malaikat." Pria itu mengulurkan tangannya pada Qilla. Dengan cepat Qilla menerima uluran tangan Sadewa, "Kenalin Om, aku Qilla. Semoga kita bisa jadi tetangga yang sakinah, mawadah dan warohmah ya?" ucap Qilla dengan senyuman lebar. Ayah Qilla dan Ibunya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala menahan malu. "Om?" tanya Dewa memastikan. "Iya, Qilla manggilnya Om Dewa aja ya? Biar akrab," ucap Qilla sambil terkikik geli. "Duh, Nak Dewa maafin anaknya Ibuk ya, kayanya Qilla stres deh cari kuliah.” Qilla berdecak, "Ih, Ibuk sama Ayah kenapa sih? Dari tadi seneng banget ngatain aku stres." "Kalau begitu saya permisi dulu Pak-Bu, saya mau berangkat kerja." Pamit Dewa dengan tersenyum manis. "Oh iya Nak Dewa, hati-hati." "Hati-hati ya, Om! Cari duit yang banyak biar kaya." Qilla melambaikan tangannya sampai Dewa telah berlalu pergi dari rumahnya. "Ganteng ya, Buk?" ucap Qilla dengan terkekeh. Dia mulai berlalu masuk ke dalam rumah dan meninggalkan orang tuanya yang hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya yang konyol.   Punya anak satu kok ya rada-rada...   ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.1K
bc

The Prince Meet The Princess

read
181.7K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.8K
bc

Me and My Broken Heart

read
34.5K
bc

Love Match (Indonesia)

read
173.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook